Seminggu yang lalu saya dikunjungi pasien, seorang bapak K., 52 tahun yang mengeluh: pusing sejak beberapa hari yang lalu, semalam menggigil, susah tidur ( insomnia ), penglihatan kedua mata kabur dan rasa tidak enak sekitar hidung.
Setelah melakukan pemeriksaan saya mendapatkan: tekanan darah:normal, THT : normal, kedua mata: Katarak ( pasien berkaca mata minus ) dan observasi Cephalgia ( pusing ) yang dapat disebabkan banyak hal seperti: Flu berat, Stres, Radang Sinus ( Sinusitis ), sedang tanggung bulan dll.
Untuk menegakkan diagnosa, saya menganjurkan untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium klinik terhadap darah dan urinenya.
Saya membuatkan
Sebagai obat sementara yang dapat meringankan penderitaan bapak K, saya membuat resep 1 macam obat yang mengandung anti pusing, penenang dan vitamin. Saya menganjurkan agar hasil pemeriksan lab. segera diserahkan kepada saya.
4 hari kemudian datanglah bapak K. ke tempat praktek saya. Ternyata sepulangnya dari tempat praktek saya 4 hari yang lalu, ia tidak memeriksakan darah dan urinenya ke lab. klinik, tetapi ia pergi mengunjungi dokter lain, teman sejawat ahli THT, dengan alasan bahwa pusingnya tidak tertahankan ( padahal saya sudah memberikan resep untuk mengatasi pusingnya yang tidak ia belikan, mana ada perubahan rasa pusingnya? Kalau obatnya belum diminum ). Oleh ahli THT, bapak K. ini diberi resep 4 macam. Meskipun sudah diminum obat-obat tersebut, tetapi rasa pusing dan tidak enak sekitar hidungnya tidak juga mereda.
Rupanya bapak K. ini tidak mempercayai saya sebagai dokter dan telah meminta second opinion dari dokter lain. Ketika ia juga belum sembuh dari penderitaannya, ia menuruti anjuran saya untuk melakukan pemeriksaan laboratorium ( kenapa ia tidak melakukannya sejak awal ). Semua hasil pemeriksaan darah dan urine bapak K. ini ternyata dalam batas-batas normal. Saya menganjurkan agar resep yang telah saya berikan kepadanya agar dibelikan dan segera diminum sehari 3 kali 1 kaplet.
Bapak K. ini bertanya, “Dok, mengapa rasa pusing saya belum sembuh?”
Saya menjawab, “ Saya tidak mengerti jalan pikiran bapak. Anda telah berobat kepada saya tetapi tidak melaksanakan anjuran saya untuk melakukan pemeriksan laboratorium dan resep obat tidak dibeli, bahkan pergi ke dokter lain yang hasilnya juga tidak ada. Hasil pemeriksan laboratorium Anda ternyata dalam batas normal. Nah… begini saja minumlah obat yang sudah saya resepkan untuk Anda. Bagaimana Anda akan sembuh bila obatnya saja belum dibelikan dan diminum?”
Ia berkata lagi, “ Habis bagaimana dok?”
Saya menjawab, ”Tidak bagaimana bagaimana. Segera belikan resep obat yang saya berikan. Semoga lekas sembuh”, saya akhiri konsultasi dengan bapak K ini.
Setelah pasien itu meninggalkan ruang periksa saya, saya merenung: kasihan bapak K. ini, kalau setelah minum obat resep saya rasa pusingnya tidak juga sembuh, mungkin sebaiknya dirujuk ke teman sejawat Psikhiater.-
Kalau jasmani tidak apa-apa, maka penyebabnya mungkin berada di bidang rohani. Sampai kisah ini dibuat, bapak K. belum kembali lagi. Sembuhkah pusingnya? Semoga.-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar