Siapapun orangnya tentu mempunyai rasa takut terhadap sesuatu.
Kadar rasa takut itu dapat berbeda-beda untuk setiap orang. Rasa takut tidak bergantung pada besar tubuhnya. Orang yang besar tubuhnya belum tentu ia berani disuntik obat /vaksin. Orang yang kurus begitu beraninya disuntik, bahkan minta disuntik bila datang berobat.
Dalam satu populasi terdapat sekitar 10 % orang yang trouble maker ( pembuat ulah ).
Sewaktu bekerja di suatu Puskesmas dengan 32 orang Staf, terdapat 3 orang yang trouble maker. Yang satu sering bolos masuk kerja, yang kedua sering meminjam uang kepada sesama Staf / orang disekitar Puskesmas dan yang ketiga bicaranya ceplas-ceplos sehingga sering membuat onar.
Hari Sabtu, 12 Juni 2010, saya melakukan vaksinasi Hepatitis B bersama seorang Staf dari suatu perusahaan vaksin. Targetnya adalah 13 orang di Taman kanak-kanak, 42 orang di Sekolah dasar dan 12 orang di sebuah SMU.
Di Taman kanak-kanak ada seorang murid dari 13 orang murid yang begitu takut mendapat suntikan vaksinasi, padahal jarum kecil yang dipakai hanya sepanjang 1 Cm, jarum subkutis. Sang Guru TK dan saya, dokter dengan susah payah menjelaskan bahwa suntikan vaksinasi yang akan diberikan tidak nyeri. Ia tidak peduli, ia berteriak-teriak, menangis, meronta-ronta. Sang Ibu yang mendampinginya juga hanpir kehabisan kesabarannya dan menahan malu karena putranya tidak seberani teman-temannya ketika diberi suntikan vaksinasi. Akhirnya pemberian suntik itu selesai juga setelah 3 orang turun tangan untuk memegang tangan, kaki dan kepalanya, agar lengan yang akan disuntik tidak bergerak selama proses suntikan berlangsung. Dapat dibayangkan nanti ketika pemberian vaksinasi yang kedua dan ketiga ( 3 kali vaksinasi Hepatitis B ).
Di Sekolah Dasar ada 4 orang dari 42 orang murid yang mirip sama dengan kisah murid Taman kanak-kanak tadi.
Di SMU ada seorang siswi dari 12 murid yang juga mempunyai masalah rasa takutnya. Ia sudah pucat pasi ketika memasuki ruang tempat vaksinsai ( Ruang Laboratorium ). Ahirnya ia mendapat jatah vaksinasi yang terakhir. Saya katakan “Jangan takut dan jangan kalah dengan murid TK. Murid TK tidak ada yang menangis atau berteriak-teriak ketika disuntik yang tidak nyeri ini.”
Mendengar ucapan saya tsb, siswi itu pasrah disuntik dan ia merasa tenang setelah ia merasa tidak sakit ketika disuntik vaksin.
Memang agak sulit memberikan ketenangan kepada orang yang sudah merasa takut.
Setelah ia merasakan bahwa itu tidak sakit barulah ia percaya dan berani disuntik.
Jadi pengalaman disuntik merupakan obat yang mujarab untuk mengatasi rasa takutnya.
Setelah tugas memberikan vaksinasi Hepatitis B ini selesai, siang itu saya merasa lega sudah melakukan tugas tanpa kesulitan yang berarti.
Bulan lalu ketika saya memberikan vaksinasi Influenza bagi 44 orang karyawan sebuah perusahan Rokok ada seorang karyawan, seorang perugas Security yang bertubuh tegap juga kecil nyalinya menghadapi jarum suntik. Akibatnya ia menjadi buan-bulanan teman-temannya. Ia baru percaya bahwa suntikan itu tidak sakit setelah ia disuntik dengan jarun yang cukup kecil bila dibandingkan dengan tubuhnya.
Apakah dokter tidak takut jaru suntik?
He…he… saya juga ngeri melihat ujung jarum ketika menjadi Donor darah. Jarum yang dipakai berukuran besar agar proses pengeluaran darah lebih cepat dari pada kalau dipakai jarum yang kecil. Ketika petugas menusukkan jarum, saya tidak pernah mau melihat jarum memasuki pembuluh darah vena saya.
Ternyata rasa takut manusiawi juga ya. Bagaimana pendapat anda?-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar