Senin, September 15, 2014

Seorang sahabat


Berbahagialah orang yang mempunyai sahabat, yang dapat berbagi di kala susah dan di kala senang. Tidak mudah mencari seorang atau lebih sahabat di dalam hidup kita.

3 tahun lagi saya berusia 70 tahun ( kalau diberi usia panjang ). Sampai saat ini saya masih dapat berjalan tanpa menggunakan tongkat, tiap hari masih dapat naik sepeda, masih dapat mengendarai mobil dan masih dapat berenang. Saya bersyukur kepada Tuhan yang memberikan kesehatan yang baik kepada saya. Atas karunia ini maka saya ingin membalasnya dengan cara banyak menolong orang lain, baik diwaktu praktik maupun berbuat baik terhadap para warga Panti Wreda. Saya mempunyai 2 tangan, tangan yang satu untuk menolong diri sendiri dan tangan yang lain untuk menolong orang lain.

Pola hidup saya juga sederhana. Tidak makan makanan yang terlalu berlemak, lebih banyak sayuran dan buah-buahan, tidak minum alkohol, menjauhi narkoba, tidak pernah berjudi dan main perempuan. Berupaya dapat menolong orang lain tiap hari.

Sejak tahun 2004 saya melayani pemeriksaan dan pengobatan para Opa dan Oma yang tinggal di Panti Wreda milik Gereja kami seminggu sekali. Saya tidak diberi honorarium dan tidak minta honorarium. Beberapa Oma yang menderita Mata Katarak sudah saya upayakan agar dapat dioperasi Kataraknya. Mereka sangat berterima kasih atas bantuan saya. Saya mengatakan janganlah berterima kasih kepada saya tetapi berterima kasihlah kepada Tuhan Yang Maha Penyayang.

Untuk hidup sehari-hari saya mendapat pensiun yang jumlahnya tidak besar ( pensiun atas permintaan sendiri sejak 1 April 2000 ) dan dari hasil praktik dokter umum. Isteri saya juga sudah pensiun dari PNS dan masih praktik dokter umum. Kedua putra dan putri kami study, bekerja dan stay di kota Sydney, Australia. Tiap 2 tahun sekali kami mengunjungi mereka atau mereka yang datang ke kota kelahiran mereka di Indonesia.

--------

Saya mempunyai seorang sahabat yang sampai saat ini masih berlangsung dengan baik. Ia adalah Pak AK, saat ini usianya 2 tahun di atas saya. Ia seorang penjahit pakaian laki-laki, yang rumahnya tidak jauh dari rumah kami.

Semula saya kenal dia ketika saya membuat pakaian sewaktu masih aktip sebagai PNS, kira-kira 15 tahun yang lalu. Tiap tahun saya membuat baju dan celana di tempatnya. Akhirnya kami kenal baik. Isterinya juga turut membantu menjahit pakaian para langganannya. Mereka mempunyai seorang putri yang bermulti talenta.

Pernah suatu saat ia sakit dan minta resep obat kepada saya. Saya tidak memungut doctor fee dari dia. Saya pikir dia sudah menolong membuatkan pakaian saya dan saya tidak mau memungut doctor fee. Akhirnya ketika ia mendapat tugas dari beberapa kantor yang menjahitkan pakaian bagi para karyawannya, ada tersisa bahan pakaian ( baju atau celana panjang ). Dia membuatkan pakaian dari bahan ini untuk saya. Ukuran baju dan celana saya ada padanya. Saya yang menyarankan agar setiap langganan yang membuat baju atau celana ukurannya agar di catat di sebuah buku catatan, semacam data base para langganannya. Dia berterima kasih atas saran saya ini. Jadi dilain waktu bila langganan ini membuat baju atau celana, dia sudah punya ukurannya, tinggal ngepas saja. Praktis tidak usah mengukur lagi setiap langganannya bikin baju atau celana.

Saat dia mengantar baju dan celana saya yang sudah jadi, dia menolak diberi fee untuk ongkos jahit dan bahan pakaian tersebut. “Tidak usah, Dok” katanya. Kalau dia minta resep obat juga saya mengatakan “Tidak usah. Beli obat di Apotik saja.”

------

Suatu saat isteri saya ingin membeli mobil bekas pakai. Dia juga mau mengantar saya melihat-lihat mobil yang ditawarkan melalui iklan. Akhirnya setelah 2 minggu berjalan, mobil tidak ada yang cocok dan kami membeli mobil baru dari sebuah dealer mobil di kota kami.

Sekitar setengah tahun yang lalu saya menderita nyeri pinggang akibat tiap pagi saya memunguti daun-daun yang jatuh berguguran di halaman depan rumah kami. Tindakan yang benar adalah berjongkok lalu memungut daun-daun itu, bukan dengan membungkukkan badan untuk memunguti daun-daun diatas tanah. Nyeri pinggang ini ( lumbago ) sangat mengganggu saya selama beberapa hari. Bila berjalan mesti menggunakan tongkat untuk menahan berat badan saya. Saya sempat membuat Foto Rotgen daerah pinggang ( lumbal ) di sebuah Klinik Rontgen. Hasilnya menunjukkan adanya penyempitan setinggi Lumbal 3-4. Wah..celaka nih, mesti dioperasi. Saya termenung. Isteri saya juga turut prihatin.

Pikiran saya segera menyarankan agar saya didoakan oleh seseorang. Kuasa doa itu begitu besar dan saya berharap mujizat terjadi atas diri saya. Siang itu saya menelepon Pak AK mohon agar datang ke rumah saya untuk mendoakan saya. Saya ceritakan kronologis Lumbago ini. Tidak berapa lama dia datang kerumah kami dan segera mendoakan saya. Dengan nama Tuhan Yesus Kristus, sembuhlah. Amin.

Pak AK ini tekun membaca Alkitab tiap hari. Setelah mendoakan saya dan sedikit ngobrol dia pulang ke rumahnya. Saya tertidur di atas bed saya dan saat saya bangun saya tidak begitu merasa nyeri pinggang yang hebat lagi. Masih terasa sakit tetapi tidak hebat dan saya bisa berjalan tanpa tongkat. Sebelumnya saya bila berjalan mesti menggunakan tongkat. Waktu berjalan terus. Sore hari saya bisa praktik dan memeriksa pasien yang datang berobat. Tanpa saya sadari nyeri pinggang saya sudah lenyap tanpa makan obat pain killer lagi.

Oh… Tuhan banyak terima kasih. Atas jamahanNya saya sudah sembuh berkat doa yang dipanjatkan oleh sahabat saya Pak AK ini. Segera saya menelepon Pak AK mengabarkan bahwa Lumbago saya sudah sembuh dan tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih atas bantuannya yang telah mendoakan saya. Isteri saya juga heran atas kejadian ini dan berterima kasih kepada Pak AK. Pak AK juga bersyukur kepada Tuhan yang telah menyembuhkan Lumbago saya ini.

Anda boleh percaya atau tidak, tetapi kejadian ini benar saya alami sendiri. Beruntung saya mempunyai seorang sahabat dan sampai hari ini mujizat itu masih ada.-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar