Minggu, Oktober 31, 2010

Baksos




Baksos atau Bakti Sosial sering saya ikuti.
Pagi ini 31 Okt 2010 saya berpartisipasi lagi dalam Baksos yang diadakan oleh Perhimpunan Warga Harapan Kota Cirebon. PWH ini setiap tahun mengadakan Baksos berupa Pengobatan Gratis bagi  masyarakat yang membutuhkannya.

Para anggota PWH ini berpartisipasi dalam setiap kegiatan baksos, pengumpulan dana untuk penyediaan obat-obatan yang dibutuhkan dll kegiatan.

Pukul 09.15 Pak GS sebagai Ketua PWH datang menjemput saya dengan mobil yang dikendarai oleh supir Pak GS. Terasa sejuk hembusan udara dari AC mobil ketika saya sudah berada di dalam mobil ini. Berbeda dengan udara luar terasa hangat menyengat. Maklumlah udara di kota Cirebon dan sepanjang Pantai Utara Jawa ( Pantura ) memang panas menyengat. Pada musim hujan udara di Pantura tetap hangat. Paparan sinar matahari selalu tersedia sepanjang tahun, berbeda dengan Negara bermusim empat.

Cukup banyak pasien yang datang berobat. Ada yang memang sakit dan ada pula yang sekedar ingin tahu tekanan darahnya ( mumpung gratis ). Hal ini justeru terjadi  pada para anggota PWH. Tenaga dokter yang turut berpartisipasi sebanyak 3 orang dokter umum, termasuk saya. 2 orang dokter lainnya semuanya kaum ibu.

Penyakit yang saya temui pada pasien yang berobat antara lain: Flu, Darah tinggi, Kencing Manis, Eksim, Maag, Usia lanjut.

Umur pasien bervariasi dari 8 bulan sampai 65 tahun.
Perbandngan Gender antara pria dan wanita berimbang 1:1.
Sosial ekonomi pasien pada umumnya dari golongan bawah yang memang membutuhkan pengobatan.

Banyaknya pasien yang dating berobat membuat saya tidak sempat menyentuh Kotak Snak yang tersedia. Saya hanya sempat minum air mineral kemasan botol plastik.

Sampai pukul 12.00 pasien yang saya layani sekitar 60 orang. Kalau dikalikan 3 maka jumlahnya mendekati 200 orang pasien.

Pk. 12.10 isteri saya datang menjemput saya karena kami akan menghadiri Pernikahan salah satu kerabat kami. Sehari sebelumnya saya mengabarkan hal ini, saya hanya dapat periksa pasien sampai pukul 12.00 sebab ada kegiatan lain.

Pak GS dan para anggota PWH menginginkan berfoto bersama sambil menyerahkan sebuah Pigura yang berisi Piagam Perhargaan bagi saya ( dan juga dokter-dokter lain ) yang telah turut berpartisipasi dalam Baksos kali ini. Wah…seperti selebriti aja nih. Difoto bareng. Mereka senang. Saya juga senang. Suara tertawa kami memenuhi ruang periksa yang luas itu.

Pukul 12.00 pelayanan kesehatan di hentikan sementara untuk acara makan siang dan akan dilanjutkan lagi pada pukul 13.oo dst.

Untuk acara makan siang bersama disebuah Rumah Makan bergengsi terdekat ini para anggota PWH mengharapkan kehadiran saya, tetapi saya harus meminta maaf, tidak bisa sebab kami harus menghadiri resepsi pernikahan salah satu kerabat kami. Disini makan, disana makan siang. Mana yang dipilih? Tentu pilih makan siang bersama isteri tercinta.

Seorang senior saya pernah berkata “Bas, makan enak itu bukan tergantung dari makanannya  yang enak, tetapi lebih tergantung dengan siapa teman makan kita!”

Wah…filosofi tingkat tinggi lagi nih.
Makan enak, tetapi hanya sendirian tentu berbeda cita rasanya bila dibandingkan dengan  makan bareng dengan orang-orang  yang kita kasihi ( orang tua, suami, isteri, anak, cucu ).

Pengalaman saya bertambah satu lagi pada hari ini.

Selama makan siang……

Sabtu, Oktober 30, 2010

Sakit di luar negeri (2)



Kemarin sore saya mendapat SMS dari relasi saya yang sedang berada di kota KL ( Kuala Lumpur, Malaysia ).

Ia berkisah bahwa setelah ia minta bantuan menantunya yang seorang Pilot sebuah Maskapai Penerbangan, akhirnya ia dapat mempunyai tablet V ( yang berisi Na dikolenak ) 50 mg. Sang menantu keliling kota KL untuk mendapatkan tablet tsb. Kalau di Negara kita  tidak susah untuk mendapatkannya sebab ada d jual di apotik-apotik terdekat. Jerih payah menantunya rupanya tidak sia-sia demi kesembuhan nyeri sendi lutut Ibu mertuanya.

Semula relasi saya ini tidak dapat turun dari bed, tidak dapat duduk, apalagi berdiri dan bekerja untuk urusan rumah tangga. Semuanya diakibatkan nyeri sendi lutut yang sangat menyiksanya.

Setelah minum 2 tablet obat tadi, ia surprise. Ia dapat bangun dari bed, duduk dan berjalan tanpa rasa nyeri lagi. Sore itu ia sedang menyiapkan makan malam cucunya yang sebentar lagi akan pulang dari sekolahnya.  Ia berterima kasih kepada saya. Saya  jawab bahwa untuk  semuanya itu saya bersyukur kepada Tuhan YME kalau advis saya dapat menolong relasi yang sedang berada di luar negeri, dengan harga obat yang terjangkau dan konsultasi via SMS dengan biaya yang terjangkau alias gratis. Double murah meriah.

Enaknya punya seorang teman yang seorang dokter antara lain dapat berkonsultasi masalah kesehatan dengan biaya gratis-tis. Selama kita masih dapt berkomunikasi via SMS atau Internet maka dalam bilangan menit masalah sudah dapat diatasi. Tidak heran kalau saat ini Handphone, Laptop, Netbook dan koneksi Internet yang baik merupakan sarana yang sangat bermanfaat bila dipergunakan dengan baik dan benar.

Di setiap Bandara ( Singapore, Sydney, Melbourne, Hanoi ) yang pernah saya kunjungi tersedia beberapa Komputer yang terkoneksi ke Internet yang dapat dimanfaatkan oleh para penumpang dengan gratis selama beberapa menit. Bila terputus maka kita dapat mengakses Internet lagi dengan meng-klik sebuah tombol yang tersedia. Dengan demikian kita dapat membuka account email kita yang bersifat webmail ( google mail, yahoo mail, hotmail dll ) sehingga kita dapat berkomunikasi dengan orang-orang lain dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja yang mempunyai email address selama tersedia koneksi Internet, apalagi dengan biaya gratis. Betapa nikmatnya.

Kita bisa juga berkomunikasi via Handphone, tetapi biaya roaming internasional dll masih cukup mahal setiap menitnya bila dibandingkan dengan fasilitas Internet tadi yng gratis. Tidak ada yang gratis seperti iklan para operator. Ada cost yang harus kita bayar. Nah begitu ada kesempatan mengakses Internet gratis di Bandara,  maka ini jangan disia-siakan. Kalau perlu kita antri sebentar, bila ada banyak penumpang yang juga ingin mengakses Internet gratis ini. Hal ini biasa saya lakukan bila  dalam keadaan transit di sebuah Bandara ( yang bisa terjadi  selama 1-2 jam ). Ciao.-

Rabu, Oktober 27, 2010

Sakit di luar negeri






Siang ini saya menerima SMS dari relasi saya, Ny. JS, 58 tahun.
Sudah 1 minggu ia berada di Malaysia, tinggal di Apartemen putrinya yang bekerja dan tinggal di Negara jiran ini.

Isi SMS itu mengabarkan bahwa ia sekarang menjadi orang kaya dadakan ( tiba-tiba jadi kaya ) karena ikut  tinggal di tempat tinggal putrinya yang penghasilannya berkecukupan. Pergi kemana-mana naik mobil, tinggal di sebuah Apartemen yang baik, makan minum tentu ditanggung putrinya.

Di dunia ini tidak ada yang sempurna. Ada sisi baik dan sisi tidak baik, ada orang kaya dan ada orang miskin, ada siang dan ada malam, ada pria dan ada wanita, ada tua dan ada muda, ada sakit dan ada sehat.

Nah ketika stay di Malaysia ini, relasi saya  menderita nyeri sendi lutut terutama ketika bangun tidur pagi. BB nya emang lebih dari normal alias gemuk. Wajar kalau sendi lutut akan menahan lebih  berat menahan BB nya dari pada kalau ia mempunyai BB yang normal.

Katanya ia sudah diantar berobat kepada  Dokter Tulang dan diterapi. Lututnya di beri  aliran listrik, dikompres dengan sebuah alat kompres dingin, di beri resep Krim kulit yg dioleskan (harganya 120 RM / Rp. 400.000,- an ). Ongkos periksa dan alat kompres tadi total jatuhnya sekitar Rp. 900.000,- an.

Yang ia keluhkan bukan biaya berobatnya ( yang tentunya ditangung putrinya ) tetapi itu lho. Sakitnya tidak sembuh. Ia minta saran saya minum obat apa? Aneh juga ya, paahal ia sudah berobat kepada Dokter setempat. Via SMS saya jawab cobalah minum obat NSAID yang mengandung Na diclofenak 50 mg 2-3 tablet/hari atau Tablet Ibuprofen 400 mg 3 x 1 tab/hari. Kalau beli yang Generik harga obat itu masih sangat terjangkau dan manjur khasiatnya.

Pada SMS yang ke 2 ia menyatakan bahwa living cost disana mahal bagi orang kita. Ia merasa lebih enak dan lebih nyaman tinggal di Negara sendiri. Tidur di bed yang seadanya akan lebih nyenyak dari pada tidur diatas spring bed mahal tetapi bukan milik sendiri. Makan seadanya dengan Tempe dan Tahu Goreng yang dicocol dengan Kecap ABC /  Bango akan terasa jauh lebih nikmat dari pada Spageti atau menu makanan lain yang namanya asing baginya.

Dari kisah relasi saya ini saya  membenarkan pendapat bahwa:
1. Lebih enak hidup di negara sendiri dari pada negara orang lain ( kecuali kalau sekedar pergi melancong 1 minggu ).
2. Berupayalah jangan sakit sebab saat ini biaya berobat mahal, apalagi di negara lain ( kita dianggap sebagai orang asing shg biaya berobat juga lebih mahal dari pada penduduk setempat ).

Selasa, Oktober 26, 2010

Tidak bisa atau malas?




Kemarin datang berobat seorang pasien Ny. L, 35 th.
Keluhannya Flu dan  batuk, kasus yang saat ini banyak diderita pasein.
Setelah menerima resep obat, Ny. L mengeluh.

“Dok, besok saya mau ke Jakarta ada urusan keluarga.”

Saya menjawab “Ada masalah?”

“Saya pusing sama suami saya!”

“Emang ada apa dengan suami Ibu?” saya bertanya.

“Untuk urusan makan minum, suami saya tidak bisa melayani sendiri!”

“O..ya” saya terkejut juga kalau ada seseorang untuk keperluan diri sendiri saja ( self service ) tidak dapat dilakukan.

“Pembantu saya sedang pulang kampung. Jadi di rumah kami, tidak ada yang dapat melayani suami saya. Untuk Teh atau Kopi saja ia tidak bisa. Harus saya atau pembantu yang membuatkannya.”

Ya Tuhan, masih ada suami yang begitu. He..he..pecat sajalah, saya membatin.

“Jadi bagaimana kalau Ibu pergi keluar kota, siapa yang dapat meladeni suami Ibu?” saya bertanya ingin tahu.

”Itulah, Dok. Saya jadi pusing.”

Pusing bukan karena penyakit tetapi pusing karena ulah suaminya yang tidak dapat melayani diri sendiri meskipun itu hanya urusan makan minum yang sebenarnya mudah dikerjakan sendiri kalau ia mau.

“Jadi untuk urusan makan dan minum, suami saya harus pergi ke warung terdekat atau rumah makan.”

“Wah boros juga ya.” Saya berkomentar.

“Kalau Dokter bagaimana?” ia bertanya ingin tahu.

Saya menjawab “ Kalau saya sudah terbiasa sejak kuliah dahulu 40 tahun yang lalu, semuanya harus self service, mulai dari cuci pakaian, setrika, masak nasi pakai rice cooker, goreng telur / nasi goreng. Apalagi membuat Teh celup atau Kopi setiap hari saya lakukan sendiri sampai sekarang. Kalau pembantu pulang mudikpun, tidak masalah sebab kami dapat melakukannya sendiri tidak tergantung oleh orang lain. Lauk pauk teman nasi kadang beli masakan yang sudah jadi di Kedai Nasi terdekat. Jadi urusan rumah tangga bagi saya tidak menjadi masalah.

Setelah Ny. L meninggalkan Ruang Periksa, saya membatin “Kok ada ya suami yang seperti itu. Lalu kenapa wanita tadi mau dinikahi pria semacam itu. Adakah alasan lain? Uang? Harta? Saya tidak tahu persis. Ternyata masih ada Pria yang tidak dapat membuat Teh atau Kopi untuk diri sendiri. Payah…."


Minggu, Oktober 24, 2010

Urtikaria




Urtikaria adalah kelainan pada kulit berupa kemerahan yang menimbul yang disertai rasa gatal. Penyebab Urtikaria ini biasanya karena reksi Alergi. Alergi dapat terhadap: makanan tertentu ( sea food ), minuman tertentu, obat tertentu, udara dingin, debu rumah tnggau, debu pengotoran udara dll.

Seminggu yang lalau datang berobat Tn T, 35 tahun dengan keluhan gatal dan bercak-bercak kemerahan seluruh tubuh .

Pertanyaan apakah telah makan makanan / minuman / obat-obat tertentu, apakah tidak tahan udara dingin? Semua dijawab tidak. Ia tidak menderita akergi terhadap sesuatu. Penyebab Urtikaria yang diderita pasien yang satu ini  belum ditemukan.

Seperti basa untuk penyakit ini saya berikan resep: tablet anti peradangan dan tablet anti histamine atau  1 tablet yang mengandung 2 macam obat tsb. Selain itu diberi Kalk berupa suatu tablet celup yang berisi vitamin C dan Kalsium. Bagi pasien lain biasanya manjur.

Keesokan harinya pasien T ini datang kembali dan melaporkan bahwa keluhannya  masih ada dan tidak membaik.  Malu juga saya kalau ada pasien yang kembali lagi karena  penyakitnya tidak ada perbaikan. Kepada pasien ni saya adviskan untuk dilakukan pemeriksaan darah  antara lain terhadap Hitung Jenis sel-sel darah putih ( lekosit).

Keadaan alergi maka akan didapat jumlah sel Eosinofil yang meninggi dari normal.
Hasil pemeriksaan darah semua dalam batas normal. Jumlah sel Eosinofil: Nol ( tidak ada sama sekali ). Saya bingung juga untuk mencari causa ( penyebab ) Urtiaria pasien ini. Pemeriksaan Telur Cacing di Tinja tidak dilakukan dengan alsana pasien tidak mau (  gengsi ).

Setelah berpikir sejenak, saya akhirnya memberikan resep antihelminth ( obat cacing ).
Ketika koasistensi di bagian Kulit Kelamin, sering kali Urtikaria diberi obat cacing oleh Dokter pembimbing kami. Dari pada tidak diberi obat saya pikir tidak ada salahnya diberikan juga. Dalam textbook juga ada dikatakan bahwa Askariasis ( penyakit Cacing gelang ) juga dapat memberikan gejala Urtikaria. Siapa tahu pasien ini juga  dapat sembuh dengan tablet antihelminth!.

Kepada pasien saya juga memberikan penjelasan akan diberi tablet tsb, sebab bila tidak dijelaskan, pasien  akan bertanya kepada petugas Apotik dan dikatakan ia mendapat obat Cacing. Pasien dapat tersingung dan marah kepada dokternya. Mosok diberi obat cacing padahal pasien tidak cacingan ( orang yang cukup mmpu ). Lho Cacing itu tidak pandang bulu, siapa saja dapat menderita penyakit Cacing.

Sudah 2 hari pasien tidak kembali ke tempat praktik saya. Apakah ia sembuh dari Urtikaria atau ia pindah ke dokter lain? Semoga  kemungkinan yang pertama yang terjadi.

Stroke




3 hari yang lalu datang berobat Ny. LS, 73 tahun.
Dengan dibantu oleh putranya dan adiknya, Ny LS ini dapat masu ke ruang periksa tempat praktik saya.

Ny. LS menderita sejak lama dan  Darah Tinggi ( Hipertensi ). Minum obat tidak teratur. Kalau ada rejeki dapat beli obat dan obat diminum. Keadaan sos-ek yang kurang memadai menyebabkan hidup keluarganya pas-pasan.

Tekanan darah: 190/100 mmHg, sejak tadi pagi ( 7 jam yang lalu ) bicara cadel, lidah ke kanan, kalau minum sering keselek, pusing, tangan dan tungkai kanan lemes ( Hemiparese\dextra )., tidak dapat berdiri sendiri.

Melihat kedaan fisik pasien ini, saya mengambil kesimpulan, Ny. LS  menderita Stroke.
Sebaiknya segera masuk RS untuk perawatan selanjutnya. Pasien sendiri tidak mau  masuk RS dengan alasan keuanan.

Saya jelaskan bahwa kalau tidak segera masuk RS maka keadaan penyakitnya dapat bertambah parah. Saat ini ia dalam keadaan kritis. Lebih baik kalau di rawt di RS. Akhirnya pasien bersedia. Ia kana minta bantuan saudara-saudaranya untuk membiayai perawatan di RS.

Saya segera membuat Surat Rujukan ke RS terdekat pasien ini dengan penyakit : Diabetes mellitus, Hipertensi dan Stroke. Lengkaplah sudah penderitaan pasienku ini. Satu saja dari ke 3 penyakit ini sudah cukup membuat pusing kepala, apalagi 3 penyakit sekaligus.

Inilah suatu gambaran dari banyak pasien yang tidak mendapat terapi yang baik dan benar sehingga akhirnya mendapat komplikasi ( penyulit ) sehingga penyakit bertambah berat.

Ada pasien lain yang juga tidak mampu tetapi mau berusaha untuk mempuyai Kartu Jamkesmas. Bila ia menderita dan kontrol penyakit Jantungnya maka ia dapat berobat ke RSU setempat dengan gratis ( yang dibiayai oleh Pemerintah ). Ia masih beruntung dapat berobat gratis di RSU seperti pasien lain yang menderita Gagal Ginjal dan cuci darah dapat berobat gratis di RSU setempat.

Mencapai SEHAT.




Saat ini penyakit yang paling sering menyebabkan kematian adalah: Penyakit Jantung, Stroke, dan Kanker.

Pada Pria Kanker Prostat dan Kanker Paru sering dijumpai dan pada gender Wanita Kanker Payudara dan kanker Leher Rahim.

Pada  usia anak-anak penyebab kematian lebih sering  karena penyakit-penyakit Infeksi seperti: Radang Paru, Demam Bedarah, Radang Selaput Otak, Radang Otak, Tetanus, Kurang Gizi dengan komplikasi penyakit-penyakit infeksi lain.

Penyakit datang tidak diundang dan ada banyak penyakit yang dapat dicegah, mislanya dengan tindakan pencegahan seperti pemberian Imunisasi dasar pada Balita ( TBC, Difteri, Tetanus, Perusis, Polio, Campak ), pada usia  anak dan dewasa juga sudah tersedia vaksin untuk pencegahan penyakit Typhus perut,  Hepatitis B, Kanker Leher Rahim bagi wanita remaja dan dewasa dll.

Meskipun demikian masih banyak masyarakat yang belum atau tidak mendapatkan vaksinasi diatas yang terkendala karena biaya yang harus dibayar sendiri yang masih terasa mahal bagi kebanyakan orang. Kalau dihitung untung ruginya maka bila ingin divaksin harus keluar uang, tetapi kalau terserang penyakit maka uang yang harus dikeluarkan akan jauh lebih banyak lagi ( biaya Rumah Sakit, biaya perawatan, harga obat, biaya pemeriksaan penunjang ). Bila sembuh, tidak kecewa tetapi kalau  sudah mengeluarkan uang banyak tetapi akhirnya meninggal dunia juga maka semuanya seolah tidak ada artinya meskipun punya banyak uang.

Uang bukan segalanya tetapi kalau tidak punya uang maka kita tidak bisa berbuat banyak.
Meskipun punya banyak uang, tetapi kalau sakit-sakitan maka tidak ada artinya. Lebih baik punya uang secukupnya, tetapi badan tetap sehat.

Ada pasien yang berpendapat  lebih baik kalau punya banyak uang dan badan tetap sehat. Amin.
Untuk tetap sehat tentu ada upaya yang harus dikerjakan. Sehat tidak datang turun dari langit begitu saja. Kita harus berupaya keras untuk mempnyai tubuh tetap sehat.

Saat ini banyak orang membeli Sepeda ( yang dahulu tidak dilirik sedikitpun ). Harga yang  2-3 juta rupiah pun dibelinya. Untuk apa? Untuk dapat tetap sehat dengan cara berolah raga secara teratur.

Bagaimana kalau tidak punya / belum punya sepeda ( padahal ia punya mobil )? Ada cara lain untuk tetap sehat yaitu jalan pagi juga boleh lah. Hemat biaya tapi tetap sehat, meski badan basah dengan keringat.

Selain Olah raga masih ada yang perlu dikerjakan. Apakah itu?
Gizi yang  baik! Ah.. Gizi yang baik ada di dalam makanan yang mahal. Tidak selalu benar. Kalau pandai memilih makanan,  maka ada banyak makanan yang bergzi baik dalam mkanan yang murah.

Gizi yang baik umumnya berhubungan dengan Protein, padahal bukan hanya Protein saja yang penting, tetapi juga  Vitamin, Mineral, Serat Anti oksidan yang dibutuhkanbagi tubh kita. Daging, Susu, Keju merupakan protein dengan harga yag cukup mahal. Protein yang lebih murah misalnya berasal dari Nabati / tumbuh-tumbuhan seperti Tahu , Tempe dan Kacang-kacangan.

Untuk meningkatkan daya tahan tubuh juga perlu anti oksidan seperti:
Lycophene yang terdapat dalam Tomat.
Suphoraphene yang terdapat dalam Brokoli.
Polyphenol yang terdapat dalam Teh HIjau.
Vitamin C yang terdapat dalam buah-buhan ( jeruk, mangga dll ).
Vitami E yang terdapat dalam Kecambah, Taoge dll.

Pada akhirnya makanan yang sehat harus terdiri dari bermacam menu yang bervariasi setap hari dan tidak harus terdiri dari Nasi Putih, Daging, Telur dan Susu saja. Nasi Merah lebih baik dari pada Nasi Putih sebab kulit ari beras merah banyak mengandung vitamin B1. Ubi merah juga bagus bagi kesehatan sebab selain mengandung karbo hidrat , juga mengandung vitamin A lebih banyak dari pada Ubi Putih. Lalaban juga  diperlukan sebab merupakan sumber vitamin A, zat Besi dan serat nabati yang perlu untuk merangsang gerakan peristaltik usus agar setiap hari dapat b.a.b dengan lancar dan tidak perlu minum Vegeta lagi.

Masih ada anak dan orang dewasa yang saat ini tidak menyukai Sayur! Tragis.
Apa sebabnya? Siapa yang salah? Mengapa tidak suka sayur?
Sebab sejak kecil tidak dilatih oleh orang tuanya untuk gemar makan sayuran. Padahal Gado-gado, Pecel, Sambel asem  selain enak juga murah harganya.
Cara yang paling mudah adalah semua Sayur dan Buah dimasukkan ke dalam Blender, dihaluskan dan diseruput pakai sedotan.

Mari mulai saat ini kita hidup sehat agar terhindar dari penyakit.-

Rabu, Oktober 20, 2010

Cara mudah dan murah berantas Nyamuk




Saya kutipkan sebuah artikel yang menarik dari milis sebelah.

Nyamuk cukup mengganggu dan sangat berbahaya sebagai penyebar berbagai penyakit mematikan. Cairan pembunuh serangga di pasaran kurang efisien dan bahkan membawa dampak sampingan yang serius.

Berikut ini cara MUDAH dan MURAH yang bisa dicoba. Cocok untuk segala kondisi pemukiman, sekolah, rumah sakit, dll.
Sangat KREATIF bila dikenalkan pada para siswa sekolah untuk dicoba di sekolah dan di rumah masing-masing.

Yang dibutuhkan :
- 200 ml air
- 50 gram gula merah
- 1 gram ragi (beli di toko makanan kesehatan, warung, atau pasar)
- botol plastik 1,5 liter

Langkah-langkah pembuatan :
1. Potong botol plastik di tengah. Simpan bagian atas/mulut botol.
2. Campur gula merah dengan air panas. Biarkan hingga dingin dan kemudian tuangkan di separuh bagian potongan bawah botol.
3. Tambahkan ragi. Tidak perlu diaduk. Ini akan menghasilkan karbon-dioksida.
4. Pasang/masukkan potongan botol bagian atas dengan posisi terbalik seperti corong.
5. Bungkus botol dengan sesuatu yang hitam, kecuali bagian atas, dan diletakkan di beberapa sudut rumah Anda.
Dalam dua minggu, Anda akan melihat jumlah nyamuk yang mati di dalam botol.
Selain membersihkan habitat mereka, tempat berkembang biak nyamuk, kita dapat menggunakan metode ini sangat berguna di sekolah sekolah, TK, rumah sakit dan rumah.

(Sebarkan kepada anak, teman, dan kerabat Anda agar nyamuk bisa diberantas)

Selasa, Oktober 19, 2010

Terbalik



Hari Sabtu malam datang berobat Pak S, 87 tahun diantar putra dan anak mantunya yang berdomisili di Jakarta. Usianya tergolong sudah sangat sepuh, mendekati 90 tahun, tetapi Pak S masih dapat turun dan berjalan tanpa dibantu orang lain menuju Ruang Tunggu tempat praktik saya. Saya sendiri belum tentu diberi umur sepanjang itu.

Putranya dan anak mantunya membantu menceritakan kisah sakit ayahnya. Pak S sebagai pasien masih dapat berkomunikasi meskipun harus berulang-ulang bertanya atau menerangkan, sebab pendengarannya sudah berkurang. Pendengaran yang tidak baik merupakan ciri khas usia lanjut.

Saya bertanya kepada mereka bertiga “Apa yang dapat saya bantu?”

Putranya, Pak S junior berkata “Begini, Dok. Ayah saya ini merasakan sesak nafas dan nafsu makan berkurang sejak 2 hari. Jadi ayah saya ingin berobat kepada dokter disini.”

Saya melihat  suatu berkas hasil pemeriksaan penunjang: Hasil ECG ( Electro Cardio Graphy ), pemeriksaan darah, Foto Thorax ( Jantung dan paru-paru ).

Pak S junior melanjutkan “Ayah saya pernah berobat kepada Dr.E, Ahli Jantung” Sambil menyodorkan hasil pemeriksaan ECG pada tanggal 22-09-2008.
Saya baca: Aritmia cordis ( gangguan irama jantung ), RVH ( Right Ventricular Hypertrophy ), RBBB ( Right Bundle Branch Block ), Sinus Tachycardia ( denyut nadi yang lebih cepat dari normal.
Saya melihat juga  ada sisa obat yang diminum yaitu 2 tablet Isorbide dinitrate, tablet yang ditaruh dbawah lidah, agar penyerapannya lebih cepat, untuk melebarkan pembuluh darah Jantung. Selain itu juga ada tablet Aspilet, Aspirin dosis rendah untuk mengencerkan darah.

Dari hasil ECG dan obat-obat yang diminum Pak S ini, saya dapat membaca bahwa penyakitnya adalah penyakit Jantung Koroner. Yang membutuhkan pengobatan jangka panjang. Selain obat-obatan juga  perubahan pola hidup ( cukup olah raga : jalan pagi, senam dll ) dan perubahan pola makan ( menghindari makanan berlemak )

Dari pemeriksaan Foto Thorax ( Fotonya tidak terbawa ) tgl 22-09-2008, saya melihat hasil : Kesan ASHD ( Arterio Sclerotic Heart Disease ). Suatu gambaran bentuk Jantungnya seperti Sepatu yg menunjukkan adanya pembesaran jantung dan Bronchitis khronis. Suatu penyakit khas pada para smoker. ( diakui oleh putranya bahwa dahulu sang ayah betul seorang perokok, tetapi sejak sakit sudah berhenti merokok ).

Saya mengukur tekanan darah Pak S: 150/80 mmHg, lebih tinggi dari normal, Jantung dan Paru dalam batas normal, Perut: Hati tidak membesar, tidak ada nyeri tekan, kedua kaki tidak bengkak,

Saya perhatikan Pak S tidak mengalami susah nafas ( sesak ) pada posisi duduk dan berbaring.

Saya bertanya kepada putra dan anak mantunya “Mengapa Pak S yang sudah berobat kepada dokter Ahlinya, tidak melanjutkan / kontrol ?

Sang junior menjawab “Ayah saya menganggap penyakitnya tidak sembuh-sembuh.”

Padahal pasien  masih bertahan hidup sejak bulan September tahun 2008 s/d sekarang bulan Oktober tahun 2010. Mestinya pasien bersyukur kalau diberi panjang umur.
Sering kali pasien tidak bersyukur, tetapi malah selalu ingin mendapat yang lebih ( lebih baik, lebih besar, lebih sehat dst ).

Kemudian saya bertanya ( banyak bertanya untuk mengambil kesimpulan apakah pasien masih dapat melayani diri sndiri atau harus dibantu oleh orang lain untuk keperluan pribadinya ) “ Apakah ayah anda  masih dapat mandi sendiri? Dapat berpakaian sendiri? Dapat makan sendiri? Dapat tidur siang dan malam hari? Ada gangguan untuk b.a.k. ( suatu tanda adanya pembesaran kelenjar Prostat )? Dapat b.a.b tiap hari? Kalau sesak nafas ada bunyi ngik-ngik ( adanya penyempitan saluran Bronchus ). Kalau jalan adakah rasa sesak di dada ( gejala payah jantung ).”

Sang junior menjawab” Ayah saya masih dapat melakukannya semua tanpa susah payah”.

Saya menjawab “Baik.”

Kalau seseorang  masih dapat melakukan dengan baik: nafas, makan, minum, tidur, b.a.k , b.a.b tanpa susah, berarti fungsi vital pasien dalam keadaan baik, maka kesehatan orang ini masih cukup baik . Tidak ada yang perlu dikhawatirkan sangat.

Pasien secara psikologis menganggap bahwa penyakitnya tidak sembuh-sembuh.
Suatu anggapan yang keliru.
Kalau pasien  ingin kesehatannya seperti ketika ia masih muda maka keingian ini tentu harus disesuaikan dengan usianya saat ini ( 87 tahun ).
Jangankan 87 tahun, ada banyak orang yang tutup buku pada usia 48, 55, 65  tahun saja, tidak sepanjang usianya.

Baik. Keinginan tiap orang berbeda-beda.

Pada akhir konsultasi, saya berkata “ Ini kasus yang jarang terjadi. Artinya pasien yang sudah berobat kepada Dokter Ahlinya, akhirnya  datang berobat kepada saya ( dokter umum ). Yang biasa terjadi adalah berobat kepada dokter umum berkali-kali, tidak sembuh, akhirnya berobat kepada Dokter Ahlinya. Kalau dapat berobat kepada Dokter Yang Maha Agung.
Kesehatan ayah anda, masih cukup baik.Untuk melihat lebih jauh maka saya anjurkan membuat pemeriksaan darah dan Foto Thorax yang baru, sebab data yang lama sudah out of date / kedaluwarsa, sudah 2 tahun lewat. Sekarang saya  akan memberi resep, teruskan Aspilet sehari 1 x 1 tablet/ hari dan suatu Kapsul Anti Oksidan sehari 1 x 1 kaps/hari untuk meningkatakan daya tahan tubuh ayah anda. Obat lain menyusul tergantung dari hasil pemeriksaan hari Senin tanggal 18 Oktober 2010. Tolong bila sudah ada hasilnya, saya diberi tahu lagi.”

Saya membuat Surat Pengantar pemeriksaan darah dan pembuatan Foto Thorax ke salah satu Lab. Klinik. Sampai hari Selasa siang  tanggal 19 oktober 2010, belum ada hasil yang dapat saya baca.

Saya tidak tahu, apakah pemeriksaan itu dilakukan atau tidak.
Mungkin juga mereka mengambil kesimpulan bahwa konsultasi kepada saya tidak ada manfaatnya sehingga tidak perlu datang lagi.


Minta obat penenang




Saat ini banyak sekali orang yang mengalami Stres. Beberapa kasus seperti: Lapindo, Bank Century, Bencana alam ( banjir, longsor ) menyebabkan ada banyak orang yang mengalami Stres berat, Gila  dan bahkan bunuh diri.

Secara medis, Stres dapat diatasi dengan obat-obat anti Stres, tetapi tidak menyembuhkan akar masalahnya. Selama akarnya belum diatasi maka selama itu pula Stres akan tetap berlangsung.

Dalam praktik sudah banyak kali orang-orang datang minta diberikan obat penenang, obat anti stress dan sejenisnya. Dilihat dari kemampuan finansiilnya mereka  kebanyakan dari golongan the have not. Sedangkan golongan the have, nyaris tidak ada. Ini menunjang bahwa masalah finansil besar pengaruhnya terhadap Stres.

---

Kemarin sore datang seorang laki-laki, Pak B, 32 tahun, dari kota Semarang.

Dia berkisah:
Adik iparnya, Pak K, 30 tahun, tukang beca, menikah dengan 1 anak 2 tahun.
Pak B datang ke Cirebon karena mendengar adik iparnya sakit yang bila kambuh, ia marah-marah, susah diatur, teriak-teriak sehingga mengganggu para tetangga ( mungkin menderita Psychotic reaction ). Pak K ini pernah dibawa berobat ke RSU di kota Cirebon. Oleh Dokter Psikiater yang memeriksanya diberi resep beberapa macam obat anti psikotik.

Setelah minum obat tsb, Pak K masih belum membaik,katanya obatnya tidak cocok(?).
Kata Pak B, akhirnya Pak K dibawa berobat kepada dokter lain dan diberi resep obat ( ia memperlihatkan 1 strip tablet Alganax 0,5 mg yang tergolong anti depresi yang harus dibeli denga resep dokter ) dan tablet Valisanbe yang mengandung  diazepam sebagai  obat minor tranquilizer / obat penenang. Setelah minum obta-obat tsb, Pak K menjadi lebih tenang dan sering tertidur. Maklumlah karena semua obat yang diminumnya mempunyai efek samping ngantuk dan dapat membuat orang mudah tidur. Benar tidur, tetapi Stres-nya belum hilang. Setelah efek obat itu  habis, maka ia akan  kumat lagi. Begitu seterusnya, selama akar Stres-nya belum diatasi. Sebagai orang yang berpenghasilan tidak memadai, dengan keluarga  dan 1 orang anak, maka masalah keuangan sangat berpengaruh terhadap kehidupan rohaninya. Bila tidak teratasi, maka akan meledak dan timbullah Psychotic reaction dan bila tidak dapat disebuhkan  dapat menjadi Psychose, keretakan kepribadian.

Saat ini obat tsb hampir habis.
Pak B minta saya membuatkan resep obat-obat tsb.
Kalau sudah cocok dengan obat-obat tsb, mengapa tidak memintanya lagi kepada dokter yang memberikan resep obat tadi?

Saya berkata kepada Pak B ”Maaf saya tidak bisa membuat resep obat bagi pasien yang saya  belum / tidak  diperiksa terlebih dahulu.”

Pak B berkilah “Tadinya kami akan membawa Pak K kesini tetapi ia berontak dan susah membawanya.”

Saya memberi jalan keluarnya “Begini saja,  malam nanti minumkanlah obat yang masih ada dan besok pagi bawalah Pak K ke Puskesmas terdekat didaerah Perumnas. Kalau masih susah juga membawanya, mintalah agar Dokternya yang dating mengunjungi Pak K. Tempat tinggal Pak K  masih dalam wilayah kerja Puskesmas tsb sehingga petugas Puskesmas akan dapat mengunjungi rumah Pak K.”

Melihat penampilan Pak B ini saya ragu-ragu akan  kebenaran kisahnya itu.
1. Apakah benar Pak K ini adalah anggota keluarganya
2. Mengapa ia datang kepada saya dan langsung minta dibuatkan resep obat untuk orang yang belum saya periksa, apalagi minta obat anti psikotik yang mesti diberi dengan resep dokter? Kalau saya berikan resep obat tsb bagaimana kalau kemudian kisahnya tidak benar dan bat-obat itu diminumnya sendiri ( pengguna obat-obat terlarang ) atau dijual kepada orang lain ( pengedar obat-obat terlarang )?

Akhirnya saya memberikan jalan keluar tsb.
Kalaupun  keragu-raguan saya tidak benar, maka  paling tidak anjuran untuk minta bantuan Puskesmas wilayahnya adalah sudah benar. Pak K dapat diberi pelayanan kesehatan yang benar dan kalau perlu dirawat saja di RSU dengan minta Kartu Jamkesmas  dari Pemerintah Daerah.


Sabtu, Oktober 16, 2010

Darah



Darah. Ya darah. Siapa yang tidak kenal dengan darah?
Bila kita  mengalami luka sayat, luka potong atau luka tusuk, maka  darah  akan keluar dari luka tadi.

Bila ada pasien yang membutuhkan tambahan darah , maka orang lain ( donor darah ) dapat membantunya dengan memberikan darah kepada orang yang membutuhkan dengan syarat darahnya cocok setelah diperiksa golongan darah dan lulus test cocok serasi antara darah donor dengan darah orang yang membutuhkan darah ( resipien ).

Isteri saya  pernah menjadi Kepala Unit Transfus Darah PMI Cabang Kota Cirebon selama 5 tahun yang berakhir masa jabatannya pada akhir tahun 2009.

Kisah posting kali ini dimulai dari sini.

Pagi ini saya ketika pulang dari praktik pagi, isteri saya berkisah.

“Tadi Pak Amad ( bukan nama sebenarnya ) datang kesini. Isteri Pak Amad katanya dirawat di RS Umum. Ia membutuhkan darah sebanyak 3 labu. Oleh PMI diberi 1 labu saja. Pak Amad minta tolong saya untuk dapat minta bantuan PMI untuk menambah 2 labu darah lagi.”

Isteri saya menjawab “ Saya sudah tidak bekerja di PMI lagi.”

Pak Amad memohon agar isteri saya  dapat membantu sebab kalau mantan pejabat disana tentu urusannya bisa menjadi lebih mudah.

Setelah Pak Amad meninggalkan rumah kami, menuju RSU kembali, isteri saya menelepon salah satu mantan staf di Unit Transfusi Darah. Kepada mbak A, isteri saya mohon bantuan agar Ibu Amad yang dirawat di RSU, dibantu 2 labu darah tambahannya. Mbak A menjawab, siap Bu.

Singkat cerita ketika Pak Amad tiba di kamar perawatan isterinya, seorang perawat wanita berkata kepada Pak Amad  “ Pak, 2 labu darah untuk Ibu sudah dikirim dari PMI. Nanti akan kami berikan untuk Ibu.”

Glek….. pak Amad merasa gembira dan terharu.
Kok cepat amat datangnya bantuan dari isteri saya.
“Benar kan, kalau mantan pejabat selalu diperhatikan oleh mantan stafnya”.

Pak Amad melalui telepon umum, berkata kepada isteri saya “Terima kasih banyak, Bu atas bantuannya. Darah untuk isteri saya sudah datang.”

Isteri saya menjawab “Iya, sama-sama, pak. Semoga Ibu segera sembuh dan sehat kembali.”

Ada perasaan lega dalam hati isteri saya. Pagi ini sudah menolong orang lain, meskipun sudah tidak bekerja di Unit Transfusi PMI.

Saya berkata kepada isteri saya “Iya kita patut bersyukur kepada Tuhan. Maksud baik kita, dapat menolong orang lain. Setidaknya dapat meringankan penderitaan orang lain. Amin.”

----

 

* Pak Amad, 81 tahun adalah orang yang  telah berjasa dalam hidup saya. Ia yang mengantar dan menjemput saya sekolah ketika saya duduk di kelas 1 - 3 SD. Tanpa lulus dari SD, saya tidak dapat melanjutkan ke Sekolah Dokter. Jasa Pak Amad  selalu teringat di hati saya. Setiap bulan saya pribadi selalu memberikan bantuan untuk hidup sehari-hari di hari tuanya..-

Jumat, Oktober 15, 2010

D.M.




Pada posting kali ini saya akan menulis suatu komplikasi dari penyakit yang disebut sebagai: D.M. atau Diabetes mellitus, penyakit Kencing Manis.

D.M. merupakan penyakit akibat hormon Insulin yang dihasilkan oleh sel-sel Beta Pankreas ( kelenjar ludah perut ) tidak mampu membuat kadar glucose / gula  dalam darah ke dalam batas normal. Akibatnya kadar Glukose darah meninggi dan dilepaskan ke dalam Urine sehingga terdapat glucose dalam urine ( glukosuri ). Sering  masyarakat menemukan  urine penderita D.M. di dekati oleh semut.

Terdapat 2  tipe D.M. Tipe 1 yaitu D.M. yang menyerang pada usia muda dan D.M. tipe 2 yang menyerang umur dewasa. Tipe 1 biasanya  perlu mendapatkan injeksi hormone Insulin setiap hari. Penderita  harus menyuntik diri sendiri ( dibantu orang lain )  Insuin setiap hari.

Pengobatan Tipe 2 dapat  merupakan kombinasi:  perubahan gaya hidup, perubahan pola makan ( hindari makanan yang manis atau yang mengandung Karbohidrat secara
 berlebihan ), minum Obat Anti Diabetes ( OAD ), suntikan Insulin ( bila terdapat komplikasi  atau infeksi pada  bagian tubuh lain ).

Saya akan menuliskan pengalaman dalam menghadapi pasien dengan D.M. tipe 2 ( dewasa ).

---

Pak H, 58 tahun , menderita DM sejak muda. Faktor genetic positip ( Ibunya juga penderita DM ).Obat yang diminumnya tablet OAD. Suatu haru Pak H merasa gatal di punggungnya, digaruk dan terjadi Infeksi kulit ( dermatitis ). Warna kulit kemerahan ( hyperemia ), sedikit bengkak ( edema ), dan terasa agak nyeri. Oleh Dokter Keluarganya diberi kapsul antibiotika, tablet pain killer dan krim kulit antibiotika.

Pak H berobat ke dokter spesialis Kulit di kota Bandung yang kemudian merujuk untuk di rawat di sebuah Rumah Sakit.Seminggu kemudian keluhan kulit tsb tidak membaik dan bahkan makin hebat. Kata isterinya tampak ada benjolan di punggungnya. Ada sedikit demam.  Kelainan kulit Pak H ini berubah menjadi Abses, semacam bisul yang harus di sayat ( operasi kecil ) oleh Dokter Bedah untuk mengeluarkan nanah yang terdapat di dalam benjolan tsb. Seminggu kemudian Pak H diperbolehkan pulang dari Rumah Sakit. Biaya semuanya jutaan rupiah.

---

Ibu M, 62 tahun, penderita D.M. sejak bertahun-tahun.
Kalau berada di dalam rumah Ibu M tidak pernah memakai alas kaki, karena  pagi dan sore seluruh lantai rumahnya dipel oleh pembantu. Suatu hari Ibu jari kaki kanan Ibu M tertancap kawat klip kertas. Ia mencabut kawat klip itu dan bekas lukanya diberi larutan Betadine ( anti septis ). Keesokan harinya Ibu M berobat kepada Dokter Keluarganya dan diberi kapsul antibiotika, tablet pain killer dan salep kulit antibiotika.

Seminggu kemudian ibu jari kaki tsb membengkak dan ada demam. Dokter keluarganya  menganjurkan agar berobat kepada Dokter Ahli Penyakit Dalam. Keesokan harinya , Ibu M diantar ke Bandung oleh putrinya. Dokter yang memeriksanya memberikan advis agar Ibu M dirawat di Rumah Sakit..

10 hari kemudian Ibu jari kaki kanan Ibu M , tidak membaik, bahkan tampak kehitaman ( gangrene ). Akhirnya Ibu jari kaki tsb diamputasi oleh seorang Dokter Bedah. Ibu M ini dirawat total selama 3 bulan di RS tsb untuk menormalkan kadar gula darahnya dan penyembuhan luka amputasi. Biaya semuanya  puluhan juta rupiah.

Pulang dari RS. Luka amputasi membaik tetapi meniggalkan sebuah lubang kecil berdiameter 2 milimeter. Tahun berikutnya Ibu M dipanggil Tuhan dan lubang itu tetap tidak menutup.


Dari contoh 2 kasus di atas, tampak bahwa komplikasi penyakit D.M. sangat serius. Semula dianggap sepele, akhirnya memberikan komplikasi berat. Ada yang sembuh dan ada yang belum sembuh meskipun diterapi berbulan-bulan dan memerlukan biaya jutaan rupiah.

---

Bila ada penderita penyakit D.M.:
1. Hendaknya bertindak hati-hati bila mendapat luka lecet, luka tersayat, atau luka tertusuk benda tajam.
2. Segera berobat kepada Dokter Ahli Penyakit Dalam untuk mendapat perawatan yang terbaik.
3. Tindakan terakhir sering kali berupa tindakan amputasi jari kaki atau kaki.

Minggu, Oktober 10, 2010

Egois



Saat ini  setiap bulan kami selalu mendapat Undangan Pertunangan / Pernikahan / Khitanan baik dari relasi, teman, keluarga dan bahkan dari para pasien kami. Kadang kami  tidak mengenal siapa yang mengundang. Tidak jarang dalam 1 hari ada 1-3 Undangan tsb. Tentu kami berterima kasih atas Undangan tadi. Bukan karena  diundang untuk mengikuti Resepsi, tetapi minimal masih ada perhatian kepada kami untuk dimohon hadir dalam acara penting para pengundang.

Kalau beberapa tahun yang lalu, Undangan hanya pada tanggal dan bulan baik saja, sekarang setiap bulan ada saja yang menikah. Luar biasa.

---

Kemarin kami hadir pada suatu Resepsi Pernikahan salah seorang relasi kami.
Nah disinilah awal dari judul posting saya kali ini. Ikuti kisahnya.

Seperti biasa sebelum memasuki Gedung Pertemuan, para undangan mengisi Buku Tamu. Buku Tamu ada di 2 deret : Kiri dan Kanan. Masing-masing deret ada 2 buah Buku Tamu. Jadi sebenarnya cukup untuk dimanfaatkan.

Kami antri dalam deret Kiri. Saya sudah hendak megambil Ballpoint yang tersedia untuk menuliskan nama kami. Tiba-tiba ada sebuah tangan kanan dari seorang wanita usia baya yang dengan cepat mengambil Ballpoint itu dari sisi kiri saya. Wanita baya ini tidak antri lagi. Rupanya ia ingin segera memasuki Gedung Pertemuan. Saya tidak ingin mempermalukan wanita baya  yang kami tidak kenal sama sekali dengan pakaian yang cukup menor. Bisa saja saya menegurnya, dan pasti ia akan kehilangan muka  di hadapan para Tamu dan Panitia. Saya diam sebentar menunggu ia selesai menuliskan namanya dalam Buku Tamu.

Pesta Penikahan ini kami  nilai sukses. Tamu undangan yang hadir cukup banyak. Biasanya 1 Kartu Undangan untuk 2 orang, tetapi nyatanya  yang datang bisa lebih dari 2 orang ( suami, isteri, anak dan pembantunya atau suami-isteri, anak dan cucu-cucunya ). Oleh karena itu bagi yang punya hajat, bijaksana kalau mempunyai logistik hidangan ditambah sekitar 10 % dari undangan yang diperkirakan akan hadir.

Ruangan Gedung yang ber-AC nyaris tidak membuat suhu ruangan adem, sebab ada begitu banyak tamu yang hadir dan beberapa pintu terbuka lebar untuk dilalui para Tamu Undangan.

Ada 4 jalur meja untuk mengambil hidangan santap siang bagi para Tamu. Kami antri di salah satu jalur. Ketika saya hendak mengambil piring dan Sendok, Tiba-tiba nyelonong sebuah tangan kanan seorang wanita. Ia nyerobot begitu saja dari samping. Rupanya ia enggan ikut antrian dan ternyata ia adalah wanita baya tadi.

Ini sih udah keterlaluan. Ia egois sesuai judul posting kali ini.
Orang lain  tertib antri, ia selalu ingin  lebih dahulu dari  orang lain. Mungkin wanita baya ini sudah lapar, sehingga ia berbuat begitu. Benar semua orang sudah lapar, sebab waktu sudah menunjukkan pukul 12.30, saat tiba  makan siang. Kalau harus antri sebentar, kenapa sih?

Kalau saja saya tidak sabar, maka saya akan mengucapkan perkataan “Ibu, sudah lapar ya?” di depan orang banyak. Pasti ia akan malu sekali. Untung saya dapat menahan diri. Beda sekian menit tidak apalah untuk memberi kesempatan bagi wanita baya yang sudah lapar ini mengambil jatah hidangan terlebih dahulu.

Budaya antri ( Please queue ) tidak ada dalam diri wanita baya itu, sehingga pas kalau saya mengatakan bahwa wanita baya itu egois, mau menang sendiri tanpa memperhatikan orang-orang lain. Sebagai perbandingan, saya pernah  posting artikel “Please queue” yang terjadi di Negara tetangga dalam Blog ini.

Budaya antri  yang pernah kami lihat di negara-negara  tetangga ( Singapore, Australia ) patut diberi pujian. Mereka malu kalau mereka nyerobot dalam antrian. Kalau sudah begitu maka tidak jarang ia akan diteriaki “You have to queue!” Kepada orang-orang yang Lansia saja  mereka akan memberi kesempatan terlebih dahulu atau memberikan kursi yang didudukinya  bagi para Lansia dalam Bus.

Kalau disini terjadi hal yang demikian, paling dicuekin. Tidak ada rasa bersalah atau malu lagi. Patut disesalkan. Sopan santun sudah tidak berlaku lagi?

Kalau dalam hal kecil saja sudah tidak bisa tertib, apalagi dalam hal yang lebih besar!
Kalau uang dalam jumlah yang kecil saja ditilep, apalagi dalam jumlah yang lebih besar!

Nah lho.

---

Bila ingin dihargai oleh orang lain, hargailah orang lain lebih dahulu dulu.
Bila ingin panen, menanamlah dahulu.

Sabtu, Oktober 09, 2010

Do you speak English?



Hari Jum’at yang lalu ketika saya memeriksa kesehatan Opa P di Panti Wreda Kasih milik gereja kami, ia bertanya kepada saya “Dok, do you speak English?” dengan logat Tegal.

Saya agak terkejut juga dengan pertanyaannya itu. Belum pernah ada warga Panti yang bertanya seperti itu. Rupanya ia ingin  berkomunikasi dengan saya dalam bahasa Inggris.

Lalu saya menjawab “I don’t speak English, but if you want to speak English, please tell me.” ( Saya tidak berbicara Inggris, tapi bila anda mau, silahkan ).

Opa P  berkata lagi “ Aha..ternyata Dokter juga bisa berbahasa Inggris, ya.”

Saya berkomentar “My English is not very well, but if you want to speak English I will try .” ( Bahasa Inggris saya tidak baik, tapi akan saya coba berkomunikai )

Opa P dia sejenak. Dari pada bengong lalu saya bertanya kepadanya
“How are you this morning”

Opa P menjawab ”I am fine, thank you.”

Saya bertanya lagi “Mr. P, did you sleep well last night? Have you a nice dream?”

Opa P menjawab “Yes, I sleep well last night. I have a dream, but I don’t remember anymore what is my dream! He..he..” sambil tersenyum.

Ketika Opa P tersenyum, tampak sekilas kecerahan wajahnya. Rupanya Opa P senang dapat berkomunikasi dengan saya dalam bahasa Inggris yang selama ini tidak dapat ia  lakukan.

Setelah saya memeriksa kesehatannya, Opa P bertanya lagi “How is my health, Dok?”

Saya menjawab pendek “Your health is fine. No problem and don’t worry.”

Lalu saya berbicara dalam bahasa Indonesia, agar Ibu E ( Ibu Panti ) dan Pak S ( salah satu Pengurus Panti ) yang mendampingi saya dapat juga mengerti apa yang kami bicarakan. Saya ingin ceritakan sebuah kisah nyata yang lucu.

Begini kisahnya:
Ada seorang pria, 40 tahun yang bekerja sebagai Supir ( driver ) di sebuah keluarga white people ( bule ) di kota Jakarta. Sang majikan sering  memberi tugas kepada sang supir. Hamir semua pekerjaan sang majikan minta agar supir dapat mengerjakannya. Rupanya jabatan rangkap.
Suatu saat ia  ngerumpi dengan temannya supir yang lain  dalam bahasa Inggris, ia berkata:
“Litle little to me. Litle little to me, but my salary not up up.” ( Sedikit sedikit tugas diberikan kepada saya. Sedikit sedikit tugas diberikan kepada saya, tetapi gaji saya tidak naik-naik ). Ia ngomel dalam bahasa Inggris dengan Indonesian style.

Mungkin bahasa Inggris-nya kacau, tetapi yang penting orang lain dapat mengerti apa yang ia maksud. Tata bahasa ( grammer ) sering dilupakan dan  kalau sudah mentok dipakailah bahasa Tarzan atau body language, bahasa tubuh agar  lawan bicara dapat mengerti maksud kita.

Temannya tertawa terbahak-bahak.

Opa P, Ibu E dan Pak S akhirnya tertawa juga.
Ketika semua yang hadir dalam Ruang Periksa tertawa, saya merasa sudah membagikan sedikit kegembiraan bagi orang-orang lain.

Rupanya supir tadi hanya dapat berbahasa Inggris sedikit-sedikit, tetapi ia berusaha untuk dapat berkomunikasi  dalam bahasa Inggris. Maklum ia bekerja dalam lingkungan yang berbahasa Inggris. Meskipun ia  mempunyai sedikit Talenta tetapi  saya menghargainya.

Akhirnya Opa P mempunyai kesan lain terhadap saya.

Ia berkomentar “ Dok, you are a nice guy and humorist. I like that.”

Suatu sanjungan bagi saya. Saya malu diberi komentar seperti itu, karena saya merasa saya tidak persis seperti apa yang ia rasakan, tapi ya terserah dia saja. Hanya orang lain yang dapat menilai diri saya. Saya tidak bisa menilai diri sendiri. Yang penting saya sudah dapat memberikan apa yang saya miliki bagi mereka.


---

Sebuah Talenta yang kecil, bila ditekuni maka suatu saat akan memberikan manfaat yang besar.