Kamis, September 04, 2014

REKREASI KE BUMI PERKEMAHAN SIDOMBA 30 AGUSTUS 2014




Tanggal 30 Agustus 2014 ada sponsor dari gereja GKI Rahmani Cirebon yang mengajak warga Panti Wreda Kasih Cirebon, para Pengurus Panti dan Karyawan berekreasi ke Bumi Perkemahan Sidomba, Kabupaten Kuningan. Penulis yang merupakan anggota Pengurus Panti ini melaporkan perjalanan kali ini.

Warga Panti yang mengikuti acara ini sebanyak 9 orang, Pengurus Panti sebanyak 7 orang, karyawan Panti sebanyak 4 orang dan perwakilan dari GKI Rahmani sebanyak 2 orang. Total peserta rombongan ini 22 orang.

Pukul 08.30 peserta bersiap untuk melakukan perjalanan rekreasi ini dengan menggunakan 2 buah Minibus dan 1 mobil sedan. Kami berdoa dahulu sebelum berangkat, mohon mendapat perlindunganNya dalam perjalanan ini.
Mulailah rombongan berangkat menuju kota Cilimus, Kabupaten Kuningan, selanjutnya belok kanan naik ke desa Linggarjati dan menuju Bumi Perkemahan Sidomba. Kami membayar biaya kunjungan untuk mobil dan penumpang di sebuah tempat sebelum masuk ke kompleks Sidomba. Kami tiba sekitar pukul 09.00 pagi. Udara cerah dan sejuk membuat badan terasa segar.

Kami mencari tempat yang terlindung dari sinar matahari di sebuah halaman dengan tempat duduk. Setelah istirahat sambil menikmati snak berupa biskuit dan air mineral seluruh peserta dapat menikmati pemandangan alam, sambil ngobrol.

Di sebuah lapangan kami melihat ada se kelompok Pramuka yang sedang melakukan aktifitas. Rupanya semalam mereka camping disana. Terdengar suara mereka riuh rendah. Asik juga aktifitas mereka itu.
Saat rombongan mencari tempat untuk berteduh kami melihat ada kandang Domba jantan. Tampaknya Domba ini domba-domba aduan. Tidak heran kalau tempat ini dinamai Sidomba.

Pukul 10.00 Pak R, perwakilan dari GKI Rahmani memimpin acara renungan rohani. Acara dimulai dengan doa dan menyanyikan sebuah lagu rohani. Dalam acara ini Pak R membawakan renungan diselingi dengan humor yang menyegarkan rohani para peserta. Inti renungan ini adalah dalam hidup ini kita harus berterima kasih kepada orang lain, tidak peduli itu adalah petugas parkir, pelayan rumah makan, dokter, pendeta dan lain-lain. Tidak lupa pula kita harus berterima kasih kepada Tuhan yang sudah memberikan kita hidup dan diberkati olehNya.

Dalam acara ini juga diselingi acara permainan yang membuat peserta tertawa. Acara ini membuat para peserta dapat relaks dan melupakan kejenuhan hidup.

Selesai acara ini, para peserta mendapat berkat berupa Nasi Kotak yang dibawa oleh perwakilan GKI Rahmani. Kami menikmati makan siang dengan nikmat dalam suasana yang santai dan udara yang sejuk di pegunungan Ciremai ini.

Selesai acara renungan rohani ini rombongan menuju ke arah bawah, menuruni bukit tempat acara renungan. Kami menuju halaman parkir Bumi Perkemahan Sidomba. Disini ada sebuah air terjun yang lokasinya berada dibawah. Untuk menuju air terjun ini harus menuruni anak-anak tangga yang cukup curam. Para Oma dan Opa terpaksa harus menunggu di sebuah bangsal untuk beristirahat dan menikmati minuman yang dibawa karyawan Panti.

Suasana disini tidak begitu ramai oleh pengunjung, padahal saat ini adalah weekend. Kalau hari Minggu atau hari libur biasanya disini ada banyak pengunjung.

Cukup lama juga kami berada di kompleks air terjun. Kami sempat mengambil foto untuk kenang-kenangan. Saya melihat peserta yang mengunjungi air terjun Sidomba tampak gembira sudah dapat mengunjungi tempat yang sejuk, indah dalam suasana damai di hati.

Setelah dirasa cukup, maka kami meninggalkan Bumi Perkemahan Sidomba. Rombongan menuruni bukit ini menuju kota Cilimus kembali. Sebelum memasuki kota ini disebelah kiri jalan raya tampak ada sebuah toko yang menjual Tahu Susu. Mungkin dalam pembuatannya Tahu ini dicampur dengan Susu Kedele. Ada yang sudah digoreng dan ada yang masih mentah. Selain itu juga saya melihat ada di jual gorengan Comro ( parutan singkong yang berisi oncom ), Cireng ( aci digoreng) dan lain-lain makanan khas lokal daerah ini.

Ada banyak pengunjung yang mendatangi toko ini, maklum lokasinya yang strategis dipinggir jalan raya Cilimus. Peserta rombongan ini ada yang membeli Ubi jalar dipenjual, disebrang jalan raya. Dengan uang Rp. 10.000,- mereka mendapat sekantung plastik besar Ubi jalar. Murah katanya.

Selanjutnya rombongan menuju kota Cirebon. Memasuki daerah Gronggong dan Ciperna udara terasa lebih panas, maklum dekat pantai. Berbeda dengan udara di Sidomba yang sejuk dari pegungungan Ciremai.
Rombongan tiba kembali di Panti Wreda kasih Cirebon sekitar pukul 14.00 dengan selamat.

Sampai jumpa di acara rekreasi berikutnya.-

10 komentar:

  1. Wah, senang ya, Dok. Membaca artikel dokter, jujur, saya teringat bibi saya. Beliau adalah seorang biarawati, jadinya beliau tidak punya anak. Beliau juga tinggal di kota terpencil dimana tidak ada sanak saudara. Bahkan saya jarang bertemu beliau karena lokasinya jauh. Terakhir kali ketemu, sekitar 7 tahun lalu. Saya sempat kepikiran, siapa yang bakal mengurus bibi saya? Beliau sudah sepuh. Mama saya mengatakan beliau akan diurus orang sekitarnya. Saya harap itu benar saja.

    Salah satu kekhawitaran saya, bila sudah tua nanti, siapakah yang akan mengurus saya? Saya sadar ini hal konyol untuk dipikirkan secara saya masih muda dan sehat. Hehehe...

    BalasHapus
  2. To Kencana,

    Saat ini anda masih muda. Kalau boleh saya tebak usia anda antara 20-30 tahun. Umur manusia menurut Alkitab ( Mazmur 90, ayat 10 ) adalah 70 tahun, bisa sampai 80 tahun tetapi penuh kesakitan dan penderitaan. Jadi anda masih ada waktu antara 40-50 tahun sampai dipanggil Tuhan, tetapi umur manusia tidak ada yag tahu persis. Bisa nanti malam, besok pagi, 10 tahun lagi atau kapanpun dapat dipanggil Tuhan. Oleh karena itu selama saya masih hidup, saya ingin dapat berbuat baik bagi orang-orang lain. Manusia diberi 2 tangan oleh Tuhan. Yang satu untuk menolong diri sendiri dan tangan yang satunya lagi untuk menolong orang lain.

    Kalau kekhawatiran setiap orang pasti ada. Bagaimana kalau kita sudah lanjut usia. Siapa yang akan merawat kita dsb.

    Kami, saya dan isteri saat ini sudah diatas 65 tahun. Sudah ber-KTP seumur Hidup. Berlaku sampai tutup usia. Kami mempunyai 2 orang anak, laki dan wanita. Study di Sydney, Australia, bekerja dan yg sulung sudah S2 dan sudah menikah dan stay disana. Yg bungsu wanita sudah lulus S2 dan bekerja disana. Kredit mobil dan apartemen dari gaji masing-masing. Jarang pulang ke Cirebon. Paling2 kami yg berkunjung kesana tiap 2 tahun sekali. Kepikiran juga bagaimana nanti kalau kami sudah tidak dapat bekerja lagi. Siapa yg akan merawat kami? Anak-anak jauh dari kami. Kami belum mau migrasi kesana karena saya masih ada Ibunda yg saat ini berusia 83 tahun, tinggal bersama adik wanita saya. Rumah Ibunda tidak jauh dari rumah kami.

    Kami menyadari bahwa semua di dunia ini ada masanya. Ada masa kanak-kanak, ada masa dewasa, ada masa lanjut. Ada masa senang dan ada masa sedih. Ada siang dan ada malam. Semua ada yg mengatur yaitu Tuhan.

    Maaf ini sekedar pikiran saya.

    Salam.

    BalasHapus
  3. Terima kasih telah sharing pengalaman Anda, dok. Saya masih 22 tahun.

    Dari pengamatan saya membaca blog dan ke panti jompo, banyak orang tua ingin ke panti jompo padahal sudah dilarang sama anaknya. Secara finansial mampu membiayai dia sampai tua.Tetapi melihat lingkungan sekarang di mana anak2 berangkat kerja, pulang sampai malam.Malampun sudah sedikit komunikasi karena kelelahan ataupun urusan rumah tangga.Jadi kebanyakan siangnya kesepian sendiri,nonton TV pun malas. Walaupun saya belum tua, saya bisa menempatkan diri di posisi mereka.Kekhawatiran lansia adalah kesepian tidak ada teman bicara. Memang ada keluarga, anak ataupun cucu, tapi komunikasi terbatas hal tertentu saja. Jadi orang tua menetapkan mau pindah ke panti jompo agar mempunyai banyak teman.

    Saya sendiri sudah siap bila suatu saat nanti mesti merawat ortu di hari tua. Tapi saya cemas tidak bisa merawat mereka sebaik mereka merawat saya. Dari pengalaman nenek saya yang tinggal di rumah bibi, mereka jarang komunikasi karena anaknya sibuk bekerja. Malah cucunya yang lebih sering ngobrol dengan beliau. Saya sendiri sewaktu kecil lebih sering ngobrol dengan pembantu karena ortu sibuk kerja.

    BalasHapus
  4. To Kencana,

    Ada pendapat yg mengatakan bahwa aib kalau orang tua kita dimasukkan ke Panti Jompo. Kan ada keluarga minimal anak-anaknya yg dapat merawat mereka.

    Pada kenyataannya tidak semua anak-anak bisa merawat orang tuanya yg sudah sepuh karena tinggal di kota lain atau karena tidak ada pekerjaan yg dapat menopang hidup mereka. Apa lagi kalau para orang tua tidak mempunyai anak / anak-anak. Hidup di hari tua sangat memprihatinkan.

    Di Panti Wreda Kasih milik gereja kami, semula ada 18 Opa dan Oma, sekarang tinggal 11 orang, karena sudah banyak yg meninggal dunia atau pindah ke tempat lain.

    Banyak Opa dan Oma yg tinggal di Panti ini sudah tidak mempunyai sanak famili. Mereka merasa lebih nyaman tinggal di Panti karena makan, tempat tinggal, mau mandi air bersih sudah tersedia / terjamin. Bila sakit ada yang mengobati ( ada dokter ). Mau lihat TV juga tersedia di Ruang Mkan dan Ruang tamu. Mau mengikuti kebaktian di Gereja sudah tersedia mobil gereja yg akan antar dan jemput mereka. Mau apa lagi. Tiap hari ada saja para donatur yg datang mengirim makanan / snack dan minuman atau beras dll kebutuhan sehari-hari . Jadi secara jasmani keperluan mereka sudah tercukupi. Secara Rohani sudah tersedia fasilitas untuk mengikuti Kebaktian di Gereja.

    Sehari-hari opa dan oma dapat bergaul dan berkomunikasi antar sesama. Pada hari-hari tertentu ada acara di Panti seperti Kebaktian sore hari, Senam tiap hari Kamis. Pada bulan-bulan tertentu Pengurus Panti mengajak rekreasi atau makan di luar gedung Panti ( di Rumah Makan atau di tempat rekreasi lainnya).

    Kalau tidak mau tinggal di Panti ya mesti ada orang / anggota keluarga yg merawat / menjaga para lansia ini di rumah mereka sendiri. Untuk mengisi hari-hari mereka , mesti ada kesibukan atau menekuni hobi ( melukis, menanam bunga di pot-pot, pelihara ikan di akuarium, mendengarkan musik / tv dan lain2 ).

    Iya ini sekedar sharing aja. Semoga Kencana ada gambaran bagimana kehidupan di Panti ini.

    Semoga dapat bermanfaat.

    Salam.

    BalasHapus
  5. Iya, Dok. Ada orang tua yang menolak saat diajak anaknya tinggal di luar kota karena takut nggak betah. Apa tuanya dokter benar-benar berniat migrasi ke Australia? Apa nggak bakal kesepian ninggalin tanah air?

    BalasHapus
  6. To Kencana,

    Memang bagi para lansia sulit beradaptasi dengan lingkungan yg baru, tetapi dengan lingkungan yg baru bila ada banyak teman seusia, ada orang-orang yg merawat dengan kasih mereka akan lebih mudah beradaptasi.

    Tentang migrasi ke Aussie kami masih bergumul. Kalau tinggal di Aussie kami tidak dapat buka praktik, mesti sekolah lagi dan ini tidak memungkinkan sebab faktor usia yg sudah sepuh. Akhirnya kami akan jobless alias nganggur, menggantungkan kepada anak-anak. Mereka juga masih kredit mobil dan apartemennya yg mesti dibayar dengan gaji mereka. Jadi kami pasti akan membebani mereka. Kalau tinggal di Indo kami masih dapat uang pensiun ( meskipun tidak besar) dan masih dapat mencari uang dari buka praktik dirumah. Suatu saat kalau kami sudah tidak bisa praktik dan sakit-sakitan siap yg akan merawat kami. Inilah problem yg akan timbul.

    Masalah hari tua akan terjadi pada setiap orang ( bila diberi umur panjang ) dan ini merupakan masalah Geriatri ( masalah usia lanjut ) tersendiri.

    Di kota Sydney ada banyak orang Indonesia yg tinggal disana ( student, migran, profesional dll ). Kalau kebaktian di Gereja yg sering kami kunjungi para anggota jemaatnya adalah orang-orang Indonesia, bahkan salah satu pendetanya berasal dati kota Magelang ( Indonesia ). Jadi kalau hari Minggu saat mengikuti kebaktian, kami dapat sharing tentang study, keluarga dll. Pada akhir kebaktian selalu ada acara ramah tamah yaitu minum Teh, Kopi, makan snack / biskuit yg dibawa oleh para anggota kemaat. Bahasa yg dipakai adalah bahasa Indonesia atau bahasa daerah mereka masing-masing ( Sunda, Jawa, dll ) jemaat. Jadi kalau kita dapat beradaptasi dengan kehidupan yg baru kita dapat menikmatinya.

    Salam.

    BalasHapus
  7. "Suatu saat kalau kami sudah tidak bisa praktik dan sakit-sakitan siap yg akan merawat kami. Inilah problem yg akan timbul."
    Dari pengalaman saya browsing website ini, sepertinya Dokter adalah orang yang aktif, supel dan punya banyak teman. Mungkin ada kerabat atau teman Dokter yang bersedia merawat dokter dan istri dokter. Atau... Dokter bisa menggaji perawat (ini pilihan terakhir sih)

    Tapi, tinggal di Australia ada enaknya juga. Punya kenalan baru, merasakan canggihnya teknologi. Semua keputusan ada di tangan Dokter.

    BalasHapus
  8. To Kencana yang baik dan peduli terhadap saya,

    Saya belum tahu apakah kami akan tetap tinggal di kota kelahiran saya atau tinggal di Aussie kelak. Saya masih bergumul.

    Berbahagialah orang yang mempunyai sahabat yang dapat berbagi di saat susah dan di saat senang. Saya mempunyai seorang sahabat yang akan saya ceritakan dalam artikel lain di Blog saya ini.

    Kadang saya merasa untuk berbuat baik pun tidak mudah. Ada batu sandungan di depan kita. Contohnya sudah saya tulis dalam artikel di dalam Blog ini.

    Salam.

    BalasHapus
  9. Terima kasih atas kunjungannya, salam hangat dari kami Objek Wisata & Bumi Perkemahan Sidomba Kuningan, kami tunggu kunjungan berikutnya

    BalasHapus
  10. To Sidomba,

    Terima kasih sudah berkunjung ke Blog saya. Mudah-mudahan kami dapat berkunjung kembali pada suatu saat.

    Salam.

    BalasHapus