Saat ini di masa pensiun dan sudah memiliki KTP seumur
hidup, saya dan isteri bersyukur kepadaNya kalau kami masih dapat berjalan tanpa bantuan sebuah
Tongkat, masih dapat naik sepeda, masih dapat mengemudikan mobil dan masih
dapat melayani orang-orang lain.
Banyak teman se-SMA saya dalam 2 tahun terakhir ini
yang sudah meninggalkan saya dan
teman-teman untuk selama-lamanya. Hidup yang hanya sekali saja patut disyukuri
dan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Kami berharap kami masih dapat melayani diri
sendiri dan melayani orang-orang lain.
----
Kita patut bersyukur dan berterima kasih atas kemajuan
tehnologi terutama Tehnologi Informasi. Dengan Internet kita dapat berhubungan
dengan siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Mirip slogan Cola-cola.
Meskipun demikian dalam kurun waktu sekitar 2-3 tahun
terakhir ini saya merasa hidup makin tidak nyaman. Sering kali orang berbuat
seenak diri sendiri saja.
Tiada hari tanpa kemacetan lalu lintas, hampir setiap hari kita mendengar terjadi
tawuran di banyak tempat, banjir yang tidak kunjung teratasi, penyedotan pulsa
handphone masih saja terjadi, banyak
paku betebaran di jalan raya yang akan membuat ban mobil kempes di jalan raya, makin
sulit mencari pekerjaan dll. Hidup sudah mulai tidak nyaman lagi.
----
Kemarin siang saat saya berkunjung ke sebuah Rumah Sakit di
kota kami untuk menengok salah satu Oma warga Panti Wreda yang sedang dirawat,
isteri saya melaporkan bahwa tadi ada
Pak K, tetangga kami yang juga pasien kami, datang ke rumah untuk minta
berobat kepada saya. Isteri saya menjawab tidak bisa sebab saya sedang berada
di Rumah Sakit. Ia ngomel-ngomel yang
membuat isteri saya menjadi tidak nyaman. Kalau saya tidak berada di temat,
mengapa mereka tidak minta bantuan isteri saya yang juga seorang dokter? Mereka
juga pernah beberapa kali berobat kepada isteri saya yang buka praktik di dekat
rumah mereka.
Seharusnya mereka mengerti bahwa hari kemarin adalah hari
Minggu ( libur ) dimana semua kantor termasuk dokter juga tidak buka praktik (
kecuali dokter jaga kota yang bertugas ). Kalau sakit mendadak
seharusnya datang ke UGD ( Unit Gawat Darurat ) di tiap Rumah Sakit di tiap kota, bukan memaksa minta
bantuan dokter langganan / keluarga. Mungkin sekali yang diminta bantuan sedang
tidak berada di tempat, sedang keluar kota
atau sedang ke luar negeri dan sudah diinformasikan dengan cara baik-baik.
Sering kali pasien dan keluarga tidak mau tahu dengan alasan sudah biasa datang
berobat kepada dokternya ( langganan ).
Pada hari minggu saya juga tidak dapat belanja Kertas HVS
untuk mencetak artikel dll di sebuah Toko Alat-alat Kantor langganan saya. Saya
tidak perlu ngomel, apalagi marah-marah kepada pemiliki Toko, sebab itu adalah
hari libur dan Toko tutup. Mau tidak mau saya mesti belanja besok hari. Marah
tidak akan menyelesaikan masalah, tetapi justru akan menambah masalah.
----
Kalau ada orang yang datang minta Bunga Blimbing Wuluh yang
tumbuh di halaman depan rumah kami, itu
wajar kalau orang datang pada waktu yang tepat ( pagi, siang atau sore ). Kalau
datang malam hari pukul 21.30, apakah ini wajar? Wajarkah kalau ada orang yang ketok-ketok pintu pagar
rumah yang sudah tutup pada malam hari sekedar untuk minta Bunga Blimbing Wuluh?
Apakah tidak bisa datang keesokan
harinya? Mengapa lebih suka membuat
orang lain menjadi tidak nyaman?
----
Tadi malam sekitar pukul 21.30 hari Minggu kami mendengar
ada suara ketokan pada pintu besi pagar halaman depan rumah kami.
Saya bertanya kepada wanita yang mengetok pintu “Siapa ya?”
Bukannya menjawab pertanyaan saya, ia bahkan ia balik bertanya “Apakah Ibu H ( isteri saya )
ada?” Jengkel juga.
“Ada,
ada apa ya malam-malam begini?”
“Mau kirim undangan untuk Ibu H.”
“O…. boleh. Masukkan saja ke dalam kotak surat ( yang ada di samping pintu pagar ).
Terima kasih ya.” Saya menjawab. Pintu pagar tetap tidak saya buka.
Rasanya tidak lazim
dan aneh kalau ada orang mengirim Undangan pada larut malam begini. Seperti
tidak ada hari esok yang lebih baik? Saya malas membuka pintu, lebih baik
masukkan saja ke dalam kotak surat
yang pasti besok akan saya buka dan membacanya. Kalau bisa datang ya kami akan
datang dan kalau berhalangan datang maka
kami tidak dapat datang, sebab mungkin
ada keperluan lain yang lebih penting.
Pagi hari saya melihat ada sebuah kartu Undangan Pernikahan
di dalam kotak surat
kami. Setelah memegang Surat Undangan itu, saya membaca dengan jelas cetakan
nama isteri saya. Jadi yang diundang hanya isteri saya saja, tanpa suami. Banyak
kali kami menerima Undangan Pernikahan atau lainnya selalu tercetak nama Suami
( Kepada Yth. Bapak / Ibu atau Tuan / Nyonya ….). Seorang Ibu / isteri tidak lazim datang ke Undangan pesta
pernikahan seorang diri tanpa pendamping / suami. Kalau tidak tahu nama sang
suami, pengundang dapat mencari tahu siapa nama sang suami yang nampak jelas
pada Papan Nama Praktiknya. Mungkin bukan itu masalahnya. Yang mau diundang
hanya Isterinya saja, sesuai nama yang tertera pada Kartu Undangan.
Pada bulan-bulan tertentu sering kali dalam 1 hari ada lebih
dari 1 Undangan yang kami terima. Tentu kami pilih sesuai skala prioritas mana
yang akan kami pilih lebih dahulu?
----
Berbicara masalah Pesta Pernikahan ada kejadian yang membuat
kami jengkel juga.
Namanya juga mengundang, jadi soal uang sebagai pengganti
kado tidak menjadi masalah utama. Kalau para Undangan dapat datang saja ini sudah merupakan kebahagian kami. Kalau
para Undangan yang memberi amplop berisi uang, tentu kami tidak menolak.
Saat kami menikahkan putra kami, kami menemui amplop kosong, tanpa nama dan
alamat, apalagi uang. Kalau tidak rela menyumbang, ya sudahlah, toh tidak ada
keharusan untuk menyumbang / memberi dengan ihlas, tetapi janganlah memberikan
amplop kosong ( seperti mau menghina saja ).
Ada
juga sebuah amlop dari seorang relasi yang kami kenal baik yang kami undang,
berisi uang ribuan yang sudah sangat lusuh ( yang tidak layak diberikan kepada
tukang parkir sekalipun ). Mengapa ia berbuat seperti itu? Kalau tidak punya
uang dan tidak rela ya sudahlah. Datang saja, lalu megucapkan selamat dan menikmati hidangan yang tersedia. Tidak
usah memberi uang lusuh yang tidak layak pakai. Kami yang mengundang akan
merasa senang kalau ada banyak para undangan yang datang hadir ke pesta kami.
Uang sumbangan tidak menjadi tujuan pokok kami saat mengadakan Pesta
Pernikahan. Doa restu dan ucapan selamatlah yang menjadi tujuan utama dalam
sebuah Pesta Pernikahan.
----
Dari pengalaman hidup ini membuat kami harus berpikir
terlebih dahulu sebelum bertindak, dari pada bertindak dahulu lalu berpikir kemudian.
Mendengar kalimat tersebut seorang teman tertawa.
Saya bertanya “Adakah
yang lucu?”
“Benar berpikirlah dahulu sebelum bertindak. Saya
membayangkan kalau saya memukul seseorang sampai babak belur. Setelah itu saya
meminta maaf, bahwa itu salah sasaran. Yang dipukul pasti menjadi marah-marah,
mengapa ia dipukul. Masalahnya bisa menjadi panjang.”
Selamat siang.-
----
Lebih mudah mencari
kesalahan orang lain, dari pada mencatat
kebaikan orang itu.-
sekarang kok makin banyak orang yang aneh-aneh ya dok... mereka nggak peka ya sama perasaan orang lain, gimana kalau dia sendiri digituin..?
BalasHapusTo Michael,
BalasHapusAnda benar.
Sekarang banyak orang yang tidak peduli dengan perasaan orang lain.
Perubahan sikap antara orang yang hidup di pedesaan dengan orang yag hidup di perkotaan juga berbeda banyak.
Ini nampak saat saya antara tahun 1980 -1983 bertugas di Puskesmas di sebuah Kabupaten dan saat saya bertugas di banyak Puskesmas di kota, juga sangat berbeda, sehingga menangani pasien di kota harus lebih hati-hati, harus lebih supel dan harus lebih panjang sabar. Bila tidak demikian, ceritanya akan menjadi panjang.
Sebagai Pelayan masyarakat ( Petugas Kesehatan ) maka kita harus dapat melayani masayarakat dengan baik, bukan malah minta untuk dilayani oleh orang lain.
Selamat bertugas.