Minggu, Februari 10, 2013

Surat Keterangan Sakit


Suatu sore datang Ibu M, 30 tahun. Ia mengantar berobat putrinya, B, 7 tahun.

Ibu M bekerja di kota Bekasi, Jakarta. B demam, batuk, pilek sejak 2 hari yang lalu. Oleh kakeknya, Ibu M diberitahu bahwa putrinya sakit. Ibu M pulang ke kota Cirebon dan mengantar putrinya berobat kepada saya.

Setelah melakukan pemeriksaan, saya menulis resep untuk pasien B. Ibu M berkata “Dok, saya minta Surat Keterangan Sakit.”

Saya menjawab “Boleh, nanti saya buatkan Surat Keterangan Sakit untuk putri Ibu. Putri Ibu sekolah dimana dan kelas berapa?’

Ibu M menjawab “Surat itu bukan untuk anak saya, Dok tetapi untuk saya.”

Saya berkata “Saya hanya dapat memberikan Surat Keterangan Sakit untuk pasien yang berobat dan bukan untuk orang tuanya, sebab orang tuanya kan tidak sakit.”

“Iya itulah masalahnya Kantor tempat saya bekerja meminta Surat Keterangan Sakit atas nama saya,” kata Ibu M.

Saya berpikir “Ini tidak logis, yang sakit anaknya, tetapi Surat Keterangan Sakitnya untuk Ibunya.”

Saya menjawab “Tidak bisa, Bu.”

Wajah Ibu M murung.

Saya berkata lagi “Begini saja, Bu, saya buatkan Surat Keterangan Sakit untuk putri Ibu, kemudian surat ini di fotokopi beserta Resep Obat untuk putri Ibu, lalu berikan ke kantor tempat Ibu bekerja.” Jadi benar kan yang sakit putri Ibu dan Ibu datang menengok putri Ibu di Cirebon dan Ibu ijin tidak bekerja dengan bukti adanya Surat Keterangan Sakit bagi putri Ibu.

---

Saya pernah juga menghadapi hal mirip itu.
Suatu hari datang berobat Pak L, 40 tahun. Ia menderita Flu berat. Setelah diperiksa dan diberi Resep obat, Pak L berkata “Dok, saya minta dibuatkan Surat Keterangan Sehat juga”.

Saya menjawab “Untuk apa, pak, Surat Keterangan Sehat itu, Bapak kan sedang sakit. Mana bisa dalam waktu yang sama Bapak disebut sakit dan sehat bersamaan.”

Pak L ini menjawab “Besok batas terakhir bagi saya untuk memasukkan Surat Lamaran Bekerja di sebuah perusahaan dan saya harus melampirkan Surat Keterangan Sehat itu.”

Kepala saya mendadak cekot-cekot. Mana mungkin dalam waktu yang sama seseorang dikatakan sakit dan juga sehat.

Akhirnya saya menjawab “Begini saja pak, ini resep obat untuk Bapak dan untuk Surat Keterangan Sehatnya Bapak minta dari Dokter lain saja ya.”

Pak L tersenyum kecut, sebab kalau minta dari Dokter yang lain berarti harus membayar doctor fee dua kali. Sedangkan saat itu Pak L sedang mempunyai uang yang pas-pasan. Saya mengalah dan tidak memungut doctor fee. Jadi Pak L bisa membayar doctor fee untuk minta Surat Keterangan Sehatnya dari dokter lain.

---

Menghadapi keluhan pasien yang bermacam-macam sering kali seorang dokter harus bersikap bijaksana.

Selamat siang.-

8 komentar:

  1. Semua ada jalan keluarnya, ya dok.

    Saya pernah ada pasien yang datang, betul-betul sehat, untuk minta surat keterangan sakit dengan tawaran untuk dibayar beratus ribu.

    Namun akhirnya saya tolak juga karena tidak ada dasar. Alhasil, dibilang bodoh sama beberapa rekan sejawat.

    Namun setelah saya pikir-pikir uang bisa habis, bisa ada, tapi kalau prinsip saya juga bisa dibeli, akhirnya ya saya tidak punya apa-apa.

    Mudah-mudahan saya bisa sebijaksana dokter dalam memberikan solusi.

    Terima kasih untuk cerita hari ini, dok.

    BalasHapus
  2. To Love_sand,

    Dalam hidup sering kita menghadapi sutu dilema.
    Saya berprinsip harus berani berkata tidak untuk yang tidak dan benar untu yang benar. Akhirnya saya mengambil kebijakan sesuai hati nurani.

    Meskipun tindakan itu dianggap bodoh oleh orang lain, tetapi saya bisa enak tidur sebab tidak berbuat yang melanggar hati nurani saya.

    Uang bukan segala-galanya sih. Sukses bukan dilihat dari berapa banyak uang kita di Bank, tetapi dari apa yang kita miliki di sekitar kita. Amin.

    Salam.

    BalasHapus
  3. Wah, dua cerita yang menarik. Surat keterangan sakit jadi alasan buat bolos kerja/sekolah. Waduh.

    Saya salut dengan Dokter yang tidak mau melanggar prinsip.

    BalasHapus
  4. To Kencana,

    Terima kasih sudah berkunjung.

    Saya sering menghadapi kedaan spt itu, jadi harus bertindak bijaksana. Pasien tetap saja berdatangan. Amin.

    Salam.

    BalasHapus
  5. Sy mw bertanya dok, salah ga klw saya minta surat sakit krna demam dan bdn say terasa lesu,
    Awalny saya sakit radang tenggorokan, pilek + demam namun saya masih bisa beraktifitas nmn terbatas , pgnya saya berobat ke puskesmas dikasih obat, vit C, CTM, amoxilin dan pil warna merah jambu berlogo TF, saat itu sy tidak langsung minta surat sakit krna berfikir psti sianny sdah mendingan, ternyata setelah minum obat siangnya bdn sy jd tambah panas dan terasa lesu, sehingga sy tdk bs kerja dkhwatirkn tambah parah krna sy kerja mengendarai mtr, dan d tmpt kerja menggunakn AC, namun esok hariny berangsur sehat namun masih batuk dan filek, kmudian saya ke puskesmas tempat saya berobat kmrin, ktujuanny ingin mendapat surat sakit krna kmrn tdk bsa bekerja.
    Stlah sya menjelaskn kronologinya, lantas dokterny bilang mn bisa d kasih surat sakit, klw cma demam tdk bisa dksih surat sakit,???
    Bgtulah kjadianny dok.apakah saya salah meminta surat sakit???

    BalasHapus
  6. Cerita yang menarik tentunya... Keren dokter.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya,

      Salam,

      Hapus
  7. To Muhamin,

    Bila pasien sakit ( demam, badan lesu, batuk, sakit tenggorokan dll ) bisa minta Surat Keterangan Sakit kepada dokter yg memeriksa. Anda bisa minta ke Puskesmas yg lain dan jelaskan persoalannya.

    Salam,

    BalasHapus