Selasa, Desember 04, 2012

Pasien lama


Hari Senin, 3 Desember 2012 sekitar pukul 14.00 saya menerima panggilan telepon dari seorang wanita.

Ia bertanya “Apakah ini tempat praktik dokter Basuki?”

Saya menjawab “Benar, ada apa Bu?”

“Saya ingin mendaftarkan ayah saya untuk berobat sore ini. Jam berapa buka praktiknya, dok?”

Saya menjawab lagi “Baik, nama pasien siapa, berapa umurnya dan dimana alamatnya. Praktik buka mulai pukul 16.00”

Ia menjawab “Pak U, umur 70 tahun, alamat di Jalan Anu nomer sekian, dok.”

“Baik sudah saya catat, Bu” saya menjawab lagi.

---

Pukul 16.15 datang Pak U, 70 tahun ke tempat praktik saya. Secara fisik Pak U masih baik, ia datang tanpa tongkat dan tidak dibantu berjalan oleh putranya yang mengantar datang ke tempat praktik saya.

Saya bertanya kepada pasien saya ini “Pak, apakah Bapak sudah pernah berobat kepada saya?”

Pak U menjawab “Sudah, dok. Ini Kartu Berobat saya.” Sambil menyerahkan sebuah Kartu Berobat warna putih yang pernah saya berikan saat pasien berobat kepada saya.
Saya melihat bahwa ia pernah sekali berobat pada tahun 1989. Setelah tanggal itu tidak ada cacatan ia berobat lagi, berarti ia hanya sekali pernah datang berobat kepada saya yaitu pada tahun 1989. Saya kagum kepada Pak U yang setia datang berobat kepada saya. Setelah tanggal tersebut mungkin juga Pak U pernah berobat kepada Dokter lain.

Pada tahun 1989 Pak U ini menderita Bronchitis dan terlihat obat-obat yang pernah saya tuliskan untuk Pak U ini. Saat ini Pak mengeluh ada rasa tidak nyaman di daerah ulu hatinya ( maag ).

Setelah saya periksa, saya memberikan resep obat untuk Pak U. Saya memberikan diskon doctor fee sebesar 40 % kepada Pak U ini. Pasien saya yang setia ini berobat sejak 23 tahun yang lalu, suatu kurun waktu yang cukup lama.

Saya bertanya kepada diri sendiri “Mengapa ada pasien yang sudah lama, masih mau datang kepada saya untuk berobat?” Mungkin sudah cocok atau ada sebab lain. Saya tidak tahu.-

2 komentar:

  1. Mungkin karena ingat kenangan lama atau nostalgia. Pasti Bapak itu berpikir, "Ah, kenapa nggak berobat ke Pak Basuki Pramana saja, ya?" Hehehehe....

    BalasHapus
  2. To Kencana,

    Mungkin belum rejeki saya. he...he...

    Salam

    BalasHapus