Kamis, Juni 06, 2013

Nyeri uluhati


Kemarin malam sekitar pukul 21.00 datang berobat Ibu A, 50 tahun, badan gemuk sekitar 65 Kg, diantar oleh suaminya, Pak B. Mereka naik sepeda motor.

Pak B berkata “Tolonglah dok, isteri saya sesek nafas.”

Pada pemeriksaan didapatkan tekanan darah Ibu A: 140/90 mmHG ( agak tinggi ), denyut nadi 85/menit, Jantung dan Paru-paru dalam batas normal, Perut: kembung, terdapat nyeri tekan di daerah ulu hati.

Ibu A mengatakan nyeri ulu hati terjadi belum lama, setelah ia dan suaminya bertengkar masalah keluarga. Ibu A tidak mau bercerita tentang masalah dengan suaminya. Ia berpakaian agak menor, memakai lipstick merah. Ia tampak tidak sakit, hanya wajahnya tidak ceria, mungkin masih marah kepada suaminya.

Saya menyimpulkan bahwa Ibu A menderita Dispepsi ( maag ) dengan diferensial diagnose: penyakit Jantung Koroner ( semoga bukan ).

Segera saya membuat resep obat untuk Ibu A berupa: tablet antispasmodik ( untuk mengurangi spasme pada Lambungnya ), tablet antacid ( untuk menetralisir asam lambung ) dan tablet penenang agar ia dapat tidur.

Setelah Ibu A keluar Ruang periksa, saya membatin: Ibu A dan suaminya Pak B bertengkar dan membuat Ibu A marah. Akibat kemarahannya ini lambung Ibu A mengalami spasme dan timbullah nyeri uluhati. Kemarahan dapat merugikan diri sendiri. Kenapa Ibu A tidak mengalah saja? Mungkin ada masalah dengan sang suami yang tidak dapat dimaafkan.

Yang membuat saya agak heran, kalau pasien sakit dan datang berobat, jarang berpakaian menor dan merias tubuhnya ( memakai lipstick dan lain-lain ). Ibu A ini datang dengan penampilan seperti orang yang mau kondangan. Mungkin mereka hendak shopping, tetapi sang suaminya menolak. Ah…saya tidak tahu.

Segera saya menutup pintu pagar rumah dan Ruang periksa.

Selamat malam.-

2 komentar:

  1. "Kenapa Ibu A tidak mengalah saja? Mungkin ada masalah dengan sang suami yang tidak dapat dimaafkan."
    Mungkin karena ego. Atau Ibu A itu udah capek terus mengalah dan menahan diri.

    Jujur, saya benci bertengkar, tapi lebih benci lagi bila menahan diri. Kalau terus menahan diri, lama kelamaan kekesalan akan terus menumpuk dalam hati. Suatu saat itu akan menjadi bom waktu yang siap meledak. Saat itu terjadi... BOM! Hancur sudah. Hubungan usai.

    Jadi kalau ada uneg-uneg, mending dikeluarkan aja. Kalau sampai adu mulut, harus mencari jalan untuk berdamai. Jangan sampai pertengakaran diakhir tanpa jalan keluar dan suami istri saling buang muka dan gengsi minta maaf. Aduh.

    Semoga Bu A cepat sembuh.

    BalasHapus
  2. To Kencana,

    Pendapat anda benar.
    Kita harus saling memaafkan kesalahan orang lain. Perasaan dendam akan merugikan diri sendiri.

    Salam.

    BalasHapus