Ini sebuah kisah sirkumsisi atau sunat. Sunat dilakukan untuk alasan keagamaan, kesehatan atau lainnya ( terjepit ruistleiting celana, kecelakaan lalu lintas dll ).
Kemarin sekitar pk. 14.30 ketika saya istirahat siang, isteri saya membangunkan saya.
“Ada apa Mah?”
“Itu ada Ibu A datang, bermaksud ingin menyunat putranya.” istri saya menjelaskan.
---
“Mana putranya, Bu?” saya bertanya kepada Ibu A, 35 tahun.
“Putra saya ada dirumah, Dok. Kalau mau disunat, apakah besok pagi bisa, Dok?” ia bertanya.
“Boleh, tapi saya ingin memeriksa dahulu putra anda. Kalau bisa tolong nanti sore, putra Ibu datang kemari. Saya akan periksa dahulu organ vitalnya. Berapa usianya, Bu?’
‘”Umurnya 11 tahun, Dok. Terima kasih kalau besok pagi bisa disunat, sebab kami sudah merencanakan sedikit hajatan besok siangnya.” Ibu A menerangkan.
Sore hari sang putra, RS datang dan dalam pemeriksaan organ vital-nya dalam keadaan normal. Rencana khitanan akan dilakukan besok pagi ( pagi ini ) pukul 08.00 pagi.
---
Pagi ini pukul 07.30 Ibu A datang bersama RS. Wajah mereka tampak cerah.
RS saya minta untuk b.a.k. dahulu di WC yang ada di halaman depan rumah kami. Saya ajak ngobrol agar tidak tegang.
Segala persiapan peralatan dan fisik saya sudah saya persiapkan untuk tugas mengkhitan seorang anak kali-laki, 11 tahun. AC ruang praktik sudah dihidupkan setengah jam yang lalu agar suhu rangan sejuk dan membuat saya nyaman melakukan tugas. Ibu A saya minta untuk menanda-tangani Surat Ijin Khitan bagi putranya RS.
Saya minta RS berbaring di bed.
Saya memasang topi, masker hidung, sarung tangan ukuran 7,5.
Dilakukan tindakan antiseptis dengan larutan Betadine dan Alkohol 70% pada kulit organ vital dan sekitarnya. Untuk pembiusan saya lakukan bius lokal dengan cara Blok anestesi di pangkal penis, dengan obat suntik Lidokain 2 %, 2 cc dan anestesi infiltrasi pada kulit sekitar Praeputium ( kulup / foreskin ) sebanyak 0,5 cc. Setelah beberapa menit saya coba memeriksa apakah blok anestesi dan anestesi infltrasi ini berhasil atau tidak. Bila kulit praeputium saya jepit dengan klem dan pasien diam saja, maka bius lokal berhasil. Bila berterik kesakitan, maka Blok anstesi ini tidak berhasil. Bila tidak berhasil maka bisa menunggu beberapa saat lagi untuk menunggu Lidokain bekerja atau menambah obat bius lokal pada sekitar preputium, yang pernah saya lakukan pada 1 kasus o.k. pasien masih mengeluh sedikit sakit ketika dijepit klem. Jadi kunci keberhasilan khitanan adalah pada bius lokal yang berhasil atau tidak, selanjutnya tergantung dari keterampilan yang melakukan khitanan.
Bila blok anestesi berhasil maka untuk selanjutnya saya dapat bekerja dengan tenang.
Seperti biasa orang tuanya ( ayah / ibunya ) saya minta untuk duduk dalam ruangan agar putra mereka tenang sebab ortunya hadir disitu. Hal ini membuat hati pasien menjadi lebih tenang.
Selanjutnya tindakan pembersihan Smegma, zat berwarna putih yang berada di permukaan glans penis ( kepala penis ), sampai kulit praeputium dapat di dorong ke belakang sehingga tampak dengan jelas glans penis-nya. Pada kasus pagi ini, terjadi perlengketan pada sebagian kulit praeputium sehigga saya bekerja agak lama pada fase ini, mungkin sekitar 10 menitan.
Setelah dirasa semua perlengketan terlepas dan tampak glans penis, maka tindakan selanjutnya, membasahinya dan membersihkan dari Smegma dengan larutan Betadine. Praeputium kembali di pindahkan ke depan. 2 klem saya pasang pada posisi pukul 06 dan 12. Saya lihat wajah pasien yang tampak tenang. Saya bersyukur obat bius bekerja dengan baik.
Alat Kauter yang saya pakai, segera saya on-kan. Setelah ujung kawat berwarna merah, membara, segera saya minta agar isteri saya membantu memegang Klem agar kulit pareputium menjadi tegang. Dengan demikian akan membuat lebih mudah memotongnya dengan alat kauter saya.
Keuntungan alat kautre ini adalah tidak terjadi perdarahan sama sekali. Suhu yang tinggi membuat semua pembuluh darah pada Praeputium tadi akan tertutup. Dengan cara Guilotine, pemotongan dengan Pisau bedah / scalpel, sering kali terjadi perdarahan ketika klem dibuka. Perdarahan ini biasa membuat khitanan akan berlangsung lebih lama karena kita hrus merawat perdarahan dengan cara mengikat dengan benang satu per satu pada lokasi perdarahan.
Setelah 2 klem tadi saya lepaskan, sisa praeputium yang tinggal sedikit saya dorong ke belakang glans penis. Saya lakukan penjahitan pada bekas luka tadi pada posisi pukul 12, 06. 09 dan 03. Penjahitan ini akan membuat penyembuhan luka menjadi lebih baik dari pada tidak dilakukan penjahitan sama sekali. Waktu sudah berjalan selama 30 menit, sejak dilakukan blok anestesi.
Isteri saya membantu merawat luka jahitan dengan mengoleskan salep kulit yang mengandung antibiotika untuk mencegah terjadinya infeksi, memberi kasa pembalut sekitar batang penis dan memasang plester.
Selesai sudah tugas saya. Pasien tidak mengeluh pusing, sakit, mual dll.
Saya minta RS turun dari bed dan Ibunya turut membantu putranya memakai sebuah sarung sebagai pengganti celana pendeknya.
Sebelum pulang saya memberikan obat pencegah luka: kapsul antibiotika, tablet anti nyeri, tablet anti peradangan dan salep kulit mengandung antibiotika. Juga berpesan agar pada hari ke 3 pasien datang kembali untuk kontrol luka. Bila diperlukan akan diberikan obat-obat lain bilamana dianggap perlu. Biasanya tidak perlu.
---
Setelah RS dan Ibunya meninggalkan ruang periksa, hati kami terasa plong. Suatu tugas menolong pasien sudah dikerjakan dengan baik untuk kesekian kalinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar