Kamis, Mei 28, 2015

Efek samping obat


2 hari yang lalu datang berobat, Pak ML 50 tahun. Keluhannya kedua tungkai kaki bengkak sejak 1 minggu yang lalu. Penderita sering minum Bir.

Pada pemeriksaan didapatkan tekanan darah 130/80 mmHg (dalam batas normal ), Jantung , Paru-paru, Perut: dalam batas normal. Kedua tungkai kaki tampat edema (bengkak) dan pada penekanan dengan ujung jari tampak cekungan (pitting edema).

Saya berkata “Tekanan darah anda normal.”

Pasien menjawab “Iya, Dok. Sebenarnya saya menderita darah tinggi dan ayah saya juga menderita darah tinggi. Saya minum obat anti darah tinggi sejak 6 bulan yang lalu.”

Saya bertanya “Anda mendapat obat darah tinggi dari siapa?”

Pasien menjawab “Dari seorang teman, yang juga dokter umum.”

Saya bertanya lagi “Apa nama obat anti darah tinggi itu?”

Ia menjawab nama sebuah tablet 5 mg dari sebuah perusahaan obat (namanya tidak saya sebutkan).

Saya berpikir, mungkin pitting edema pasien ini berasal dari efek samping obat anti darah tinggi tersebut. Obat ini sering menimbulkan efek samping bengkak pada kedua kaki pasien yang minum obat ini.

Untuk memastikan adanya kelainan Ginjal (kedua tungkai bengkak) dan fungsi Hati (karena pasien sering minum Bir/alkohol yang dapat mengganggu fungsi Hati), maka saya membuat surat pengantar untuk pemeriksaan Darah dan Urine ke sebuah Laboratorium Klinik. Untuk sementara saya tidak membuat resep onat untuk pasien ini dan akan diberikan setelah hasil Laboratorium ini datang.

Saya berkata kepada pasien bahwa penyebab bengkak tungkainya kemungkinan besar dari efek samping obat darah tinggi yang diminum sejak 6 bulan yang lalu, tetapi untuk memeriksa apakah ada kelainan fiungsi Ginjal dan fungsi Hati sebaiknya diperiksa Darah dan Urine terlebih dahulu. Setelah ada hasil pemeriksaan Lab, saya akan memberikan obat darah tinggi dari jenis yang lain.

Pasien menyetujui rencana saya ini dan ia meninggalkan ruang periksa.

Keesokan harinya pasien belum datang. Di tunggu sampai pukul 19.00 malam juga masih belum datang. Akhirnya saya menelepon Lab. Klinik tersebut. Setelah memperkenalkan diri saya, saya bertanya “Kemarin saya merujuk pasien nama Tn ML, 50 tahun untuk pemeriksaan Darah dan Urine. Apakah pasien saya sudah diperiksa? Kok sampai saat ini ia belum datang kembali.

Sang petugas Lab. Memeriksa di komputernya dan berkata “Dok, pasien nama ML, 50 tahun tadi pagi telah datang, tetapi tidak menunjukkan surat pengantar Lab dari dokter. Ia datang dengan status atas permintaan sendiri (APS). Ia menyebutkan hasil pemeriksaan Lab, tetapi hasil pemeriksaan fungsi hati tidak ada (tidak diperiksa).

Saya mengucapkan terima kasih atas informasinya. Saya heran akan sikap pasien saya yang satu ini, karena:
1. Diberi surat pengantar ke Lab, tetapi ia tidak menunjukkannya kepada petugas Lab. Ia memeriksakan diri dengan memakai status APS (Atas Permintaan Sendiri).
2. Pemeriksaan darah untuk pemeriksaan fungsi hati, tidak diperiksakan. Apakah ia khawatir kalau hasilnya akan buruk mengingat ia biasa minum Bir sejak lama.
3. Pasien tidak datang kembali untuk berkonsultasi tentang hasil pemeriksaan Laboratorium yang telah ia lakukan.

Saya berpikir apakah ia akan berkonsultasi kepada temannya yang juga seorang dokter umum? Saya tidak tahu. Pasien aneh.

Sabtu, Mei 23, 2015

Insect bite


Insect bite atau gigitan serangga sering terjadi saat kita berada di dalam rumah atau di kebun. Gigitan serangga ini dapat menyebabkan reaksi hebat dari penderitanya.
Saya peribadi juga beberapa kali mengalami gigitan semut merah saat bekerja di kebun di halaman rumah kami. Gigitan semut merah ini mengakibatkan, rasa nyeri yang hebat dan kulit terasa sedikit panas. Gigitan semut ini biasanya akan reda dengan segera mengoleskan krim kulit yang mengandung anti peradangan dan antibiotika. Dalam waktu 2 hari sembuhlah dari rasa nyeri ini.

----

Kemarin sore datang berobat Ibu ML, 30 tahun, mengantar putranya S, 9 bulan.
Ibu ML mengatakan tangan kanan putranya sejak 2 hari yang lalu tampak agak bengkak, kulitnya agak kemerahan, putranya sering menggerak-gerakkan tangan kanannya (mungkin karena merasa sakit pada tangan kanannya).

Pada pemeriksaan tangan kanan pasien saya melihat: punggung tangannya tampak hiperemi (kemerahan), sedikit edema ( bengkak) dan ada satu bekas lubang gigitan serangga. Adanya gigitan serangga ini menyebabkan penderita memberikan reaksi peradangan (bengkak, kemerahan, rasa sakit).

Saya mendiagnosa sebagai Insect bite (gigitan serangga) yang disebabkan oleh gigitan nyamuk atau gigitan serangga lainnya.

Segera saya membuat resep: puyer racikan anti nyeri dan anti peradangan dan sirup antibiotika sebagai pencegah infeksi pada kulitnya.

Saya berharap pasien ini segera membaik. Amin.-

Senin, Mei 18, 2015

Berobat di hari libur


Kemarin pagi 17 Mei, hari Minggu / libur. Sekitar pukul 10.15 datang sepasang suami isteri mengendari sebuah mobil.

Sang suami mengetuk-ngetuk pagar halaman rumah kami. Saya yang kebetulan ada di halaman rumah bertanya “Ada apa Pak?”

Ia menjawab “Mau berobat, Dok.”

Saya berkata lagi “Pak, ini kan hari libur, kami tidak buka praktik.”

Sang suami, Pak Z berkata “Iya saya tahu, tolonglah Dok.”

Sang membukakan pintu halaman rumah dan membuka ruang periksa.

Setelah mereka masuk sang isteri berkata “Saya mau berobat kepada ibu dokter ( isteri saya)”.

“O.. isteri saya sedang pergi ke Jakarta. Lusa baru datang dan praktik kembali.”

Ibu ini berkata “Iya kalau begitu lusa saja saya datang lagi ya Dok.”

Saya menjawab “Kalau diperiksa oleh saya mau tidak.”

Ia menggelengkan kepalanya.

“Iya sudah kalau begitu datanglah lusa”, saya berkata lagi.

Setelah mereka meninggalkan rumah kami, saya membatin “ Mereka sudah tahu kalau hari itu adalah hari libur ( Minggu). Setiap dokter praktik tentu tutup, kecuali dokter jaga kota dan dokter yang bertugas di Unit Gawat Darurat di tiap Rumah Sakit. Itupun tugas bergiliran tiap 8-12 jam. Tidak mudah mencari dokter praktik di hari libur. Saya yang berusaha membantu pasien, tetapi sang pasien menolak diperiksa oleh dokter yang akan menolongnya. Mungkin karena: sakitnya tidak parah, sehingga bisa diperiksa lain hari atau pasien sudah biasa diperiksa oleh dokter tertentu ( isteri saya ) dan tidak mau diperiksa oleh dokter lain. Kalau dokternya berhalangan, bagaimana?”

Sambil menutup pintu halaman rumah kami, saya menyatakan seperti yang sudah berulang kali terjadi bahwa: “Untuk berbuat baikpun, ternyata tidaklah mudah.”

Saya ingin menolong orang lain, tetapi yang bersangkutan tidak mau ditolong. Saya mengelus dada.

Minggu, Mei 17, 2015

Febris convulsi


Suatu sore seminggu yang lalu ada Ibu K, 35 tahun yang datang berobat mengantar putrinya L, 8 bulan. Ibu K langganan isteri saya yang juga dokter umum.

Sejak 2 hari yang lalu L sedikit demam, batuk dan pilek.
Setelah diperiksa oleh isteri saya dan menerima resep obat Ibu K meninggalkan ruang periksa. Kemudian terdengar kegaduhan di halaman depan rumah kami.

“Dokter, dokter, tolong, anak saya kejang” terdengar suara Ibu K.

Segera pasien L dibawa masuk kembali ke ruang periksa. Tampak kedua mata L melotot ke atas, kedua tangannya mengepal dan kedua kaki tampak kaku.

Segera saya bantu menyiapkan obat anti kejang untuk dimasukkan ke dalam lubang anus L. Setelah beberapa menit kemudian tampak pasien L kembali normal. Kedua matanya menutup, mungkin ngantuk. L tidak kejang lagi.

Kami semua merasa lega. Sebelum diperiksa pasien tidak ada kejang, saat hendak pulang mengalami kejang karena ada demam ( febris convulsi ).

Isteri saya berkata “Ibu, segera belikan obatnya untuk diminum oleh L. Lain kali kalau L tampak mengalami sedikit demam, segera berikan sirup penurun demam, misalnya Parasetamol sirop, 3 kali setengah sendok takar. Ibu mesti menyediakan 1 botol sirup penurun demam ini yang mudah dijangkau, misalnya di taruh di atas Kulkas. Kalau tampak ada kejang, segera masukkan cairan obat anti kejang dalam bentuk supositoria yang nanti Ibu beli di apotik sebagai persiapan mengatasi kejang putri Ibu.”

Ibu K berkata “Terima kasih Ibu Dokter yang sudah menolong putri saya.”

“Iya Bu, hati-hati di jalan ya.”

Segera Ibu K dan suaminya memasuki mobilnya.

--------

Kejadian Febris colvulsi ini sering dihadapi oleh kami, baik di tempat praktik atau ada panggilan ke rumah pasien.

Kejang pada saat pasien demam sering dialami oleh pasien berumur 2 tahun kebawah. Dokter praktik harus mempunyai obat anti kejang yang dapat dimasukkan ke lubang anus pasien (supositoria). Onset of action cairan obat supositoria ini cukup cepat, seperti cairan obat yang disuntikan melalui pembuluh darah pembalik ( intra vena ). Biasanya pasien akan tertidur (efek samping obat anti kejang) setelah cairan supositoria ini masuk ke dalam tubuh melalui lubang anusnya.

Jumat, Mei 15, 2015

Tonsilitis


Tadi pagi datang Pak Z mengantar putranya B, 4 tahun untuk berobat.
Keluhannya: sudah 2 hari B sedikit demam dan sakit kalau menelan. Tidak ada batuk. Keluhan sakit menelan baru kali ini terjadi.

Pada pemeriksaan rongga mulut B, tampak kedua Amandel (Tonsila pallatina) membengkak, seukuran T2/T2, tampak kemerahan. Pada perabaan wajah B terasa panas (ada demam).
Jantung, Paru-paru: tidak tampak ada kelainan.
Diagnosa yang saya buat adalah Tonsilitis akuta (radang amandel yang mendadak).

(gambar ilustrasi)

Saya segera membuat resep berupa sirup antibiotika turunan Penisilin dan penurun demam, dengan advis makanan yang cair seperti bubur, banyak minum dan istirahat dahulu.

Pak Z bertanya”Dok, apakah radang amandel ini bisa berulang-ulang?”

Saya menjawab “Bisa, Pak. Kalau daya tahan putra Bapak menurun misalnya karena terlalu lelah, kurang makanan bergizi maka radang amandel ini bisa terjadi lagi.”

Pak Z bertanya lagi “Bagaimana kalau penyakitnya kambuh kembali, Dok.”

“Ya berobat lagi, Pak. Kalau setahun terjadi radang amandel ini 3 kali atau lebih, maka pengobatannya bisa amandelnya dibuang/dioperasi oleh Dokter Ahli THT,” saya menjawabnya.

“Wah pasti biayanya mahal ya Dok.”

“Kalau Bapak ikut asuransi kesehatan atau memakai fasilitas BPJS, biayanya bisa ditanggung oleh mereka,” saya menerangkan.

Kamis, Mei 14, 2015

Retentio urinae


Sore hari sekitar satu bulan yang lalu pukul 17.00 datang berobat Pak E, 66 tahun. Dia diantar oleh putranya Pak L, 30 tahun.

Keluhan Pak E sejak pukul 13.00 tidak dapat buang air kecil.

Pada pemeriksaan didapatkan: pasien kesakitan pada daerah perut.
Tekanan darah: 130/80 mmHg, Jantung-Paru-paru : dalam batas normal, tidak ada riwayat Kencing Manis. Kandung kencing teraba penuh, setinggi 3 jari di bawah pusar.

Saya berkata kepada sang pasien “Pak, kandung kencingnya penuh. Bapak mesti dipasang slang melalui saluran kencingnya agar air kencing dapat keluar. Bapak mesti datang ke Rumah Sakit terdekat.”

Putra pasien, Pak L “Kenapa Dok, ayah saya ini?”

Saya menjawab “Air kencingnya tidak bisa keluar sehingga kandung kencingnya penuh. Kemungkinan besar disebabkan oleh pembesaran kelenjar Prostat yang sering terjadi pada pria usia diatas 60 tahun. Saya akan buatkan surat rujukan ke Rumah Sakit terdekat untuk sementara dipasang slang dahulu untuk keluarkan air kencingnya, ya.”

Setelah menerima surat rujukan Pak E dan putranya meninggalkan ruang periksa.

2 minggu yang lalu saat Pak L datang berobat mengantar putrinya yang sakit, melapor kepada saya bahwa ayahnya Pak E sudah dioperasi kelenjar Prostatnya di Rumah Sakit dimana saya merujuknya dan sekarang buang air kecilnya sudah lancar kembali.

Saya bersyukur Pak E sudah sehat kembali.

Mialgia


Milagia atau rasa sakit pada otot, sering didapatkan pada seseorang setelah bekerja berat atau berolah raga.

Suatu sore datang Pak U, 45 tahun. Keluhannya tadi siang sampai saat ia berobat, dada sebelah kirinya terasa sakit.

Pada pemeriksaan didapat: tekanan darah 130/80 mmHg ( normal ), Jantung- Paru-paru: dalam batas normal. Perabaan pada daerah dada sebelah kiri memberikan sensasi nyeri.

Semula saya akan merujuk pasien ke Laboratorium Klinik / Klinik Rontgen untuk meminta pemeriksaan ECG ( Electro Cardiography ), tetapi pasien menolak karena katanya tidak ada biaya.

Lalu saya bertanya kepada pasien “Pak, sebelum merasa nyeri dada apakah Bapak telah bekerja berat?”

Ia menjawab “Betul Pak Dokter. Tadi pagi saya bekerja di kebun. Saya mencangkul tanah untuk menanam beberapa pohon. Saya tidak biasa bekerja di kebun, apalagi mengcangkul tanah. Eh..siang hari saya merasa nyeri pada dada sebelah kiri. Saya khawatir saya mendapat serangan Jantung, Dok.”

Nah.. sekarang saya paham bahwa rasa nyeri dada sebelah kirinya ini bukan gangguan Jantung seperti penyempitan pembuluh darah koroner jantung.

Saya berkata lagi kepada pasien ini’ O..begitu ya Pak. Baiklah nanti saya buatkan resep obat untuk menghilangkan rasa nyeri ini ya Pak.”

Segera saya menuliskan resep obat berupa: tablet pain killer, obat penenang ( agar dapat tidur ) dan multivitamin untuk pasien saya ini.

Semoga kesehatan Pak U pulih kembali. Amin.

Minggu, Mei 10, 2015

Tidak selera makan


Bulan yang lalu, sore hari datang Ibu M, 35 tahun yang mengantar putrinya, ML, usia 3 tahun.

Keluhan Ibu M yaitu putri satu-satunya ini sudah 1 minggu ini tidak selera makan. Tidak ada batuk atau demam. Kalau makan hanya lauk pauknya saja yang dimakan. Sepertinya tidak gairah makan seperti biasanya.

Pada pemeriksaan fisik ML dalam batas normal.

Setelah berpikir akhirnya saya membuat resep sirop obat Cacing, pirantel pamoate 10 mg/hg BB, yg diberikan sekaligus dan dapat diulang setiap 3 bulan sekali pemberian.

Selain itu juga saya memberikan sirop multivitamin, untuk merangsang selera makannya.

2 minggu kemudian Ibu M datang berobat lagi untuk diri sendiri yang menderita demam, batuk dan pilek. Setelah saya memberikan resep obat untuknya, saya bertanya bagaimana hasil pengobataan putrinya yang saya beri resep.

Ibu M melaporkan bahwa setelah minum obat yang saya berikan, keesokan harinya selera makannya kembali normal dan putrinya mau makan seperti sedia kala. Ibu M mengucapkan terima kasih atas pemberian resep obat tadi.

Dalam hati saya bersyukur kalau pasien cilik saya ini kembali normal selera makannya.
Pada pasien anak-anak saya sering kali memberikan obat Cacing. Bila ada Cacing dalam tubuhnya maka akan membantu pencernannya. Bila tidak ada Cacing maka pemberian obat cacing ini tidak membahayakan.

Rabu, Mei 06, 2015

Paronychia



Pagi ini sekitar pukul 07.15 datanglah suami-isteri.
Sang suami Tn. R (pasien langganan isteri saya) bertanya “Ibu dokter ada (isteri saya), Dok?”

Saya menjawab “Belum datang Om, ia sedang senam. Mungkin sebentar lagi pulang.”

“Engga apa-apalah sama dokter saja.”

Ia berkata lagi “Ini jari tangan isteri saya kok bengkak dan nyeri.”

“Mari masuk Om dan Tante,” kata saya.

Di ruang periksa, saya melihat jari tengah tangan kiri Ny. I, 65 tahun ini tampak bengkak dan berwarna coklat. Rupanya habis dibalur dengan larutan tertentu.
Saya bertanya “Apakah tangan Tante kebentur sesuatu atau ketusuk benda tajam sebelumnya?”

Ny. I menjawab “Tidak dok.” Mungkin ia lupa, tetapi yang jelas jari tangan ini tampak ada peradangan kulit disekitar kukunya dan bengkak (paronychia).

Saat saya raba jari tangan tersebut, Ny. I mengaduh karena kesakitan.

Saya mengukur tekanan darahnya dan ternyata agak tinggi 160/90 mmHg.

Segera saya membuat sebuah resep untuk Ny. I ini berupa krim kulit antibiotika, kapsul antibiotika, tablet anti peradangan , tablet pain killer dan tablet anti hipertensi.

“Krim kulitnya dioleskan sehari 3 kali ya Tante. Minggu depan kontrol lagi. “ kata saya.

Tn R berkata “Terima kasih ya dokter.”

Setelah itu mereka meninggalkan ruang periksa.

Minggu, Mei 03, 2015

Opa dan Oma Panti Wreda makan siang di Rumah Makan Laksana




Hari Minggu 3 Mei 2015 kami Pengurus Panti Wreda Kasih Cirebon mengajak Opa dan Oma yang tinggal di Panti untuk makan siang sebagai rekreasi di Rumah Makan Laksana, Sangkan Urip, Kabupaten Kuningan. Lokasinya sekitar 25 km dari kota Cirebon, Jawa Barat. Udara disini terasa lebih sejuk dari kota Cirebon karena dekat dengan Gunung Ciremai, gunung yang tertinggi di Jawa Barat.

Opa dan Oma yang ikut berjumlah 9 orang dari 12 orang seluruhnya. Pengurus Panti yang ikut berjumlah 10 orang. Selain itu juga turut dalam rombongan: 4 orang karyawan, Ibu Pendeta, Ibu Panti dan seorang supir mobil Gereja. Rombongan naik 1 mobil gereja dan 2 mobil milik Pengurus Panti.

Sepulang dari Kebaktian di Gereja pukul 11.00, rombongan berkumpul di Gedung Panti, Jl. G. Merbabu, Cirebon. Pukul 11.30 rombongan berangkat menuju Sangkan Urip. Dalam perjalanan kami melewati beberapa Rumah Makan yang banyak dikunjungi oleh orang-orang yang akan bersantap siang.

Setiba di Rumah Makan Laksana, rombongan langsung menempati kursi-kursi menghadap meja makan yang sudah ditata untuk rombongan kami. Sehari sebelumnya Ibu ML sudah booking tempat dan hidangan untuk rombongan kami. Tidak berapa lama kami sudah menghadapi hidangan sudah dipesan sebelumnya. Ibu Pendeta S memimpin doa sebelum makan siang ini. Selesai berdoa rombongan segera menyantap hidangan yang telah tersedia yang berupa Nasi Putih, Gurame bakar, Sop Ikan gurame, Karedok, Mie goreng, Goreng Tahu dan Tempe, Sambel dan Air Teh hangat.

Makan siang sudah tiba dan perut sudah lapar, maka cocoklah makan siang kami ini.
Sebelum santap siang dimulai, Ibu Pendeta S. memimpin doa. Penulis sebelum menyantap hidangan mengambil beberapa foto sebagai kenang-kenangan.

Kami bergembira melihat para Opa dan Oma dapat menikmati hidangan yang tersedia. Mereka tampak gembira dapat menikmati hidangan makan siang dalam usia lanjut mereka.

Sambil ngobrol kami, para pengurus juga menikmati makan siang ini.
Kami melihat ada banyak tamu yang makan siang di Rumah Makan ini. Waktu hari libur, hari Minggu disini ada banyak tamu yang makan.

Selesai kami menikmati makan siang ini, kami berfoto bersama. Penulis yang membawa alat Tripoid untuk mendukung sebuah kamera yang disetel otomatis, yang dalam waktu 10 detik akan mengambil foto bersama kami.

Setelah dirasa cukup maka rombongan kembali ke kota Cirebon. Dalam perjalanan pulang, saya melihat para pengurus Panti yang ikut mobil penulis ada yang ngobrol dan ada pula yang mengantuk menikmati suara musik Compact Disk mobil dalam udara yang sejuk dari AC mobil.

Sekitar pukul 14.00 rombongan tiba dengan selamat di Gedung Panti. Kami bersyukur kepada Tuhan yang sudah menyertai rombongan dan melindungi kami dalam perjalanan makan siang kami ini.

Sampai jumpa lagi di kesempatan yang akan datang.


Jumat, Mei 01, 2015

Mau berobat di hari libur



Hari ini 1 Mei 2015 hari libur nasional, Hari Buruh Internasional.
Kami juga tidak buka praktik di rumah.

Pagi ini sekitar pukul 08.30 saat saya membersihkan halaman rumah ada seorang wanita sekitar usia 30 tahun, turun dari mobilnya. Ia mengetuk-ngetuk pagar halaman rumah kami.

Saya bertanya “Ada keperluan apa Bu?”

Ia menjawab “Ibu dokternya (isteri saya), ada Pak?”

“Ada keperluan apa, Bu? Kalau mau berobat ini hari libur,” saya berkata kepadanya sambil membukakan pintu halaman.

“Iya saya mau berobat.” Seolah ia tidak mendengar bahwa hari ini adalah hari libur.

Akhirnya saya masuk ke dalam rumah dan melaporkan kepada isteri saya bahwa ada seorang wanita yang ingin berobat. Isteri saya melalukan pemeriksaan pasien di ruang periksa pada saat hari libur.

-----

Sore hari sekitar pukul 17.00 saat kami melihat siaran Metro TV, terdengar suara dering handphone saya.

Saya nendengar suara seorang pria “Halo dokter Basuki ya.”

Saya menjawab “Iya benar. Bapak siapa ya?”

“Saya pasien yang mau berobat dan sudah berada di depan pintu halaman rumah dokter.”

Saya keluar rumah dan melihat seorang pria usia sekitar 40 tahun naik sepeda motor.

“Bapak mau berobat?” saya bertanya kepadanya. Sudah kepalang tanggung, pasiennya sudah berada di depan rumah kami.

“Mari masuk, Pak,“ kata saya.

Saya bertanya kepada pasien saya ini “Bapak tahu dari mana nomer handphone saya?”

Ia menjawab “Saya tahu dari teman saya. Saya sedang memancing ikan di sebuah kolam pemancingan dan saya merasa gatal di wajah saya, dok”.

Saya melihat kulit wajah dan kepalanya tampak kemerahan dan ada bintik-bintik kemerahan.

Saya bertanya “Bapak habis mandi dan keramas dengan sampho merk tertentu?”

Pasien saya menjawab “Tidak,dok. Saya kemarin habis mencat rambut saya agar uban saya tidak kelihatan dan hari ini kulit saya terasa gatal dan timbul bintik-bintik.”

Lalu saya membuat diagnosa sebagai Kontak dermatitis (radang kulit akibat kontak dengan zat kimia tertentu).

Sambil membuat resep krim kulit dan tablet anti peradangan, saya berkata “Pak, lain kali jangan mencat rambut bapak dengan cat rambut lagi. Biarkan saja uban itu. Uban kan proses alami yang mengikuti umur.”

Pasien saya ini menjawab “Benar, dok. Saya kapok tidak mau menyemir rambut lagi.”

----

Kejadian seperti ini pasien yang mau berobat di hari libur bukan kali ini saja, sudah sering kali terjadi. Ya ini resiko kalau buka praktik di rumah sendiri. Jadi bila kami ada di rumah, bisa dimintai bantuan pasien yang mau berobat. Selain itu juga kami merasa rejeki jangan ditolak.

Kalau buka praktik di Apotik, maka bila hari libur, Apotik tutup dan dokter yang praktik disitu juga tutup dan pasien tidak bisa meminta bantuan dokternya.