Minggu, November 11, 2012

Pasien


Sikap pasien bermacam-macam. Ada yang menghargai dokternya dan ada juga yang tidak menghargai dokternya, meskipun para pasien sudah mendapatkan pelayan kesehatan dari dokternya

---

Suatu sore saat saya buka praktik, ada seorang pemuda yang menghendaki agar saya dapat datang ke sebuah rumah di jalan Anu nomer sekian. Rupanya pemuda ini orang suruhan dari keluarga pasien yang bermaksud memanggil seorang dokter.

Saat saya tiba di rumah pasien, pemuda tadi langsung menghilang. Seorang Ibu menemui saya dan berkata bahwa suaminya yang sakit sudah meninggal dunia. Tampak di ruang depan rumahnya banyak tetangga yang berdatangan.

Kalau sudah meninggal dunia, ya saya tidak dapat berbuat banyak untuk menolong pasien. Ibu tadi tampak cuek terhadap saya, yang dipanggil datang ke rumahnya.

Jangankan memberikan doctor fee, bilang terima kasih saja juga tidak.
Saya maklum akan kedaaan ini, mungkin Ibu tadi sedang bingung dan sedih ditinggal pergi oleh suaminya. Segera saya meninggalkan rumahnya untuk kembali buka praktik.

---

Beberapa tahun yang lalu, suatu senja datang berobat sepasang suami-isteri. Mereka turun dari sebuah Sedan yang masih baru. Pakaiannyapun terbuat dari bahan yang lebih bagus dari pakaian saya.

Rupanya sang suami yang hendak berobat. Suaminya menderita Flu berat. Setelah diperiksa dan dibuatkan sehelai resep obat, sang isteri bertanya kepada saya “Berapa, Dok?”

Saya menjawab “Dua puluh ribu.”

Wanita ini berkata lagi “Dulu kan sepuluh ribu, Dok.”

Saya menjawab “Iya benar beberapa tahun yang lalu harga beras juga masih murah. Sekarang harganya sudah 4 kali lipat. Jadi dua puluh ribu, tidak mahal, ada penyesuaian.”

Wajah wanita cemberut, tampak tidak puas akan jawaban saya.

Lalu saya berkata lagi “Kalau Ibu tidak punya uang dan tidak ikhlas, Ibu tidak usah bayar. Belilah obat di Apotik dan semoga lekas sembuh suami Ibu.”

Wanita ini terkejut akan ucapan saya ini dan segera mengambil uang sebuah lembaran uang dengan nilai seratus ribu rupiah.

“Ya sudah, ini Dok uangnya,” samba menyodorkannya kepada saya.
Saya bahkan bingung, sebab tidak ada uang kembaliannya. Sore itu mereka adalah pasien pertama saya.

“Pakai uang pas saja,” saya menjawab.

Setelah mereka meninggalkan Ruang Periksa, saya membatin, mereka orang yang kaya, tetapi masih menawar doctor fee. Kalau mereka orang miskin, saya sering menggratiskan doctor fee dan mereka mengucapkan terima kasih kepada saya.

---

Seorang Ibu diantar oleh putrinya datang berobat. Sang pasien menderita batuk-batuk sudah 1 minggu. Setelah pasien diperiksa, saya membuatkan resep obat.

Sang pasien berkata “Kami tidak punya uang, Dok, tapi ingin berobat disini. Uangnya hanya ada segini,” sambil menyodorkan uang selembar sepuluh ribuan.

Saya berkata “Tidak apa-apa Ibu. Semoga lekas sembuh ya. Belilah obat generik ini di Apotik terdekat dan pakailah uang ini untuk bayar obatnya,” sambil menyerahkan kembali uang yang Ibu tadi serahkan kepada saya.

Saya melihat ada tetesan air mata yang keluar dari mata Ibu tadi. Ia berkata “Dok, dokter bukannya dapat uang, tetapi malah memberi uang kepada saya.”

“Tidak apa-apa, Bu. Semoga Ibu cepat sembuh ya,” kata saya sambil membukakan pintu Ruang Periksa.

---

Itulah beberapa kisah yang pernah saya alami dalam melayani kesehatan masyarakat.

Selamat siang.

4 komentar:

  1. “Kalau Ibu tidak punya uang dan tidak ikhlas, Ibu tidak usah bayar. Belilah obat di Apotik dan semoga lekas sembuh suami Ibu.”
    Wah, itu punchline yang cerdas. Mungkin si ibu gak rela harganya naik.

    Biasanya saya jarang protes soal tarif karena dokter itu menjelaskan kenapa harga jasanya sendiri, obatnya segini, etc. Saya puasin saja.

    BalasHapus
  2. To Kencana,

    Seharusnya Ibu tadi maklum ada kenaikan doctor fee, sebab ia berobat terakhir sekitar 2 tahun yang lalu.

    Makin kaya seseorang, makin kikir dia.
    Seharusnya makin kaya, makin banyak amalnya ( makin banyak memberi kepada orang lain ).

    Kalaupun dia tidak mau membayar, saya amini saja. Mungkin belum rejeki saya.

    Tetap semangat.

    Salam.

    BalasHapus
  3. dokter basuki baik banget yah, jarang juga jaman skrg org sprti bapak, dokter byk yg jutek skrg,saya pribadi, meskipun ga ngerti obat apa yg dikasih dokter, tp dia ramah, murah senyum,itu aja udah sprti obat yg buat saya lebih cpt smbuh

    kalo ga pelit mungkin ga kaya dia sok, hehee, memang byk juga org spt itu, tuhan sudah mengatur rejeki kita, yang memberikan layanan terbaik , salam semoga makin sukses dok...

    BalasHapus
  4. To Meta Puspita Sari,

    Terima kasih sudah berkunjung dan memberi tanggapan.

    Hidup di masa pensiun, saya jalani apa adanya. Masih banyak orang-orang yang membutuhkan pertolongan dokter. Kalau saya dapat menolong mereka, saya sudah merasa senang. Semoga pertolongan saya banyak berguna bagi mereka yang membutuhkannya.

    Tuhan sudah banyak memberikan berkat bagi saya. Saya jarang sakit dan kalau menderita sakitpun cepat sembuh. Selama hidup saya sudah masuk 5 kali masuk perawatan di berbagai Rumah Sakit dan dapat sembuh kembali. Saya bersyukur akan hal ini. Jadi saya ingin berbuat kebaikan bagi sesama yang membutuhkan pertolongan saya sebagai dokter umum di kota saya, Cirebon.

    Dalam mnghadapi pasien, saya berusaha agar tetap keep smiling.
    Tetap semangat.

    Salam.

    BalasHapus