Rabu, Desember 07, 2011

Kebaikan dibalas dengan kebaikan pula



Sepertinya topik ini  sudah tidak aneh. Pernahkah anda mengalaminya?

Di dalam praktik sehari-hari, sebagai pelayan kesehatan saya tidak memungut doctor fee kepada famili, tetangga yang tidak mampu, teman, sahabat dll. Saat digratiskan mereka juga banyak yang tidak melupakan hal ini. Lain kunjungan saat mereka  datang berobat mereka juga ringan  tangan. Ada saja yang mereka  bawa dan meninggalkannya dipinggir meja tulis saya ( cakes, fruit parcel atau lainnya ). Sulit bagi saya untuk menolaknya dan akan merepotkan kalau saya meminta  agar barang-barang itu dibawa kembali.

Pak A, pasien saya sering datang berobat atau sekedar meminta pendapat saya tentang kesehatannya atau kesehatan keluarganya. Beliau ini  seorang tailor dan saya sering meminta bantuannya untuk membuatkan celana, baju atau setelan jas. Sering kali ongkosnya diberi diskon. Lain waktu kalau beliau datang dan meminta resep obat, saya tidak memungut doctor fee. Hubungan kami seperti sudah sebagai famili.

2 hari yang lalu sepulang kami kondangan hajatan pernikahan di luar kota, saya minta bantuan beliau untuk melakukan dry clean baju Jas saya. Beberapa hari kemudian Pak A ini datang mengantar Jas saya yang sudah bersih, rapih  dibungkus cover yang terbuat dari bahan yang bagus. Pak A tetap tidak mau menerima ongkos dry clean tadi.

Bila  ada  relasi / pasien yang datang berobat dan membawa oleh-oleh ( snack, buah-buahn dll ) saya selalu membagi dua dan mengantarkannya kepada keluarga Pak A yang sudah saya kenal baik ini.

Bila kami hendak bepergian ke luar kota dan kami naik kereta api. Sering kali saya minta bantuannya untuk mengantarkan kami ke stasiun kereta api dan menolak diberi ongkos jalan. Saat kembai dari luar kota  kami tdak lupa membawakan sekedar oleh-oleh / souvenir.

----

3 hari yang lalu lensa kacamata saya terindih badan saya saat saya tertidur sehingga lensa itu terlepas dari bingkainya. Tanpa sebuah lensa kacamata, maka akan sulit membaca teks. Siang hari saya membawa kacamata saya itu ke sebuah Optik di kota kami. Pemiliknya  adalah anggota jemaat Gereja kami juga.

Setelah lensa tsb terpasang kembali, saya bertanya “Berapa ongkosnya, ya?”

Dengan serius Pak K ini menjawab sambil tersenyum “Dua juta saja, Dok.”

Saya terkejut mendengar jawaban ini ( mungkin baginya ini sebuah guyonan saja ).

Saya berkata “Baik. Saat ini saya tidak membawa uang sebanyak itu. Saya minta nomer Rekening Bank anda dan saya akan segera mentransfernya.”

Pak K ini tertawa terbahak-bahak. Disangkanya saya mau dikibulin dan saya juga mau ngibulin dia juga dan berkata akan segera menstarnsfer uangnya padahal ini hanya guyonan belaka. Kami tertawa bersama-sama.

“Engga usah, Dok. Biayanya gratis saja.” Kata Pak K.

Merasa tidak enak hati, dan agar ada alasan saya membayar, lalu saya minta kepada seorang penunggu Toko Kacamata “Tolong saya diberi 1 set Pembersih Lensa dan berapa harganya?” kata saya sambil membuka dompet.

“Ada Pak. Ini barangnya.” kata penjaga Toko tsb.

Lalu Pak K yang mendengar dialog kami, berkata “Dok, bawa saja, gratis lah”
Lagi-lagi gratis. Ya sudah lah kalau ia rela menggratiskannya bagi saya. Terima kasih banyak.

Pak K / keluarganya belum pernah datang berobat kepada saya, tetapi ia tahu kalau saya adalah anggota Jemaat Gereja kami dan saya melayani Oma & Opa di Panti Wreda milik Gereja kami. Saya melayani mereka secara nonprofit juga selama bertahun-tahun.



Ini sekedar 2 contoh bahwa kebaikan akan dibalas dengan kebaikan pula.

Oleh karena itu moto Blog saya adalah”Kita memetik apa yang kita tanam” untuk mengingatkan saya, agar saya tidak lupa selalu  berbuat kebaikan: kapan saja, dimana saja dan bagi siapa saja selama saya dapat melakukannya. Amin.-


2 komentar:

  1. Moto blog ini "Kita memetik apa yang kita tanam", benar2 menginspirasi buat saya

    BalasHapus
  2. To Michael,

    Terima kasih sudah berkunjung dan memberi pendapat.

    Melakukan perbuatan baik itu biasanya timbul secara spontan dari diri sendiri. Tidak ada yang menyuruh. Tuhan menggerakkan kemauan kita masing-masing. Masalahnya apakah hati kita peka akan doronganNya itu? Amin.

    Salam.

    BalasHapus