Selasa, Agustus 03, 2010

Bolos kerja




Pagi ini hati saya tidak nyaman.
Apa sebabnya? Banyak tukang yang bolos kerja.

Padahal perbaikan atap rumah kami hanya   perlu beberapa hari lagi untuk penyelesaiannya.

Dari 5 orang pekerja, 2 Tukang dan 3 asisten ada 3  orang ( 60 % yaitu 1 Tukang dan 2 asisten ) yang bolos kerja tanpa ada beritanya. Pekerja yang hanya 2 orang saja akan mempersulit pekerjaan mereka untuk  memindahkan kayu-kayu dari  bawah ke atap rumah, membuat adukan ( semen dan pasir ) dan kirim ke atap rumah. Tanpa  team work yang baik maka pekerjaan akan sangat lambat.

Pak J, 40 tahun sebagai Ketua rombongan pekerja in juga  ngomel. Ketika salah seorang asisten yang bolos kerja di tanya via  HP  asisten yang sudah datang “Mengapa tidak datang?”

Ia menjawab semau gue  “ Kalau naik sepeda badan saya lemes.”  He..
Pak J sang bos, berkomentar “Kalau naik sepeda lemes, naik mobil aja! Hah..kayak bos aja maunya naik apa? Biasa juga naik sepeda kok.”

Pak J bilang kepada saya “Pak, aneh ya. Kalau nganggur tidak ada kerjaan, cari-cari pe kerjaan. Kalau sudah dapat kerja, malah malas bekerja!”

Sdr A menjawab “ Perut saya mules sehingga tidak dapat pergi bekerja.”
Mungkin kemarin ia makan banyak sambel sehingga perutnya mules.

Sdr. B menjawab “ Kaki saya pegel linu dan kramp sehingga tidak dapat bekerja”
Ah..ada-ada saja alasannya.

---

Saya diam, lalu berkomentar kepada Tukang saya itu “Pak J, kayaknya lebih mudah cari Dokter untuk berobat dari pada cari Tukang untuk memperbaiki rumah.”

Pak J tersenyum “Iya benar juga ya.”

Saya melanjutkan “Kalau mau berobat kepada Dokter, antri  30 menit langsung diperiksa. Kalau cari Tukang, mesti antri 1-2 minggu atau bulan baru dapat tukang untuk memperbaiki rumah, sebab tukangnya sedang bekerja di rumah orang lain.”

Pak J menimpali ucapan saya “ Benar pak. Tempo hari tetangga saya, Pak M kecewa dengan ulah para tukang. Tetangga saya pak B akan membuat pagar tembok sekitar  rumahnya. Oleh karena saya sedang bekerja di orang lain, Pak M memperkerjakan beberapa orang tukang yang lain untuk membuat tembok itu. Baru bekerja 2 hari, para tukang tidak datang lagi untk melanjutkan pekerjaannya. Akibatnya tembok itu tidak terselesaikan.”

Saya  menjawab “ Mungkin upahnya  terlalu kecil, Pak.”

Pak J menjawab “ Kalau upah, kan  bisa dirundingkan sejak awal sebelum bekerja. Kalau sudah sepakat, maka kita para tukang seharusnya tetap bekerja sampai tugasnya selesai.”

Saya membatin “Iya betul. Kalau semua tukang berbuat demikian, tentu orang yang mempekerjakan mereka akan senang dan puas.”

Apakah mereka bolos kerja, karena sudah cukup dapat duit pada minggu yang lalu?
Ah…..duit selalu di harapkan, tidak peduli kantong sudah penuh atau belum!

2 komentar:

  1. Anonim8:38 AM

    sabar pa dokter... biasa kalo tukang tuh suka ada malesnya ada rajinnya.....

    BalasHapus
  2. To Anonymos,

    Benar, tiap orang berbeda semangat dan argumentasinya.

    Saya terkondisi bekerja yang baik, cepat dan benar, kalau tidak begitu pasien keburu meninggal dunia. Nah lho. Ceritanya jadi panjang.

    Kalau Tukang tidak akan ada yang menuntut, bila tidak datang bekerja lagi. Paling2 cari Tukang yang lain.

    Ya sudahlah. Mau apa lagi.

    BalasHapus