Kamis, Mei 26, 2011

Tidak bisa kompak



Pada umumnya manusia hidup berkelompok. Jarang ada orang yang dapat hidup tanpa teman / orang lain. Tarzan yang hidup di hutanpun, mencari dan mempunyai banyak teman meskipun mereka bukan manusia. Jadi aneh rasanya kalau saya punya seorang karyawan ( si A ) yang ditemani karyawan lain ( si B ), maka si A akan memusuhi si B yang bekerja kemudian.

---

Contoh Kasus 1 :

Kami mempunyai seorang pembantu Rumah Tangga wanita yang bekerja di rumah kami ( si C ) sejak 5 tahunan. Si C bekerja dibantu oleh anak gadisnya ( si D ). 2 tahun kemudian si D menikah dengan pria sedesanya. Dengan demikian si C bekerja sendirian. Oleh karena biasa bekerja berdua, si C mengeluh. Katanya ia tidak punya teman untuk sekedar ngobrol. Saya membatin, kamu ingin bekerja atau ingin ngobrol sih?

Akhirnya isteri saya mempekerjakan seorang wanita Pembantu RT yang lain ( si E ) sebagai pengganti si D yang berasal dari lain Kabupaten.

Baru beberapa hari bekerja, kami perhatikan ia dimusuhi oleh si C. Akhirnya si C dan si E bertengkar. Terpaksa kami memberhentikan di E dengan dasar di C sudah lama bekerja di rumah kami dan sudah cocok.

Rupanya si C tidak bisa kompak dengan orang lain, selain dengan anaknya yaitu si D.


Contoh Kasus 2:

Saya mempunyai langganan Tukang ( Pak Tatang, bukan nama sebenarnya ). Pak Tatang ini biasa membantu kami untuk memperbaiki atap yang bocor, mencat pgar rumah, memperbaiki saluran air dll.

Suatu hari pagar rumah Ibu kami perlu dicat ulang. Saya menyampaikan maksud saya yaitu untuk memanggil Pak Tatang ini kepada Ibu kami.

Ibu kami menjawab bahwa Pak Duki ( bukan nama sebenarnya ) yang seorang Tukang langganan Ibu kami, hari ini datang dan akan memperbaiki atap garasi yang bocor. Pak Duki yang dipesan datang beberapa hari yang lalu, baru datang hari ini.

Pak Duki berkata bahwa untuk mencat pagar, ia dapat dibantu oleh anaknya yang Tukang juga untuk menjadi asistennya dan Pak Tatang tidak usah bekerja.

Sejak awal Pak Duki sudah tidak kompak dengan Pak Tatang. Dari pada upahnya diberikan kepada Pak Tatang lebih baik diberikan kepada anaknya saja.

Saya jengkel dan tetap mempekerjakan Pak Tatang ( langganan saya ) dan Pak Duki ( langganan Ibu kami ) untuk pengecatan rumah tsb.

Akhirnya kami memutuskan win-win solution saja, yaitu Pak Tatang tetap bekerja. Pak Duki dan anaknya mulai besok akan bekerja juga. Hal ini diputuskan agar pengecatan pagar dapat cepat selesai, dari pada dilakukan oleh 1 atau 2 orang Tukang saja.

---

Contoh Kasus 3:

Beberapa tahun yang lalu saya mempunyai langganan Tukang Kayu, Pak L, 65 tahun.
Ia sering bekerja di rumah kami untuk perbaikan Kusen Pintu atau Jendela yang lapuk dan perlu diganti dengan kayu yng baru.

Oleh karena saya merasa, ia perlu dibantu oleh seorang asisten untuk angkut kayu dari halaman rumah ke lantai 2 rumah kami, saya mempekerjakan lagi seorang sisten, Sdr. B. Maksud saya agar pekerjaan perbaikan Kusen cepat selesai.

Ternyata Pak L lebih enjoy kalau bekerja sendirian.
Saat saya  mendekati Pak L, tampaknya ia sedang ngomel-ngomel kepada Sdr. B. Ada saja alasan Pak L untuk ngomelin si B. Rupanya Pak L ini tidak senang kalau ia dibantu oleh orang lain.

Saya membatin, kok  ada ya orang yang seperti ini. Diberi asisten kok ia tidak senang. Ia tidak bisa kompak dengan orang lain.

Saya mendengar beberapa tahun yang lalu bahwa Pak L sudah almarhum. Met jalan Pak L.

---

Anda punya pengalaman yang sama?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar