Rabu, Agustus 24, 2011

Mau berobat juga


Dua hari yang lalu, saat saya praktik sore, datang berobat Ibu S,  50 th.
Pasien  ini diantar oleh suaminya Pak A, 60 th. Ibu S mengunjungi tempat praktik saya karena diberitahu oleh tetangganya yang pernah berobat dan sembuh.

Keluhan Ibu S ini adalah Batuk pilek dan perut sering terasa tidak nyaman ( nonjok ). Ia gemar makan sambel. Tidak sedap kalau tidak makan dengan sambel, katanya.

Setelah mendapatkan pemeriksaan, resep untuk membeli obat dan membayar biaya pemeriksaan Ibu S pamit dan keluar dari ruang periksa. Sang suami juga  meninggalkan ruang periksa setelah menyalami saya.

Sejenak terdengar suara percakapan di ruang tunggu pasien. Saya mengira itu adalah suara percakapan antara keluarga Ibu S dengan pasien lain yang hendak berobat. Mungkin mereka saling mengenal.

Tidak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu ruang periksa.
Saya pikir ini adalah pasien lain yang hendak berobat.

Setelah pintu saya buka ternyata yang mengetuk pintu adalah Pak A, suami Ibu S tadi.

Saya bertanya “Ada apa Pak? Adakah barang Bapak yang tertinggal dalam ruangan ini?”

Pak A menjawab dengan wajah serius “Bukan, Dok. Saya ingin berobat juga.”

Kalau hendak berobat juga, mengapa Pak A ini tidak menyampaikan maksudnya tadi sebelum mereka meninggalkan ruang periksa? Atau apakah Pak A tidak membawa uang untuk biaya pemeriksaan dua orang?

Setelah saya tanya apa keluhan Pak A, ia menjawab sering batuk dan kadang-kadang terasa sesak nafas. Saran untuk dibuat Foto Paru dan Jantung ( Foto Toraks ), Pak A menolak dan meminta diberi resep obat saja. Pemeriksaan Aukultasi ( periksa dengar ) pada Paru-parunya menunjukkan adanya gangguan dan kemungkinan penyakitnya sudah lama diderita.

Saya memberikan resep obat untuk Pak A. Sebelum meninggalkan ruang periksa Pak A menyalami saya lagi untuk yang kedua kalinya.

Setelah pasien saya ini  meninggalkan tempat praktik saya, saya membatin lucu juga ya pasien ini. Mau berobat, tetapi rupanya agak ragu-ragu dan setelah  keluar ruang periksa  ia masuk lagi.

Kejadian ini  saya alami beberapa kali dengan pasien yang lain. Semula  anaknya yang berobat, kemudian ayahnya minta berobat juga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar