Jumat, Maret 30, 2012

Promosi gratis.


27 Maret 2012 sore hari datang Ibu Eli ( bukan nama sebenarnya ) mengantar putranya A, 3 tahun. Keluhan A berupa  adanya bintik-bintik di kulit dan terasa gatal. Tidak ada demam. Rupanya A menderita suatu peradangan kulit ( dermatitis ).

Saat saya melengkapi identitas pasien dan bertanya dimana alamatnya, Ibu Eli ini menjawab “Sebenarnya kami  dari kota Bogor, Dok, saat ini kami sedang berkunjung ke Bibi Azizah ( bukan nama sebenarnya ) yang  tinggal di jalan Anu, Cirebon. Kalau mau berobat datanglah ke dokter Basuki. Jadi kami diberitahu oleh Bibi saya yang biasa berobat disini, Dok.”

Saya agak heran juga  kalau ada pasien  yang berobat dan berasal dari kota lain. Para pendatang tentu tidak tahu kalau saya praktik di suatu tempat di kota  ini. Dari mana mereka tahu kalau saya  buka praktik disini?

Dari tanya jawab itu akhirnya saya  mengetahui bahwa pasien / keluarga pasien  mendapat informasi dari keluarganya yang pernah berobat kepada saya dan sembuh.

Wah ini promosi gratis nih. Saya diperkenalkan kepada orang / pasien-pasien lain. Tindakan ini merupakan suatu promosi gratis. Saya patut berterimna kasih kepada para pasien yang sudah mempromosikan saya  bagi pasien-pasien lain. Kejadian seperti ini sudah sering terjadi.

---

Kemarin sore, datang berobat Ibu Azizah tadi mengantar Ibunya, Ny. S, 65 tahun.
Ny. S ini pasien langganan saya. Kali ini ia merasa batuk pilek.

Ibu Azizah berkata “Dok, kemarin putra Ibu Eli datang berobat ya? Keluhan sakit kulitnya sudah membaik dan mereka sudah kembali pulang ke Bogor.”

Saya menjawab “Benar, Bu. Syukurlah kalau sudah baikan. Terima kasih Ibu sudah memberitahu tempat praktik saya disini. Baiklah, saya periksa dulu ya Ibu S. Ibu silahkan berbaring di bed, saya akan periksa Ibu.”

Dalam praktik saya, ada banyak pasien yang telah berobat. Ada pasien yang sembuh dan mungkin juga ada yang tidak sembuh. Semua tergantung dari penyakit yang dideritanya. Bila tidak mampu mengobati, maka saya merujuk ke Dokter Spesialis atau Rumah Sakit, bila keadaannya  gawat darurat ( luka berat akibat kecelakaan lalu lintas, luka bakar tersiram air panas dan lain-lain ).

Bila ada pasien yang  sudah cocok berobat dan menjadi langganan seorang dokter, maka biasanya pasien-pasien ini atau keluarga pasien akan mempromosikan dokter tersebut kepada pasien lain atau keluarga lain yang sedang menderita sakit. Pasien-pasien akan  datang berobat karena promosi dari mulut ke mulut dan gratis lagi.

Mengapa mereka mau mempromosikan dokter tadi? Alasannya mereka pada umumnya adalah: merasa sudah cocok dengan dokter tersebut, sembuh dalam beberapa hari saja ( bila penyakit ringan ), harga obat terjangkau, biaya berobat terjangkau, pelayanannya baik ( tidak perlu menunggu lama-lama, ramah, enak diajak biara, mau menjawab pertanyaan tentang penyakitnya ), mendapat diskon biaya berobat atau bahkan gratis ( bagi yang kurang mampu ). 

Pasien merasa senang kalau dokternya mempunyai sifat seperti itu. Tidak mudah memang dan saya berusaha berbuat seperti itu untuk  melayani orang lain dengan baik. Kalau pasien merasa puas, maka lain kali mereka  akan datang berobat lagi dan bahkan mempromosikan kepada orang-orang lain dan pasien akan bertambah banyak.

Demikian juga akan berlaku bagi dengan profesi lain: pengacara, notaris, pedagang, montir, rumah makan dan lain-lain. Bila klien sudah cocok, maka lain kali mereka akan datang lagi dan juga akan mempromosikan bagi keluarga / orang lain. Begitu seterusnya. Pelayanan kepada pasien atau klien sangat penting.

Bila pelayanan kita kurang baik atau tidak baik dan pasien tidak merasa puas, maka akan terjadi promosi yang sebaliknya. Hal ini tentu tidak dikehendaki bukan?

Selamat pagi.-

Rabu, Maret 21, 2012

Pasien ngatur Dokter



Kemarin pagi pukul 07.00 saat saya nyiram tanaman di halaman depan rumah, datang seorang bapak, sekitar 35 tahun mengantar putranya, sekitar 5 tahun.

Bapak ini bertanya “Pak, ibu Dokternya ada? ( isteri saya )”
Saya menjawab “Ada, bapak mau berobat?”
Dia menganggukkan kepalanya.

“Baik, kalau mau berobat silahkan bapak tunggu dulu di ruang tunggu. Ibu dokter pukul 07.30 sebentar lagi, bisa memeriksa putra bapak” kata saya.
Bapak ini  berkata lagi “Kalau sekarang bisa tidak?”
“Isteri saya sedang mandi, Bapak tunggu saja dulu. Sekarang masih pukul 07.00, belum buka.”

Ketika saya melihat pintu masuk rumah saya melihat isteri saya berdiri memegang sebuah Gunting. Rupanya isteri saya akan mengambil daun Pandan  di halaman depan rumah.
Saya masuk rumah dan bertanya kepada isteri saya ( yang juga dokter umum ) “Itu ada pasien yang  mau berobat sekarang, apakah bisa diperisa ?”
“Iya boleh, tapi saya mau ambil Daun Pandan dulu untuk masak” isteri saya menjawab.

---
Saat saya masuk rumah, terdengar dering telepon.

“Halo, met pagi” saya menjawab telepon.
“Saya mau berobat, apakah bisa?” terdengar suara seorang wanita.
“Bisa, nanti pukul 07.30.”
“Saya mau berobatnya sekarang, bisa tidak.” Dengan nada tinggi. Mungkin dia mengira bahwa lawan bicaranya adalah pembantu rumah kami.

Saya berkata lagi “Isteri saya bisa  periksa anda nanti pukul 07.30, sebentar lagi. Silahkan anda datang.”
Ketika dia mendengar “isteri saya”, berarti lawan bicaranya adalah suami Ibu dokter yang dimintai tolong untuk memeriksanya. Dia tahu bahwa suaminya juga seorang dokter.
“Iya sudah, nanti sebentar lagi saya datang ya Dok” dengan nada lebih rendah.
---
Dari contoh 2 kasus ini tampak ada kesan pasien ingin ngatur dokternya. Kalau tidak sabar dan mau melayani maka ceritanya  bisa panjang. Saya bersyukur bahwa  puluhan tahun melayani masyarakat menjadikan kami sudah terbiasa menghadapi pasien yang panik atau dalam keadaan gawat darurat ( luka bakar tersiram air panas, luka akibat kecelakaan lalu lintas, anak kejang dan lain-lain ).

20 tahun yang lalu dimana jumlah dokter masih belum banyak, pasien segan menelepon dokter. Apalagi bicara dengan nada keras. Mungkin masih ada perasaan enggan.

Keadaan itu sekarang sudah banyak berubah. Komunikasi lewat telepon atau handphone atau SMS sudah mewabah sehingga: Siapa saja, Kapan saya, dan Dimana saja, kita dapat saling berkirim pesan, baik SMS atau Electronic mail ( email ). Dalam bilangan 5 menit kiriman SMS kepada putra kami di kota Sydney, Australia sudah mendapat jawaban dari putra kami. Luar biasa….

Ada seorang pasien saya yang pernah di rujuk ke sebuah Hospital di Singapore berkata “Terima kasih, Dok. Saya sudah diberi advis berobat ke Singapore.”
“Emang kenapa, Pak” saya bertanya ingin tahu.
“Setelah diperiksa, diperiksa Laboratorium dan diberi resep obat, saya pulang ke Indonesia. Saat saya ingin bertanya tentang cara minum obat melalui nomer handphone yang tertera di Kartu Namanya, dokter saya itu langsung menjawab dan bicara dengan saya. Padahal saat itu sudah malam hari sekitar pukul 22.00. Saya puas dengan pelayanan dokter saya itu. Luar biasa dokter itu mau bicara dengan saya, meskipun kami berada di Negara yang berbeda” kata pasien saya itu panjang lebar.

---

Benar kita patut berterima kasih atas kemajuan Tehnologi Informasi.
Kalau dahulu kita  saling berkirim Telegram untuk mengirim pesan penting, saat ini kita dapat kirim pesan lewat SMS, MMS atau email baik melalui Smartphone, Laptop, Netbook atau Desktop. Sambil melihat TV atau duduk di Ruang Keluarga rumah kita, maka pesan itu sudah terkirim.

Saat ini
  1. Pelayanan Telegram sudah ditutup karena  sudah banyak orang tidak mau memanfaatkan Telegram lagi. Lebih nyaman via SMS dari sebuah Handphone.   
  2. Kiriman Kartu Natal, Tahun Baru, Idul Fitri Uang Tahun melalui jasa pos juga sudah berkurang banyak. Penjualan Perangko sudah berkurang. Kirim SMS  lebih cepat dan lebih murah, apalagi sudah ada bonus dapat SMS sekian banyak setelah isi ulang pulsa handphone sekian rupiah. Promisi yang luar biasa.
Selamat pagi.-

Minggu, Maret 18, 2012

Ingin masuk Panti



Hari Jum’at 9 Maret 2012 pagi saya memasuki Ruang Periksa di Panti Wreda Kasih, dimana saya melakukan pelayanan kesehatan bagi para warga Panti Wreda Kasih tiap hari Jum’at, Ibu Panti melaporkan bahwa ada seorang Oma ingin masuk Panti.

Oma L, 84 tahun ini diantar oleh putrinya, Ny. K. Mereka berdua naik mobil sedan yang dikendarai oleh Ny. K. Tempat tinggal mereka cukup jauh yaitu di daerah TG, sekitar 20 Km dari kota Cirebon.

Dengan alasan tidak ada yang mendampingi Ibunya, maka Ny. K  mengantarkan Ibunya ke Panti. Oma L sendiri menyatakan bahwa ia menghendaki tinggal di Panti saja agar tidak merepotkan putri dan keluarganya.
Ny. K tinggal bersama suaminya dan mereka mempunyai seorang putra sekitar 20 tahun. Keluarga mereka cukup berada. Toko yang menjual bahan-bahan bangunan rumah yang cukup besar rasanya mempunyai ekonomi yang memadai juga.

Saya cukup lama berbincang-bincang dengan Oma L dan Ny. K.
Dalam perbicaraan kami, saya bertanya, kalau tidak ingin merepotkan  keluarga putrinya, dapat saja Oma ini menempati sebuah kamar dan diberikan seorang pendamping yang dapat melayani 24 jam di rumah mereka atau tinggal di sebuah rumah kecil yang dekat dengan rumah mereka sehingga memudahkan Oma L untuk dikunjungi kalau terjadi sesuatu.

Rupanya Oma L sudah menyatakan ingin hidup di Panti saja. Ah..kasihan juga ya.
“Mengapa seorang Ibu di hari tuanya kok tidak ingin hidup dengan putri satu-satunya? Mengapa seorang Oma ingin hidup di Panti sedangkan dia mempunyai keluarga yang berkecukupan?”

Pertanyaan itu juga saya sampaikan dalam Rapat Bulanan Pengurus Panti tanggal 12 Maret 2012. Secara Medis, Oma L saat itu tidak mempunyai penyakit yang serius dan rasanya dapat diterima untuk menjadi warga Panti.
Pak H, Ketua Panti dan semua anggota Panti menyetujui agar sebelum diterima, sebaiknya dilakukan peninjauan rumah dan keluarganya. Saya setuju dan bersedia mengikuti Tim yang akan melawat Oma L. Hari dan waktu telah ditentukan yaitu hari Kamis, 15 Maret 2012, pukul 10.00, kami ( saya, Ibu M, Ibu H, dan Ibu Pendeta S ) diantar Supir akan berangkat.

2 hari sebelum keberangkatan Tim, saya mendapat pesan SMS dari Ibu Panti bahwa Oma L terjatuh di rumahnya dan tidak dapat duduk atau berdiri.

“Baiklah, nanti oleh Tim Pelawat akan dilihat dan didoakan agar semoga cepat sembuh.” Saya menjawab pesan SMS tadi.

15 Maret 2012 sekitar pukul 11.00 Tim Pelawat tiba di rumah keluarga Oma L.
Toko Bahan Bangunan yang merangkap rumah milik mereka cukup besar. Suami Ny. K sedang diruang tokonya dan tidak mengantar kami untuk menegok Ibu mertuanya. Aneh juga rasanya. Ada rombongan tamu dari Gereja, ia tidak mau mendampingi isterinya. Emang kata Ny. K,  Oma L ini  tidak begitu suka dengan suaminya itu dan Oma L tidak ingin hidup serumah dengannya.

Saat kami memasuki kamar Oma L yang cukup besar dan berudara dingin ( ber-AC ), kami melihat Oma L terbaring dengan lemes di atas sebuah springbed. Saya melihat kaki kanannya dapat digerakkan, tetapi kaki kirinya seperti tidak berdaya atau lumpuh.

Saya berpikir mungkin Oma L ini mengalami patah tulang paha kiri.
Dari pembicaraan kami dengan Oma L, katanya saat ia berada di Dapur, sepertinya ada suatu dorongan dari belakang yang menyebabkan dia terjatuh ke lantai dapur. Padahal ia tidak melihat ada seseorang di dapur tersebut. Putrinya kaget dan panik, kok Ibunya tiba-tiba bisa terjatuh. Seorang Tukang Urut dipanggil untuk mengurut kaki kiri Oma L. Hasilnya tidak banyak perubahan.

Segera saya membuat Surat Pengantar ke Bagian Radiologi ( Rotgen ) di Rumah Sakit terdekat yaitu RS Arjawinangun, untuk melihat apakah ada patah tulang dan lokasinya dimana?

Tim Pelawat juga mendoakan Oma L agar diberi ketabahan, kekuatan dan semoga segera sembuh.
Saat pamitan dengan keluarga Oma l, saya berpesan agar nanti hasil Rontgen Oma L di informasikan via SMS kepada saya. Di dalam perjalanan pulang kami merasa bahwa Oma L tidak diperhatikan oleh anak mantunya. Aneh juga kalau seorang pria mencintai seorang wanita, seharusnya ia juga mengasihi Ibu dari isterinya, karena tanpa adanya Ibu itu, tidak akan ada putri yang dinikahinya.

Sekitar pukul 15.30 saat saya sudah tiba di rumah, saya mendapat pesan via SMS dari Ny. K, bahwa hasil Foto Rotgen kaki Ibunya: ada patah tulang dipangkal tulang paha kiri. Ah..benar juga ada fraktur / patah tulang. Patah tulang ini memerlukan waktu penyembuhan yang cukup lama mengingat Oma L sudah lanjut usia, 84 tahun.

Saya menjawab dan berpesan kepada Ny. K, agar Oma L sebaiknya dirawat saja di sebah Rumah Sakit yang mempunyai Dokter Ahli Bedah Tulang, mislanya di RS Pertamina Klayan, Cirebon atau di kota Bandung. Semoga Dokter disana dapat segera memperbaiki patah tulang kaki Oma L.

Dalam perjalanan pulang ke Cirebon, Ibu H. berkata “Sepertinya ini sebuah peringatan bagi suami Ny. K , bahwa Ibu mertuanya ( Oma L ) ini tidak boleh hidup di Panti, tetapi hidup bersama dengan keluarga putrinya di rumah saja.”

Saya menjawab “Benar, kalau saja suami Ny. K. ini menyadari bahwa dia seharusnya merawat Ibu mertuanya di rumah selama di masih hidup dan bukan melempar ke sebuah Panti, tentu akan jauh lebih baik dan akan mendapat berkat dari Tuhan. Kapan lagi mau berbakti kepada orang tua, kalau bukan sekarang saat Ibunya masih hidup?”

Saya sering menjumpai bahwa “Untuk berbuat baikpun, ternyata tidak mudah”, contohnya banyak.
Untuk berbuat baik, ternyata tidak mudah, tetapi dia tidak mau berbuat baik untuk seseorang yang cukup dekat dengannya. Ini luar biasa.-


Senin, Maret 12, 2012

Mau cabut Gigi



Beberapa hari yang lalu datang Nn. E, 25 tahun.
Sore itu  terdengar suara bel pintu masuk Ruang Tunggu. Saya persilahkan masuk seorang wanita.

Saya menanyakan identitas pasien ini: nama , umur dan alamat.
Lalu saya bertanya apa keluhannya?

Ia menjawab “Dok, saya mau nambal gigi saya yang berlubang.”

Glek…apa tidak salah masuk nih.

Saya berkata “Maaf, saya bukan Dokter Gigi. Kalau mau nambal atau cabut Gigi datanglah ke Dokter Gigi N. ( tetangga saya ).”

Dengan wajah memelas Nn. E mengeluh dan kaget “Oh..maaf Dok.”
Ia keluar dari Ruang Periksa, tanpa berkata apa-apa lagi.

????

----

Kejadian seperti itu sudah beberapa kali terjadi.
Pasien sering kali tidak membaca Papan Nama Dokter yang  akan dimintai bantuannya. Setelah masuk mereka bingung sendiri.

Hendaknya kita teliti, sebelum mengetuk pintu rumah orang.

Kejadian inipun pernah saya alami. Kalau ingat akan hal itu saya jadi malu sendiri.

Pengalaman ini terjadi pada tahun 1966, saat saya hendak mengikuti Ujian masuk Perguruan Tinggi di Universitas GM di Jogyakarta. Sehari sebelum Ujian berlangsung, saya tiba di kota Yogya dan bermalam di sebuah penginapan di sekitar stasiun kereta api Tugu.

Sebagai orang yang belum pernah datang ke kota Yogya, saya belum tahu dimana ada praktik Dokter Umum. Saat itu kepala saya terasa sakit dan bermaksud berobat.

Saat berjalan kaki di kaki lima Jalan Malioboro yang nyaman, saya meihat ada sebuah rumah dimana ada Dokter Praktik. Saya masuk dan duduk, menunggu giliran. Sekitar 30 menit saya menunggu akhirnya terbukalah pintu Ruang Periksa.

Seorang Perawat wanita bertanya “Siapa berikutnya?”

Saya berdiri dan mendekatinya. Di sebelah dalam saya melihat Kursi pasien Dokter Gigi.
Wah…pasti ini Dokter Gigi yang berarti saya sudah salah masuk. Apakah ini  suatu firasat buruk? Tidak bisa masuk. Apakah saya tidak diijinkan masuk Universitas yang akan saya pilih? Ah.. belum tentu, saya menghibur diri sendiri.

Oleh karena ini bukan Dokter yang saya maksud, saya berkata “Maaf Zus, saya tidak jadi berobat.”
Sang Perawat bengong.

Akhirnya saya berjalan kaki lagi dan mencari toko yang menjual obat pain killer yang dapat dibeli secara bebas, tanpa resep dokter.

Setelah membeli Nasi bungkus, saya kembali menuju penginapan. Saya minum tablet pain killer yang saya beli dan saya mencoba untuk beristirahat.

Saya membatin “Apa yang akan terjadi terjadilah. Bisakah saya lulus dalam Ujian Masuk besok pagi?”

Ternyata nama saya tidak ada dalam Pengumuman Hasil Ujian Masuk di Universitas itu. Saya beruntung dapat mengikuti kuliah pada tahun 1967 di salah satu Fakultas Kedokteran di kota Bandung. Lulus sebagai Dokter Umum, bekerja menjadi Pegawai Negeri Sipil selama 20 tahun dan mengajukan Pensiun atas permintaan sendiri TMT 1 April 2000.

Saat ini saya dan isteri menikmati hidup pensiun di usia lanjut.

Kalau ada pasien yang salah masuk, saya selalu teringat pengalaman saya yang juga salah masuk ke Ruang Periksa Dokter Gigi, padahal  ingin masuk ke Dokter Umum.

Jadi kalau ada pasien yang salah masuk Ruang Periksa saya, saya tidak memarahinya, tapi bahkan tersenyum. Saya juga penah mengalaminya. Manusiawi juga ya.

Kamis, Maret 08, 2012

Kencing Manis dan Prostat


Penyakit yang di kala usia muda tidak ada, bisa muncul pada usia lebih lanjut.
Usia lanjut bukan berarti akan tetap sehat. Sering kali ada banyak penyakit bermunculan di usia senja, apalagi kalau kesehatan tidak dijaga, tidak peduli dan hidup tidak teratur. 

Contoh kasus:
Kebiasaan Merokok sejak usia muda, yang sudah diperingati oleh banyak orang tetapi mereka para smoker tetap tidak bergeming. 20 – 30 tahun kemudian di saat usia mencapai usia baya, ia menderita batuk-batuk yang tidak kunjung sembuh. Saat memeriksakan diri kepada Dokter, pada  hasil pemeriksaan foto Thorax ( Jantung dan Paru-paru ) terdapat gambaran Canon ball yang merupakan ciri radiolodis awal dari  Kanker paru. Pasien sering berobat bila stadium penyakit sudah lanjut. Keadaan ini membuat makin sulitnya tindakan pengobatan.

Kebiasaan makan enak yang umumnya ada pada makanan yang berlemak, cenderung akan  membuat kadar Kolesterol darah meninggi. Hiperlipidemi ini akan mendorong timbulnya penyakit Hiertensi, Jantung Koroner dan Stroke. Enaknya makanan biasanya ada pada makanan yang berminyak. Sop Buntut dan Empal Gentong  yang berlemak lebih enak dari pada Sayur bening Bayam atau Sayur Asam. Sekali-kali menyantap makanan yang enak bolehlah ( misalnya saat menghadiri suatu Resepsi pernikahan keluarga / relasi ), tetapi tidak setiap hari.

Keengganan makan Sayur dan Buah-buahan juga sangat berpengaruh terhadap pola buang air besar. Mereka ini cenderung akan mengalami Sembelit ( Konstipasi ) atau susah buang air besar. B.a.b. hanya tiap 4-5 hari sekali. Tentu ini tidak sehat. B.a.b. tiap hari akan membuat saluran pencernaan berjalan baik dan selera makan juga baik. Makin lanjut usia akan makin susah b.a.b. apalagi kalau  tidak mau makan Sayur dan Buah. Bila perlu semuanya diblender saja dan disedot memakai sedotan yang berdiameter besar. Selain merupakan sumber Vitamin dan mineral, Sayuran dan Buah-buahan akan membuat gerakan perstaltik Usus akan bertambah kuat yang akan mendorong ampas makanan menuju ke pintu belakang.

Demikianlah bila kita mau hidup sehat, mau memperhatikan pola makan yang baik, mau melakukan pola hidup yang teratur, maka status kesehatan yag baik rasanya tidak teralau susah.
Memang semuanya itu patut didukung dengan sumber dana yang cukup.

Nasihat orang bijak yang mengatakan “Lebih baik badan sehat  mekipun uang pas-pasan saja, dari pada punya banyak uang tetapi badan sakit-sakitan. Uang dalam sekejap akan habis”, ada benarnya juga.
Uang perlu dimiliki dengan bijaksana. Menabung di kala muda ada baiknya, sebab diusia lanjut uang itu dapat dimanfaatkan untuk menunjang kesehatan, minimal diri sendiri.
---
Pak H, saat ini berusia 83 tahun. Sudah lanjut.
Di usia  45 – 50 tahun kesehatannya baik. Batuk pilek, diare biasa di derita dan sembuh tanpa bekas.
Diusia mendekati 60 tahun mulailah banyak keluhan.
Ujung-ujung jari sesemutan ( parestesi ), periksa di Puskesmas di dekat rumahnya. Hasil pemeriksaan Glukose darahnya meninggi. Pak H menderita Diabetes mellitus ( DM tipe 2 ). Saat diperiksa tekanan darahnya berulang selang 1 minggu kemudian juga ada Hipertensi ( Darah tinggi ).

Pak H mengusahakan punya  Kartu Jaskesmas dari pihak RT, RW dan Kelurahan setempat. Akhirnya Pak H memiliki kartu sakti ini. Kalau berobat ke Puskesmas dan Rumah Sakit Umum yang ada di kota kami juga gratis. Semua pemeriksaan Darah di Lab. Klinik dan Foto Thorax di RS Umum ini juga tidak diungut biaya alias gratis. Beruntung Pak H memiliki Kartu Jamkesmas ini.

Keluhan utama Pak H ini kalau ingin kontrol ulang ke Bagian Penyakit Dalam, harus berangkat pagi-pagi dari rumah sebab ada banyak antrian pasien yang akan berobat kalau datang sudah siang. Pelayanan petugas RS dan para Dokter yang bergantian memeriksa cukup baik, hanya tidak bisa bertanya panjang lebar sebab masih banyak pasien di luar yang harus diperiksa.

Kira-kira 6 bulan yang lalu Pak H mengeluh tidak bisa pipis sejak 5 jam yang lalu. Kandung kencingnya penuh sebesar kehamilan 5 bulan. Saya anjurkan untuk dipasang slang ( kateter ) di RSU. Akhirnya Pak dipasang kateter selama 3 hari. Hari ke 4 slang dilepas, tetapi baru beberapa jam kemudian ia tidak dapat pipis kembali. Ia mengalami Retensio urinae lagi, karena pembesaran kelenjar Prostat ( yang hanya dimiliki oleh kaum bapak ).

Petugas RS menganjurkan untuk dilakukan operasi Prostat. Pak H di rawat di RS dan mengalami pemeriksaan darah, Foto Thorax dan lain-lain. Dokter Ahli Urologi melakukan operasi Prostat pada Pak H. Katanya operasi diakukan dengan memasang slang dari lubang kencing ( uretra ), kemungkinan besar dilakukan TUR ( Trans Urethral Resection ). Operasi ini membutuhkan 2 labu darah yang diminta dari PMI setempat.

Saat pak H dirawat dan dioperasi, saya dan isteri sedang berada di Australia selama 3 minggu untuk tengok putra dan putrid kami yang tinggal dan bekerja disana. Sepulang dari Australia, saya mendapat berita bahwa operasi Pak H berjalan baik.

Bulan Maret 2012 ini keadaan umum Pak H cukup baik. Tekanan darah dalam batas normal ( minum tablet anti HIpertensi golongan Betabloker ) dan kadar Glukose darahnya juga dalam batas normal ( minum tablet anti diabetes  Metformin ).

Ia bersyukur saat ia sakit, dirawat di RS dan mengalami operasi, semuanya tidak dipungut biaya. Pak H merupakan pasien yang beruntung mendapat fasilitas berobat  gratis dari Pemerintah.