Sabtu, Agustus 10, 2013

Luka robek




3 minggu yang lalu sore hari sekitar pukul 14.30 datanglah Bibi saya, Ny. L, 65 tahun ke rumah kami. Ia diantar oleh pembantunya.

Saya bertanya “Ada ada Bi?”

Bibi saya menjawab “Wah, saya dapat musibah nih, “ sambil memperilhatkan siku kirinya.

Saya melihat luka robek pada siku kirinya sepanjang kira-kira 4 cm. Dalam hati luka ini mesti dijahit agar penyembuhan lukanya baik. Saya memberitahukan isteri saya atas kejadian ini. Isteri saya menyarankan agar Bibi dibawa saja ke Rumah Sakit untuk mendapatkan jahitan dan ATS ( Anti Tetanus Serum ). Kebetulan saat itu kami tidak mempunyai ATS.

Saya bertanya kepada Bibi saya “Bagaimana kejadian ini bisa terjadi?”

Bibi saya menjawab “Saat kami pulang dari rumah putri kami di jalan P, kami naik becak. Tidak berapa lama diperempatan jalan, tiba-tiba ada sebuah sepeda motor yang menabrak becak kami. Sepeda motor yang dikemudikan oleh seorang Ibu itu ringsek roda depannya. Becak yang kami tumpangi terguling dan entah bagaimana lengan kiri saya terluka, keluar darah yang cukup banyak. Akhirnya kami menuju kesini.”

Saya berkata “Bi, kita ke Rumah Sakit saja ya. Nanti kami antar naik mobil.”

Kami segera berangkat menuju ke Unit Gawat Darurat, Rumah Sakit Umum Gunung Jati.

Tiba disana kami segera mendaftarkan Bibi saya. Tidak berapa lama kemudian nama Bibi dipanggil perawat untuk diperiksa. Setelah itu dilakukan penjahitan pada luka siku kiri Bibi saya.

Saya menunggu di luar Ruang pemeriksaan. Cukup lama juga saya menunggu, mungkin ada sekitar setengah jam. Setelah selesai penjahitan, seorang perawat memberikan Surat untuk mengambil obat ATS dan injeksi spuit di Apotik Rumah Sakit dan membayar biaya tindakan di Loket pembayaran. Semuanya saya lunasi dan obat suntik ATS saya berikan kepada perawat untuk disuntikan kepada Bibi saya.

Setelah semuanya selesai, kami meninggalkan Rumah Sakit dan menuju ke rumah Bibi.
Saya menyerahkan sebuah resep yang saya buat berupa kapsul antibiotika dan tablet pain killer, dengan pesan agar 2 hari lagi datang untuk kontrol jahitan luka di tempat praktik saya.

2 hari kemudian Bibi saya tidak datang untuk kontrol jahitan, tetapi datang pada hari kelima. Katanya kain pembalut luka diganti sendiri dan hari kelima ia datang diantar oleh suaminya. Luka jahitan bagus dan kering. Ada 7 jahitan yang saya angkat, setelah itu luka jahitan saya beri larutan Betadine dan ditutup dengan kain kasa steril dan diplester.

“Sekarang sudah selesai, luka ini sudah dijahit dan sudah kering. Besok boleh mandi seperti biasa.” Kata saya kepada Bibi.

“Iya terima kasih banyak ya dok,” kata Bibi saya saat meninggalkan Ruang Periksa saya.

Legalah hati saya melihat luka Bibi saya kering setelah dijahit dan tidak menimbulkan komplikasi atau mengeluarkan nanah.

Naik Becakpun ternyata ada resikonya, meskipun kita sudah hati-hati, tetapi orang lain yang tidak hati-hati sehingga Becak yang kita tumpangi bisa ditabrak oleh kendaraan lain.

3 komentar:

  1. Ugh. Apa pengemudi sepeda motor itu bertanggung jawab dengan membayar biaya pengobatan sang Bibi? Saya jadi kasihan sama Bibi yang jadi korban.

    BalasHapus
  2. To Kencana,

    Bibi saya tidak sampai hati untuk minta penggantian biaya berobat, karena ia melihat si pengendara sepeda motor itu juga mengalami luka-luka dan sepeda motor bagian depannya hancur akibat tabrakan akibat keteledorannya sendiri sehingga becakpun ditabraknya.

    Salam

    BalasHapus
  3. To Dewi Naoli,

    Terima kasih atas informasinya.

    Salam.

    BalasHapus