Senin, Mei 18, 2015

Berobat di hari libur


Kemarin pagi 17 Mei, hari Minggu / libur. Sekitar pukul 10.15 datang sepasang suami isteri mengendari sebuah mobil.

Sang suami mengetuk-ngetuk pagar halaman rumah kami. Saya yang kebetulan ada di halaman rumah bertanya “Ada apa Pak?”

Ia menjawab “Mau berobat, Dok.”

Saya berkata lagi “Pak, ini kan hari libur, kami tidak buka praktik.”

Sang suami, Pak Z berkata “Iya saya tahu, tolonglah Dok.”

Sang membukakan pintu halaman rumah dan membuka ruang periksa.

Setelah mereka masuk sang isteri berkata “Saya mau berobat kepada ibu dokter ( isteri saya)”.

“O.. isteri saya sedang pergi ke Jakarta. Lusa baru datang dan praktik kembali.”

Ibu ini berkata “Iya kalau begitu lusa saja saya datang lagi ya Dok.”

Saya menjawab “Kalau diperiksa oleh saya mau tidak.”

Ia menggelengkan kepalanya.

“Iya sudah kalau begitu datanglah lusa”, saya berkata lagi.

Setelah mereka meninggalkan rumah kami, saya membatin “ Mereka sudah tahu kalau hari itu adalah hari libur ( Minggu). Setiap dokter praktik tentu tutup, kecuali dokter jaga kota dan dokter yang bertugas di Unit Gawat Darurat di tiap Rumah Sakit. Itupun tugas bergiliran tiap 8-12 jam. Tidak mudah mencari dokter praktik di hari libur. Saya yang berusaha membantu pasien, tetapi sang pasien menolak diperiksa oleh dokter yang akan menolongnya. Mungkin karena: sakitnya tidak parah, sehingga bisa diperiksa lain hari atau pasien sudah biasa diperiksa oleh dokter tertentu ( isteri saya ) dan tidak mau diperiksa oleh dokter lain. Kalau dokternya berhalangan, bagaimana?”

Sambil menutup pintu halaman rumah kami, saya menyatakan seperti yang sudah berulang kali terjadi bahwa: “Untuk berbuat baikpun, ternyata tidaklah mudah.”

Saya ingin menolong orang lain, tetapi yang bersangkutan tidak mau ditolong. Saya mengelus dada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar