Sabtu, September 20, 2014

STRES



Kemarin pagi datang berobat Ibu N, 38 tahun. Ia diantar oleh suaminya. Keluhan Ibu N sakit kepala sebelah kanan, nafas sesek, tidak dapat tidur nyenyak sejak 3 hari yang lalu.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah normal ( 120/80 mmHg ), bunyi Jantung dan Paru: normal, lain-lain: dalam batas normal.

Untuk mengetahui penyebab keluhan Ibu N ini saya melakukan anamnesa ( tanya jawab ), dan Ibu N berkisah:

Ia bekerja di sebuah toko kelontong di kota kami, sejak beberapa tahun yang lalu. Ia mendapat kepercayaan dari pemilik toko dalam hal: mengurus stok barang, penjualan barang dan lain-lain yang diperlukan untuk usaha pemilik toko. Ibu N mempunyai 3 orang staf untuk membantu berjalannya usaha toko ini. Bila waktu toko sudah tutup dan ketiga stafnya sudah pulang, Ibu N masih belum dapat pulang karena masih mengerjakan urusan administrasi dan keuangan toko tersebut. Pulang ke rumah sudah sore / malam hari.

Ia jengkel dengan ketiga stafnya yang kadang bekerja seenaknya ( mungkin gajinya kecil ) sehingga Ibu N sering menegur mereka, tapi hasilnya tidak memuaskan hati. Ia merasa pikirannya tidak tenang dalam bekerja. Beban kerja dirasakan terlalu berat.

Ia bertanya kepada saya “Bagimana saya harus bertindak, Dok?”

Saya melihat tidak ada pasien lain yang ingin berobat, jadi ada waktu luang untuk berbincang-bincang dengan Ibu N.
Saya pikir Ibu N ini mengalami Stres dalam pekerjaannya sehingga ia mengeluh sakit kepala, sukar tidur dan nafas sesek. Secara jasmani Ibu N tidak ada kelainan, tetapi secara rohani ada kelainan yang perlu diatasi. Stres bukan untuk dihindari tetapi mesti diatasi. Setiap orang dalam kehidupannya pasti pernah mengalami Stres ( menghadapi ujian sekolah, mencari pekerjaan, akan melangsungkan pernikahan, ada anggota keluarga yang sakit berat dan lain-lain ).

Saya mencoba memecahkan masalah yang dihadapi oleh Ibu N dan membuat usulan:

1. Kalau beban pekerjaan terlalu berat sehingga tidak dapat dihadapi sendiri, maka Ibu N bisa mencoba untuk minta asisten untuk membantu. Ini sudah dikerjakan, tetapi pekerjaan stafnya tidak memuaskan Ibu N dan sering kali bekerja seenaknya saja. Kalau begitu mesti dilaporkan kepada pemilik toko dan minta diganti dengan staf yang lain yang lebih baik. Hal ini susah dan Ibu N tidak sampai hati untuk memberhentikan 3 orang stafnya. Saat ini mencari pekerjaan juga tidak mudah.

2. Kalau beban kerja dirasakan terlalu berat, maka Ibu N bisa mencoba untuk minta kenaikan gaji kepada pemilik toko. Upah yang besar dapat mengurangi beban yang dirasakan Ibu N.

3. Kalau semua tidak bisa dilaksanakan, maka tindakan terakhir yang dapat dilakukan oleh Ibu N adalah berhenti bekerja dari toko ini dan bekerja di tempat lain yang kondisinya lebih baik. Ini juga dirasa tidak mudah. Mencari pekerjaan saat ini juga tidak mudah. Mungkin bisa pindah pekerjaan, tetapi gajinya belum tentu lebih besar dari gaji yang sekarang. Jadi ini menjadi dilema juga bagi Ibu N.

4. Yang terakhir saya yang bisa saya lakukan adalah memberikan resep tablet penenang untuk mengatasi stres dan gangguan tidurnya dan tablet pain killer untuk mengatasi sakit kepalanya.

Setelah menerima resep dari saya Ibu N mengucapkan terima kasih kepada saya yang sudah bersedia membantu memecahkan masalah yang dihadapinya. Saya bilang iya sama-sama Bu.

Saya berkata kepada suaminya yang mengendari sepeda motornya “Hati-hati dijalan, Pak.”

2 komentar:

  1. Dari pengalaman saya, seringkali ada orang tidak tega memecat karyawan, meskipun karyawan itu suka seenaknya. Alasannya macam-macam, mulai dari tidak tega, atau "Kalau dia dipecat, dia tidak akan punya pekerjaan. Gimana dia mesti menghidupi keluarga?"

    Apalagi di jaman ini, susah cari pekerjaan.

    BalasHapus
  2. To Kencana,

    Iya benar memecahkan masalah tsb tidak mudah. Dilematis juga. Akhirnya saya beri pasien itu obat penenang.

    Salam.

    BalasHapus