Saya mempunyai kisah lain tentang alergi Komputer ini.
Ketika saya masih aktip bekerja di salah 1 Puskesmas, saya menganjurkan kepada salah seorang staf saya agar ia membeli 1 set Komputer agar ia dan ke 2 putranya yang duduk di SMU paham tentang komputer.
Ketika ia mempunyai cukup rejeki, ia membeli 1 set Komputer type 486 DX yang saat itu masih cukup memadai untuk program aplikasi yang akan dipakai. Ia merasa tergugah dengan motivasi saya agar segera memiliki Komputer. Sesudah hal itu terkabul, giliran isterinya ngomel, ”Untuk apa beli komputer dan tidak ada gunanya bagi kami saat ini.” Suaminya menerangkan dengan sabar manfaat Komputer saat ini dan juga demi study putra mereka yang pasti dalam waktu dekat mereka sudah harus bisa menangani komputer karena tugas-tugas di sekolah yang memerlukan Komputer.
Ketika isterinya yang pegawai negeri sipil mendapat tugas menulis laporan, maka suaminya yang membuatnya dalam waktu yang relatip singkat dan tanpa ada goresan “tip ex” ( penghapus tulisan mesin tik ) sehingga laporan itu terlihat rapih. Barulah isterinya menyadari pentingnya Komputer. Baru tau dia…
Suaminya saat ini sedang menyusun skripsi untuk jenjang pendidikan S1 nya yang ia ambil pada kuliah sore hari di salah satu Perguruan Tinggi di
Berbeda dengan orang lain yang alergi Komputer maka putra saya yang pada tahun 1997 masih duduk di SMU sudah merasakan bahwa ia perlu komputer karena ia sering kali mendapat tugas dari gurunya untuk membuat macam-macam tugas tulis menulis ( daftar piket dll ). 1 tahun kemudian putri kami yang duduk di SMP juga tidak menolak ketika saya memesankan 1 set komputer untunya. Jadi masing-masing kami mempunyai 1 set Komputer agar tidak saling terganggu bil a pada saat yang sama memerlukan Komputer. Saat ini kami saling mengirim/menerima e-mail karena mereka melanjutkan study diluar negeri.
Bulan Juli 2000 putra kami mengirimkan alamat personal web site nya di Internet. Ketika saya menerima alamat tsb, saya mempunyai ide bahwa bila putra saya dapat membuat personal web site di Internet, maka saya juga pasti bisa. Padahal sebelumnya kalau saya pergi ke toko buku yang menyediakan buku-buku tentang program aplikasi pembuatan Web site, saya selalu cepat-cepat berlalu. Saya alergi terhadap program ini ( alergi juga ni ye..). Saya membayangkan bahwa pembuatan program web site itu sangat rumit, memerlukan bahasa HTML dsb yang tidak saya kuasai. Sekarang apakah saya tetap alergi dengan program ini? Kalau saya alergi, maka sampai kapanpun saya tidak akan dapat membuat personal web site sendiri. Saya harus memesan kepada orang lain untuk membuat personal web site ini dan ini tentu tidak gratis. Yang terakhir ini saya pastikan tidak mau. Jadi saya harus mebuatnya sendiri. Terdorong oleh personal wb site putra kami, maka saya mencoba membuatnya.
Langkah-langkah yang saya ambil adalah:
- Mencari buku-buku tentang cara pembuatan Web site.
- Mencari software dan meng install pembuat web site.
- Mencari informasi dimana saya dapat meng uploading files personal web site yang akan saya buat.
- Mencoba membuat personal web site dengan cara autodidak.
Kesalahan demi kesalahan saya lewati. Dalam 2 hari di sela-sela jam praktek dan kesibukan rutin saya sehari-hari, akhirnya saya dapat membuat personal web site dan dapat di akses di Internet. Bila Anda ada waktu, silahkan Anda mengunjunginya di alamat: http://crb.elga.net.id/~basuki yang sudah almarhum karena ISP kami sudah ditutup 2 tahun yang lalu.
Kalau saya bisa, maka Anda pun pasti bisa. Syaratnya?: kemauan.
Selamat membuat personal web site di Internet. Saat ini sudah banyak fasitasyang gratisan untuk membuat personal website atau webblog / Blog, seperti: http://www.blogger.com Bye.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar