Selasa, Maret 29, 2011

Patah tulang jari tangan



23 Maret 2011 datang berobat Sdr. S, 23 tahun. Ia diantar  Ayahnya yang seorang penjahit pakaian pria.

Keluhan S adalah tangan kanannya  tergencet rantai sepeda motor ayahnya. Entah mengapa sampai kejadian itu bisa terjadi. Akibatnya jari tangan ke 4  kanan luka robek dan jari tangan ke 3 tangan kanan patah. Dari hasil Foto yang telah dibuat di sebuah Klinik Rontgen, tampak adanya patah tulang pada ruas jari ke 2  Patah tulang ini  bersifat total ( putus ) yang menyebabkan S tidak dapat menggerakkan jari tsb dan ia mengeluh sakit yang hebat. S sudah berobat ke sebuah Puskesmas terdekat dan akhirnya ayah Sdr S membawa putranya ke tempat praktik saya.

Saya menjelaskan berulang-ulang kondisi jari-jari  yang cedera tsb dan menganjurkan agar minta bantuan Dokter Ahli Bedah Tulang untuk reposisi patah tulang jari tadi. Dengan demikian tulang jari yang patah tsb dapat diperbaiki dan kelak tidak membuat jari tsb cacad.

Maksud baik saya ditolak oleh ayah Sdr. S ini dengan alasan tidak ada biaya. Saran saya untuk minta bantuan Pemerintah Daerah untuk mendapatkan Kartu Jamkesmas ditolak mereka. Mereka hanya ingin berobat kepada saya dengan asumsi biayanya  dapat terjangkau, meskipun mereka maklum kalau nanti sembuh dari lukanya jari yang patah itu akan membuat S cacad. Akhirnya saya memberikan resep obat  untuk S berupa antibiotika, anti nyeri dan semacam gel untuk lukanya. Selain itu juga diberikan advis untuk memasang sebuah papan kecil untuk menyangga jari yang patah tadi

29 Maret S datang kembali untuk control ulang karena obat yang saya berikan hampir habis. Luka-lukanya mulai mengering. Saya adviskan kembali untuk berobat kepada Dokter Ahli Bedah Tulang. Mereka tetap menolak advis saya. Kembali saya memberikan resep obat kepada S.

Ketiadaan biaya merupakan suatu pemhalang besar bagi pasien dan keluarga pasien untuk berobat dengan baik.

---

Untuk berbuat baikpun, ternyata tidak mudah, ada batu sandungan di depan kita.

Minggu, Maret 27, 2011

Tanpa basa-basi



Pagi ini saat saya hendak menutup pagar halaman rumah, saya mendengar suara “Pak, obat Sariawan apa ya?”

Tanpa basa-basi seorang wanita yang salah seorang tetangga kami  tampak  3 meter di depan saya. O ..rupanya suara tadi berasal dari wanita ini.

Sebuah pertanyaan yang asal-asalan dan saya  menjawab asal-asalan lagi, sekenanya “ Minumlah kapsul Amoxycilin.”

Wanita tadi  berkata lagi “Saya sudah minum Amoxycilin. Saya punya di rumah.”

Saya menjawab lagi “Ya minumnya  selama 5 hari, sehari 3 kali 1 kapsul.”

Wanita tadi  tanpa menoleh kepada saya, beranjak meninggalkan saya begitu saja. Tanpa basa-basi lagi.

Sambil menutup pintu pagar, saya membatin “ Bertanya kepada saya, tetapi kok begitu ya  penerimaannya. Apakah saya yang salah atau dia yang salah atau kedua-duanya yang salah?”

Sambil masuk ke rumah, saya berkata kepada diri sendiri “Tidak mudah ya berkomunikasi dengan orang yang low educated. Serba salah.”

Pagi ini saya mendapat sebuah pengalaman  hidup lagi.

Ketaatan minum obat


3 hari yang lalu datang berobat untuk yang kedua kalinya, seorang Ibu M, 40 tahun. Dari hasil Foto Thorax yang dibuat, Ibu M menderita TB Paru.

Seperti biasa setelah di timbang BB dan dilakukan pemeriksaan fisik, saya bertanya apakah obat kombinasi anti TB sudah habis atau belum. Saya memberikan untuk yang pertana kali berobat diberikan resep obat unutuk 10 hari dahulu. Bila tidak ada keluhan atau efek samping, maka  resep berikutnya diberikan tiap 30 hari atau 1 bulan selama 6 bulan berturut-turut.

Ibu M berkata “Obat baru diminum 1 kali  lalu distop.”

Saya bertanya “Mengapa distop, Bu.”

“Sebab perut saya jadi mual setelah minum obat-obat yang dokter berikan.”

Saya berkata lagi “ Sebaiknya bila ada keluhan Ibu boleh dating lagi kepada saya untuk konsultasi. Kalau obat tidak diminum selama 6 bulan, penyakit Paru-paru Ibu tidak bisa sembuh.”

“Begini saya , Ibu minumlah sisa obat yang telah saya berikan, tetapi minum obatnya setelah makan, jangan saat perut kosong. Bila ada keluhan lain , silahkan Ibu datang kepada saya lagi , tidak usah bayar.” Saya memberi semangat kepada Ibu M ini.

Bagaimana penyakit mau sembuh kalau obat tidak diminum?
---

Hidup adalah anugerah, karena itu janganlah menyerah.

Selasa, Maret 08, 2011

Ulang tahun



Kali ini saya mau menulis apa ya?

Saat ini bulan Maret menjelang April. Mestinya hampir memasuki musim kemarau, tetapi hujan masih turun juga. Peralihan  dari musim hujan ke musiam kemarau atau sebaliknya biasa disebut sebagai masa Pancaroba.

Pada masa Pancaroba ini biasanya banyak  masyarakat yang terserang Batu pilek. Para pasien yang datang berobat bisanya menderita Flu terutama pada usia kanak-kanak.

Kemarin saya menghadiri sebuah acara yang sudah direncanakan sejak 1 bulan yang lalu.
Ada seorang Oma yaitu Oma TS, 71 tahun pada tanggal 7 Maret 2011 akan dirayakan ulang tahunnya oleh Pengurus Panti Wreda Kasih milik Gereja kami. Setiap warga Panti yang ulan tahun selalu dirayakan meskipun dengan sederhana. Dengan demikian warga Panti di dalam masa tuanya masih dapat merayakan Hari Ulang Tahunnya sebelum tiba masanya  dipanggil oleh Tuhan.

Ibu Sekretarais ( Ibu Y )  berpesan kepada saya pada acara Ulang tahun tsb  mohon saya dapat membuat dokuentasi Foto bersama. Kalau jumlah warga Panti 13 orang dan ditambah Pengurus Panti sekitar 12 orang maka ada sekitar 25 orang yang akan di foto. Dengan Kamera saku digital rasanya tidak mantap sebab jangkauan lampu Blitz tidak akan mencapai jarak 5-6 meter di dalam ruangan aula yang cukup luas.Meskipun demikan saya  masih akan menggunakan kamera saku digital Nikon saya  dengan fasilitas Night mode sehingga kontras foto dapat menjadi lebih terang kalau dibandingkan dengan  fasilitas normal mode.

Untuk keperluan acara ini saya akan memakai kamera  Yashica milik saya yang sudah ketinggalan jaman bila dibandingkan dengan Kamera digital masa kini. Meskipun demikian saya akan menggunakan kamera ini memgingat lensa  optional yang saya beli terpisah mempunyai fasilitas foto makro ( 35 mm ), dengan demikian  pasti semua yang hadir dapat difoto dengan mudah dengan kamera  jadul ini. Lapangan pandangan lensa makro akan lebih luas dari pada lensa normal ( 50 mm ).

Kesulitan lain adalah  agak sukar mencari 1 rol Film seluloid Asa 200, karena saat ini  semua Toko Foto sudah jarang yang menjual Film seperti itu. Maklumlah orang kebanyakan minta tolong mencetak Foto dari HP dan kamera digital, tidak memakai Film seluloid lagi. Sering kali  masih tesedia Film tsb tetapi sudah kedaluwarsa ( tahun 2009 atau 2010 ) sedangkan sekarang tahun 2011. Saya khawatir separasi warna yang terbentuk  tidak seindah kenyataannya. Beruntung saya masih mendapatkan Film  Fuyi Asa 200 yang kedaluwarsanya  tahun 2012.

Beberapa orang Pegurus Panti sudah khawatir untuk Foto bersama saya tidak dapat ikut  dalam Foto tsb, kecuali kalau bergantian ada  orang yang menjepret tombol rana kamera saya. Saya jawab  saya akan membawa kaki tiga ( tripod )  untuk menahan  dan memegang Kamera  serta akan digunakan fasilitas auotomatis yang akan bekerja selang 10 detik setelah saya menekan tombol rana kamera jadul ini. Meskipun jadul tetapi  fasilitas automatis sudah tersedia. Hebat juga  Kamera kesayangan saya ini. Akhirnya saya  dapat ikut berfoto bersama dengan warga dan Pengurus Panti

Acara dimulai dengan berdoa yang dipimpin oleh Ibu M, menyampaikan sebuah renungan dari Alkitab, menyalakan api lilin uang tahun ke 71 diatas sebuah cake mungil. Para hadirin bersama-sama menyanyikan lagu “Selamat Ulang Tahun “. Oma TS diminta juga menyanyi. Ia menyanyikan sebuah lagu rohani dengan suara yang serak-serak basah dengan bersemangat.

Semua Pengurus Panti terharu, sebab dapatkah kami masing-masing mencapai usia 71 tahun seperti Oma TS ini. Jawabnya bisa ya dan bisa juga tidak. Masalah umur haya Tuhan yang tahu. Kita semua bersyukur bila malam itu kami semuanya masih diberi kehidupan olehNya.

Acara terakhir adalah penyampaian ucapan Selamat Ulang Tahun kepada Oma TS. Setelah acara seremonial Ulang Tahun selesai, maka acara santap malam bersama dimulai. Menunya Nasi putih ditemani dengan Kuah Baso Ikan, Sambel Goreng Telur Ayam, Kerupuk, Acar Mentimun dan minuman Teh hangat dan Air meneral. Sebagai cuci mulut tersedia Puding Coklat dengan sausnya. Ah..nikmat juga Dinner malam ini.

Di luar gedung hujan masih turun dengan deras sehingga suhu udara disekitar Gedung Panti terasa sejuk sesejuk hati kami masing-masing pada malam itu.

Pukul 20.15 saya  meninggalkan Gedung Panti mengendarai mobil kami. Dalam perjalanan saya berharap semoga  Foto-foto yang saya buat, hasil cetakannya bagus.

Keesokan harinya , tanggal 8 Maret saya  meminta bantuan sebuah Toko Foto langganan saya untuk mencuci dan mencetak ukuran Postcard. Ternyata hasilnya not so bad. Lumayanlah untuk kenang-kenangan kami. Kalau sudah cukup tabungan saya akan membeli sebuah kamera Digital merk Canon atau Nikon yang lebih bagus. Hobi Fotografi termasuk salah satu hobi yang mahal, tetapi banyak sekali manfaatnya. Pergi kemana-mana dengan ditemani Kamera digital  akan terasa  lebih lengkap untuk mengabadikan sebuah moment yang jarang terjadi disekitar kita.

“Met ulang tahun ya Oma TS.”