Selasa, Januari 29, 2013

Konsultasi jarak jauh (02)


Kemarin siang saya mendapat telepon dari seorang Ibu dan ingin bertanya tentang kesehatan suaminya ( Pak M, pasien saya ). Sang suami saat itu sedang berada di sebuah kota di Jawa barat. Ia mengeluh nyeri pada rongga mulutnya. Ibu ini bertanya apakah obatnya.

Dalam keadaan seperti itu dan pasien sedang membutuhkan pertolongan maka saya segera menjawab belilah 3 macam obat ini di Apotik terdekat. Semoga dapat membantu keluhannya itu.

Kejadian seperti ini sudah terjadi beberapa kali via telepon dan sang pasien sedang berada di kota lain. Pasien sangat membutuhkan pertolongan. Saya bersyukur advis saya dapat membantu penderitaan pasien-pasien ini.

Pagi ini saya mengirim SMS kepada Pak M dan bertanya bagaimana kesehatannya saat ini. Pak M membalas SMS ini dan mengatakan bahwa keluhannya membaik dan mengucapkan terima kasih. Ada rasa plong di hati saya mermbaca SMS balasan ini.

Saat pasien meminta bantuan dari saya dan saya tidak dapat memeriksa pasien, sering kali saya bertanya dalam hati apakah saya dapat menyembuhkan penyakitnya atau minimal meringankan penyakitnya? Dari gambaran penyakit yang diberikan pasien atau keluarga pasien, saya memperkirakan penyakit yang diderita pasien dan mencoba memberikan terapi dengan memberikan nama obat generik yang semoga dapat dibeli di Apotik terdekat.

Advis yang saya berikan hampir semua dapat membantu menyembuhkan penyakit tersebut. Saya bertindak apa yang dapat saya lakukan untuk hal ini. Saya bersyukur akan hal ini. Pasien dan keluarga berterima kasih atas advis gratis ini.

Selamat pagi.-

Minggu, Januari 27, 2013

Pilihan hidup


Dalam kebaktian pagi ini Bapak Pendeta melontarkan sebuah pertanyaan, kalau kita disuruh memilih, mana yang Bapak dan Ibu pilih:
1. Kaya tetapi sakit-sakitan
2. Miskin tetapi sehat

Tidak ada pilihan yang lain selain nomer 1 atau nomer 2.

Kalau pilih nomer 1, meskipun banyak uang tetapi dalam sekejap akan habis juga untuk biaya perawatan Rumah Sakit, beli obat-obatan dan biuaya dokter. Jadi percuma juga punya banyak uang, tetapi tidak banyak manfaatnya.

Akhirnya yang hadir lebih memilih pilihan nomer 2 yaitu Miskin tetapi sehat. Kalau sehat masih bisa mencari pekerjaan, meskipun harus berjalan kaki. Punya sedikit uang, tetapi masih berdaya guna juga untuk menyambung hidup. Meskipun hidup pas-pasan, tetapi bisa bahagia dan tidak punya hutang.

Tuhan menciptakan manusia bukan untuk menjadi misikin, tetapi untuk menjadi kaya dan memuliakan nama Tuhan. Miskin dapat disebabkan oleh karena pilihan manusia sendiri, yang malas bekerja, hidup boros dan mau enaknya saja. Kaya karena hidup hemat, pandai dan mau menabung.

Suatu saat pasien saya, saat ditanya oleh saya milih yang nomer 1 atau nomer 2, dia menjawab kalau ada pilihan lain ia akan memilih yang nomer 3 yaitu: kaya dan sehat. Betul sekali, tetapi sayang pilihan nomer 3 tidak tersedia.

Hidup merupakan pilihan. Hidup sehat, hidup sakit, hidup miskin, hidup kaya adalah pilihan kita sendiri.

Sering kali saya sukar menasehati pasien untuk dapat hidup sehat, karena sang pasien mempunyai pilihan sendiri. Ternyata untuk berbuat baikpun, tidaklah mudah.

Contoh kasus:

1. Pasien dengan gejala batuk-batuk yang menahun tidak sembuh-sembuh karena menderita penyakit Bronchitis khronis yang diakibatkan oleh kegemarannya merokok. Selama pasien masih merokok, maka batuk-batuknya tidak akan hilang. Berdasar statistik Kedokteran, kejadian TBC Paru dan Kanker Paru lebih banyak diderita oleh orang yang merokok aktip. Dinasehati agar tidak merokok lagi, sering kali pasien menolaknya dengan alasan sejak muda dia sudah merokok. Dia memilih hidup sakit.

2. Pasien yang menderita radang saluran kencing ( Urethritis ) yang disebabkan oleh kuman Gonorhoe ( G.O. ) sering kali timbul setelah pasien pria melakukan hubungan seks dengan wanita yang menderita G.O. Setelah dokter mengobati dan sembuh, lain bulan dia datang lagi dengan keluhan yang sama akibat hobinya masih dilakukan, padahal hobinya itu tidak baik bagi kesehatannya dan bagi isterinya ( bagi yang sudah berkeluarga ). Dinasehati juga tidak mempan. Hidup sehat adalah pilihan. Mengapa tidak mengambil yang lebih baik? Dia memilih hidup yang sakit.

Selamat pagi.-

Jumat, Januari 04, 2013

Lanjut usia.



Pagi ini datang berobat Ibu A, 85 tahun. Ia diantar suaminya yang sudah lanjut usia juga.

Mereka datang dengan naik becak. Ibu A turun dari Becak dengan dibantu suaminya.

Saat memasuki Ruang Periksa, saya sudah menemui hal yang biasa terjadi dengan pasien yang sudah lanjut usianya.

Saya bertanya “Silahkan masuk, siapa yang mau periksa?”

Mereka tidak ada yang menjawab. Kok diam saja.

Mereka duduk di kursi dengan gerakan yang lambat.

Saya bertanya kepada sang suami “Opa, siapa yang mau berobat?” dengan suara agak keras ( saya mengira pendengaran mereka sudah mulai berkurang ).

Sang suami menjawab “Isteri saya, dok. Pendengarannya sudah berkurang.” Dugaan saya benar, kalau lanjut usia pendengarannya sudah berkurang, mata juga sudah tidak jelas lagi dan lain-lain keluhan usia lanjut.

Saya bertanya kepada Oma A ini “Oma, apa keluhan Oma?”

Oma A menjawab “Badan saya sering gatal-gatal sudah seminggu ini. Juga sering pipis,dok.”

Wah jangan-jangan ia menderita sakit Kencing Manis ( Diabetes mellitus ), ada pruritus ( gatal-gatal ) dan banyak pipis ( poliuria) yang merupakan gejala dari Kencing Manis.

Saya bertanya lagi “Oma, apakah punya penyakit Gula?”

Oma A menjawab “Tidak ada, dok”
Saya mempercayai jawabannya, sebab pruritus dan poliuria bisa juga diderita oleh Lanjut usia. Pruritus, gatal pada kulit karena kulit sudah mulai kering, dimana kelenjar minyak yang ada di kulit sudah mulai menurun aktifitasa memproduksi minyak. Poliuria ( banyak pipis ) pada waktu dingin seperti saat ini musim hujan dimana udara dingin bisa juga menyebabkan orang banyak pipis.

“Baik. Silahkan Oma naik ke bed pemeriksaan ini.”

Oma A mulai menaiki tangga untuk duduk di bed pemeriksaan. Semua gerakannya lambat. Mulai dari melepas sandal yang dipakainya. Satu per satu sandalnya dilepaslan dengan gerakan yang lambat. Setelah itu, ia duduk dan membuka mantel yang dipakainya juga dengan gerakan yang lambat. Akhirnya ia berbaring di atas bed pemeriksaan. Saya sebenarnya sudah tidak sabar untuk segera memeriksa, mengukur tekanan darah Oma A ini, karena menunggu semuanya yang dilakukan dalam waktu yang lebih lama dari pasien muda usia. Akhirnya saya dapat memaklumi keadaannya dan menunggu dengan lebih sabar.

Pada pemeriksaan didapat: tekanan darah 120/80 ( normal ), lensa mata agak putih ( tanda sudah ada Katarak ), pendengaran mulai berkurang ( tuli ), lain-lain pemeriksaan dalam batas normal untuk usianya.

Segera saya membuat resep obat: hand and body lotion untuk menambah kelembaban kulitnya, tablet untuk mengurangi keaktipan kandung kencing untuk mengurangi pipis dan tablet Vitamin.

Pada akhir pertemuan pagi itu, saya berpesan bila minggu depan keluhannya tidak berkurang silahkan datang kembali untuk diperiksa lebih lanjut. Saya berencana untuk meminta pemeriksaan penunjang atas kadar Glukose darah dan pemeriksaan Urin.

Setelah pasien keluar dari Ruang Periksa saya membatin “Nanti kalau saya seusia Oma A ini ( kalau diberi umur panjang ) mungkin juga saya akan mengalami hal yang sama seperti Oma A ini.”

Rabu, Januari 02, 2013

Aphonia



Aphonia atau tidak ada suara, akibat ada gangguan pada pita suara kita.

Ibu Z, 40 tahun, sebagai pimpinan rombongan piknik dari kota kami ke Jakarta yang mengunjungi tempat-tempat rekreasi seperti Ancol dan Taman Mini Indonesia Indah banyak bicara dan menyanyi dalam perjalanan naik bus.

Sore itu Ibu Z datang berobat, dengan keluhan suaranya hilang. Ia ditemani oleh putrinya yang menjadi jurubicara. Ibu Z sepulangnya dari piknik ini, keesokan harinya mendadak suaranya hilang, nyaris tidak bersuara. Ibu Z panik dan khawatir akan kesehatannya. Ibu Z juga mengeluh badannya sedikit demam.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan: tekanan darah normal, lain-lain dalam batas normal, ada sedikit demam. Rupanya Ibu Z ini akibat banyak aktifitas dengan banyak mengeluarkan suara ( memberi komando dan bernyanyi ) yang dalam kedaan sehari-hari tidak banyak ia lakukan. Aktifitas itu menyebabkan ada gangguan pada pita suaranya yaitu berupa pembengkakan pita suara, sehingga pita suara tidak dapat bergetar dengan baik dan menyebabkan aphonia.

Saya memberikan resep obat antibiotika ( untuk mencegah infeksi ), tablet anti peradangan, tablet pain killer yang dapat juga untuk menurunkan demam. Saya menyarankan agar Ibu Z istirahat bicara selama 2 hari ( tidak bicara, bila tidak sangat perlu ), tidak banyak aktifitas dan banyak minum minimal 2 liter per hari untuk mengganti cairan tubuh yang dikeluarkan melalui Urine 1,5 liter dan 0,5 liter cairan yang menguap melalui kulit. Semoga suara Ibu Z berangsur-angsur akan muncul kembali setelah gangguan pita suaranya hilang.

Selamat pagi.-

Selasa, Januari 01, 2013

Menanam sayuran







Halaman depan rumah kami selain untuk parkir mobil, kami manfaatkan juga untuk menanam pohon dan sayuran sebagai penghijauan yang dapat dikonsumsi oleh kami. Saya membuat bak tembok untuk tempat tumbuhnya tanaman yang kami tanam.

Isteri saya gemar menanam Sayuran. Kalau beli Bayam, Daun bawang dan lain-lain sayuran di pasar, maka bonggol tanaman yang masih berakar ditanam di halaman rumah kami.

Sekali waktu isteri saya mendapat bekel beberapa batang Bayam Jepang (?) dari adik ipar kami di Jakarta. Iseng-iseng batang Bayam Jepang itu ditanam di pot-pot. Seminggu kemudian tumbuhlah dengan subur daun Bayam tadi. Kok mudah ya tumbuhnya, tidak rewel. Akhirnya tanaman Bayam itu saya pindahkan ke pot plastik bekas tempat ikan yang berukuran agak besar dan ditanam di bak tembok yang kami buat.

----

Suatu hari datanglah berobat Oma dan Opa R, 68 tahunan. Mereka pasien langganan isteri saya. Saya persilahkan mereka duduk menunggu di Ruang Tunggu, tetapi mereka tidak mau. Katanya mereka ingin melihat tanaman yang tampak bagi mereka cukup unik.
Oma R bertanya “Kalau yang ini tanaman apa ya, dok?” sambil memegang sehelai Daun Bayam Jepang.

Saya menjawab “Katanya sih Bayam Jepang, Oma. Ia mudah sekali tumbuhnya. Setek dan ditanam di pot kecil juga akan tumbuh. Kalau Oma mau, saya beri beberapa tangkai Bayam ini?”

Oma R menjawab “Wah di rumah kami tidak ada halaman untuk menanam pohon, dok.”

Saya menjawab lagi “Tanam saja di kantong plastik ( keresek ), ia akan tumbuh dengan mudah.”

----

Lain lagi ceritanya Pak M, 50 tahun. Setelah ia berobat, saat hendak keluar halaman rumah kami ia melihat tanaman Bayam Jepang tadi.

Ia bertanya “Ini pohon apa Dok, kok subur dan bagus warna hijaunya?” Rupanya ia terkesan akan tanaman Bayam itu.

“Itu Bayam Jepang, Pak. Ia mudah tumbuh. Disetek saja jadi. Bapak mau menanamnya” kata saya.

Pak M menjawab “Kalau boleh, saya mau dok.”

Saya memetik beberapa tangkai Bayam ini dan mengatakan “Pak, Daun Bayam ini enak dimakan, dijadikan lalaban juga enak. Kalau saya merebus Mie instan, saya menambahkan kedalamnya daun-daun Bayam ini.”

Pak M kegirangan mendapat batang Bayam gratisan dari saya.

Semingu kemudian Pak M memanggil saya untuk datang ke rumahnya, karena Ibundanya sakit dan tidak dapat berjalan ke tempat praktik saya.

Saat saya akan pulang dari rumahnya, saya melihat ada 2 buah kantong keresek yang diisi tanah dan tumbuh di dalamnya tanaman Bayam Jepang yang saya beri 1 minggu yang lalu. Tanaman itu sudah tumbuh daun mudanya. Wah…cepat sekali tanaman ini tumbuh.

Pekarangan rumah Pak M ini banyak ditanami dengan pohon Mangga, bunga Melati dan sebagainya. Jadi untuk sementara Bayam Jepang itu ditanam di dalam kantong keresek yang nanti pada saatnya akan dipindahkan ke lahan yang lebih besar.

----

Saya juga gembira sudah dapat berbagi sesuatu kepada orang lain. Semoga Bayam itu tumbuh dengan subur, Pak.

Memberi dalam matematika Tuhan



Ada seorang kaya ‎yang mempunyai 3 orang anak dan 19 ekor Kerbau.
Mendekati ajalnya, dia membagikan warisan kepada ke 3 anaknya dengan pesan : 1/2 untuk anak pertama, 1/4 untuk anak kedua & 1/5 untuk anak ketiga.

Setelah sang bapak meninggal, ketiga anaknya membagikan Kerbau sesuai pesan ayah mereka. Tapi mereka menemukan keganjilan, bahwa masing2 mereka akan mendapatkan bagian kerbau yang tidak utuh! Mereka masing2 tidak ada yang mau mengalah dan berusaha mendapatkan bagian utuh.

Terdengarlah kabar pertengkaran mereka oleh seorang bapak yang miskin yang punya 1 ekor Kerbau. Akhirnya, bapak tersebut menemui mereka, dan mau memberikan Kerbaunya supaya masing2 dapat bagian yang utuh.

Anak-anak itu setuju, dan mereka mulai membagi:
Anak pertama mendapat 1/2 dari 20 = dapat 10 ekor, anak kedua mendapat 1/4 dari 20 = dapat 5ekor, anak ketiga mendapat 1/5 dari 20 = dapat 4ekor.

Demikianlah masing-masing mendapatkan bagian kerbau dalam keadaan semua utuh! Dan totalnya adalah : 10+5+4=19, sisa 1 ekor, dikembalikan pada bapak tadi!

Ternyata dengan MEMBERI, kita tidak akan kehilangan apa yang telah Tuhan tentukan untuk menjadi milik kita! Dan jangan lupa yang paling penting juga selain memberi kepada sesama manusia berikanlah apa yang menjadi hak Tuhan!

Urtikaria (2)


( foto ilustrasi )



Kemarin sore datanglah seorang Ibu Rumah tangga beserta suaminya.
Ibu KS, 45 tahun mengeluh gatel-gatel di kedua tangan sejak kemarin pagi.

Saya bertanya “Apakah keluhan ini baru pertama kali terjadi? Apakah Ibu habis makan seafood, telur atau makanan lain yang pernah juga menyebabkan gatel-gatel seperti ini?”

Ibu KS menjawab “Dok, baru kali ini tangan saya gatel seperti ini. Saya tidak alergi dengan seafood.”

Saya bertanya lagi “Apakah Ibu pernah memegang benda seperti bubuk semen ( kalau Ibu punya toko besi yang menjual semen ) atau bubuk deterjen?”

“Kalau deterjen benar, Dok. Kemarin oleh karena pembantu saya pulang kampung. Saya mencuci sendiri pakaian kami. Saya pakai bubuk deterjen merk “Anu”. Setelah beberapa jam kemudian tangan saya jadi gatel-gatel seperti ini, dok.”

Saya menjawab “Merk “Anu?”. Wah…saya juga pernah mencuci pakaian dengan deterjen merk ini, dalam waktu beberapa menit kedua tangan saya kemerahan dan terasa gatel sekali. Rupanya saya juga alergi dengan deterjen itu.” Deterjen itu memang bagus di dalam iklan yang ditayangkan di TV, jadi saya mencobanya. Mungkin sekali orang lain tidak alergi dengan merk ini.

Pada pemeriksaan pandang ( Inspeksi ) saya melihat adanya kulit tangan yang kemerahan, terdapat beberapa urtikaria ( kulit yang menonjol dari permukaan kulit, berbentuk bulat dan terasa gatal ) di jari-jari kedua tangan Ibu KS ini.

Saya berkata kepada Ibu KS “Ibu, rupanya ibu tidak tahan ( alergi ) terhadap bubuk deterjen merk “Anu” ini. Saran saya lebih baik kalau Ibu mengganti dengan deterjen merk yang lain, yang mungkin Ibu tidak alergi terhadapnya. Kalau Ibu punya mesin cuci maka cucilah pakaian Ibu dan keluarga dengan memakai Mesin cuci pakaian dan menggunakan sabun yang khusus untuk dipakai untuk mesin cuci itu.”

Ibu KS menjawab “Dok, sebenarnya kami juga punya mesin cuci pakaian, tetapi saya pikir kalau mencuci sedikit pakaian, mungkin lebih efisien kalau dicuci pakai tangan saja. Eh…tidak tahunya malah lebih boros uang, mana harus periksa ke dokter dan beli obat lagi. He…he…”

Saya menjawab “He..he..juga, ah..Ibu jangan berkata begitu dong. Kejadian ini kan tidak terduga sebelumnya bukan? Mana tahu kalau Ibu alergi dengan deterjen merk itu. Kalau Ibu tidak datang berobat kepada dokter, kan gatel-gatelnya tidak sembuh.”

Rupanya Ibu KS ini termasuk orang yang pelit, tidak mau berbagi rejeki kepada orang lain. Ah..ini hanya guyon saja.-

Terjepit restleiting celana



Suatu sore datang Pak S, 40 tahun bersama isteri dan putranya. Pak S pasien langganan saya.

“Met sore, dok” kata Pak S.

“Met sore Pak, siapa yang mau berobat?” saya bertanya.

Dengan malu-malu Pak S berkata “Ini dok, putra kami saat pipis, tititnya terjepit restleiting celananya. Ia kesakitan dan langsung saya bawa kemari.”

Putra Pak S ini berumur sekitar 4 tahun. Pada pemeriksaan saya melihat kulit praeputium ( kulit ujung penis ) terjepit restleiting celana pendek pasien.

Saya berkata kepada keluarga Pak S “Wah benar kulitnya terjepit restleiting. Kalau diangkat tentu akan ada luka, maka sebaiknya putra Bapak dikhitan saja sekalian. Nanti saya kirim ke Rumah Sakit Umum terdekat.”

Pak S berunding dengan isterinya. Akhirnya Pak S berkata “Dok, kami belum siap kalau putra kami dikhitan sekarang, karena biaya pesta khitanannya belum kami persiapkan.’

Saya menjawab “Tidak apa-apa, dikhitannya sekarang dan pestanya beberapa bulan kemudian setelah biaya terkumpul.” Pak S tetap tidak mau putranya sekalian dikhitan sekarang.

Akhirnya saya membuatkan Surat Rujukan ke Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum di kota kami.

Saran saya kepada kita semua kaum pria agar berhati-hatilah kalau akan membuka dan menutup restleiting celana yang kita pakai. Kalau tidak hati-hati kejadian yang serupa dengan ini bisa terjadi dan ceritanya bisa jadi panjang.-