Senin, Agustus 12, 2013

Serangan Ashma


Suatu sore datang berobat Ibu L, 35 tahun. Ia diantar oleh suaminya.

Keluhan Ibu L adalah sesek nafas dan batuk-batuk sejak 1 hari yang lalu. Sesek nafas terjadi setelah Ibu L ini bertengkar dengan rekan kerjanya di sebuah Kantor swasta.

Saat saya bertanya kepada Ibu L, sang pasien tidak dapat menjawab pertanyaan saya. Rupanya Ibu L merasa sesek nafas sehingga tidak dapat berkata-kata.

Saya menduga ia mendapat serangan Ashma ( Ashma bronchiale ). Samar-samar terdengar suara pernafasan khas pada penderita Ashma, ngik-ngik. Pada pemeriksaan Auskultasi dengan menggunakan alat Stetoskop, bunyi pernafasan pasien terdengar adanya Ronchi kering ( suara seperti bunyi peluit ) dan wheezing ( pengeluaran udara pernafasan lebih panjang dari hirupan udara pernafasan ). Gejala ini sangat khas pada penderita yang mendapat serangan Ashma.

Saya minta ijin kepada pasien dan suaminya bahwa saya akan memberikan suntikan agar sesek nafasnya reda. Segera saya menyiapkan obat suntik B yang mengandung terbutalin sulfat, suatu obat untuk melebarkan saluran bronchus. Saya suntikan secara subcutan 0,5 cc di lengan atas pasien.

Setelah menyuntik saya menuliskan resep obat berupa tablet Brochodilator merk S, tablet pengencer lendir dan tablet sedatif ( penenang ). Penenang ini untuk mengatasi rasa marah setelah ia bertengkar dengan teman di kantornya.

Berangsur-angsur sesek nafas Ibu L ini reda dan sekarang ia dapat bicara “Seseknya sudah berkurang, Dok. Terima kasih.”

Saya menjawab “Syukurlah, Bu. Ibu nanti banyak minum ya agar lendir dalam saluran pernafasan Ibu menjadi cair dan mudah dibatukkan.”

Ibu L dan suaminya meninggalkan Ruang Periksa. Saya juga bernafas lega, saya sudah dapat menolong Ibu L yang mendapat serangan Ashma.-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar