11 Sept 2010.
Pagi ini saya melihat siaran sebuah TV yang menayangkan acara pagi hari dengan topik “Banyak cara untuk pulang mudik ( ke kampung halaman )”
Sepeda:
Ada seorang karyawan yang pulang mudik dari kota Bandung ke Ciamis ( 15 Km dari kota Tasikmalaya ). Isteri dan anak2nya pulang mudik naik Bus. Ia sendiri sudah beberapa tahun terakhir kalau mudik naik sepeda dan keluarganya naik Bus.
Ketika ditanya “Mengapa naik sepeda?” Ia menjawab “Agar sehat.”
Pertanyaan selanjutnya “Kenapa tidak naik sepeda motor agar lebih cepat sampai?”
Ia menjawab ( sambil malu-malu ) “Saya tidak mempunyai Sepeda motor.” ( ia seorang karyawan biasa ).
Saya terharu sekali mendngar jawabannya ( ia menjawab dengan suara pelan2 dan wajah yang meringis ), tetapi saya kagum dengan semangat pulang mudiknya. Saya juga mendukung kalau ia menganjurkan Isteri dan anak2nya mudik naik Bus ( yg lebih manusiawi dan aman ). Ia berpakaian mirip atlit balap sepeda, lengkap dengan Helm, pengaman siku, lutut dan botol air minum. Ia hanya mengendong sebuah ransel punggung kecil. Keren juga penampilannya.
Bajay:
Bajay beberapa tahun yg lalu di Jakarta merupakan kendaraan angkutan umum jarak dekat. Bajay adalah made in India dengan mesin Scooter ( 150 cc ), knalpotnya memberikan suara yang khas yaitu bising yang terdengar dari jarak jauh. Bajay mirip becak, sebuah angkutan jarak dekat tapi lebih manusiawi karena berjalan dengan dorongan sebuah mesin.
Ada 2 buah Bajay yang mudik dari Jakarta ke Kota Cirebon kemudian ke Tegal.
2 orang Bapak yang berasal dari Cirebon ( kampung halaman saya ) pulang mudik Lebaran tahun ni dengan naik Bajay miliknya ( saat ini Bajay sudah dilarang beroperasi dalam kota Jakarta ). 2 Bapak ini berasal dari Cirebon dan isterinya berasal dari Tegal. Tanya jawab dengan Reporter TV dijawabnya dengan logat Tegal yang medok ( asli Tegal ), mungkin sudah terkontaminasi logat isteri2 mereka.
Jarak tempuh Jakarta – Tegal dalam keadaan normal naik mobil ditempuh selama 6 -7 jam. Kata mereka bisa sampai 15 jam ( cukup melelahkan ) juga karena arus kendaraan Pantura / Pantai Utara Jawa lambat o.k. banyak kendaraan yg mudik, maklum mereka harus berhenti-berhenti di Km tertentu untuk istirahat dan isi bensin. Mereka nyupir secara bergantian dengan pria lain sebagai Copilot-nya. Mereka juga membawa peralatan bila Bajay mereka mogok. Saya melihat ada 1 kardus besar yang di ikat diatas salah satu Bajay. Mungkin sekali isinya adalah oleh2 utk sanak kelauarganya di Cirebon dan Tegal. Kecepatan Bajay tentu tidak secepat Sepeda motor biasa, sebab beban bawaannya juga berat dan speed-nya tidak bisa cepat.
Wah…hebat sekali semangat mereka utk pulang mudik dan ini sudah dilakukan sejak beberapa tahun terakhir ini. Alasannya o.k. lebih murah biayanya. Rp. 150.000 Jakarta - Tegal utk beberapa orang sekali jalan. Kalau naik Bus pasti biayanya akan lebih besar. Mereka tentu tidak lewat jalan Tol. Bajay dan Sepeda motor dilarang lewat Tol.
“Bajay oh…Bajay. Berkat jasamu, kami dapat pulang mudik ke Tegal”.
“Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 Hijriah. Mohon maaf lahir dan batin”
begitulah pesan orang-orang yang merayakannya.
Kita sudah selayaknya bersyukur kepada Tuhan, kalau kita bisa mempunyai mobil untuk transportasi sehari-hari, meskipun mobil itu bukan mobil baru. Apalagi kalau kita lebih beruntung dapat mempunyai mobil baru.
Punya Sepeda, Sepeda motor atau Bajay-pun mereka tetap bersemangat untuk melakukan perjalanan mudik jarak jauh ( Jakarta – Tegal atau Bandung – Ciamis ). Semoga selamat di perjalanan. Amin.
Tetap bersemangat!
---
Kalau saya naik sepeda dan pasien tau, maka komentarnya “ Ah..dokternya tidak nonafid”
Lho, pasien butuh mobil atau dokter?
Pasien menganggap kalau Dokter seharusnya naik Sedan. Jadi pandangan pasien terhadap dokternya sudah begitu tinggi. Padahal Dokter juga manusia biasa yang bisa juga sakit dan bahkan meninggal dunia seperti para Presiden, Raja dan Ratu.
Have a nice week end.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar