Selasa, November 23, 2010

Hematoma



Hematoma adalah adanya perdarahan di bawah kulit. Kulit yang semula putih atau sawo matang berubah warna menjadi biru. Makin luas bercak biru menandakan makin banyak perdarahan yang terjadi. Hematoma biasanya terjadi akibat trauma ( benturan ) dengan benda tumpul seperti terjatuh menimpa lantai, meja, dipukul  dll. Hematoma akan diserap oleh tubuh sendiri secara bertahap dalam  waktu 1 – 2 minggu tergantung dari banyaknya perdarahan.

Kemarin pagi datang Ibu Z, 35 tahun membawa putranya, S, 3 tahun.
Keluhannya setelah terjatuh, wajah sebelah kiri S mengenai meja makan. Setelah kejadian tsb nampak warna biru di kelopak mata kiri bagian atas. Setelah beberapa jam kemudian warna biru ini meluas pada kelopak mata kiri bagian atas. Praktis kelopak mata atas dan bawah berwarna biru seperti memakai kacamata biru.

Saat saya akan memeriksa bola mata kiri, S menangis dan berlari-lai dalam Ruang Periksa. Ia merasa takut kalau-kalau dokter akan menyakitinya.
Biasanya Ibu atau Ayah pasien kecil akan  mengancam degan berkata “Nak kalau tidak diam, nanti Dokter akan menyuntik. Diamlah!” Padahal saya tidak pernah menyuntik anak kecil.

Ancaman ini biasanya tidak berhasil sebab pasien kecil sudah ketakutan hebat. Ia akan meraung-raung dan  semua anggota geraknya  bergerak  tidak bisa diam.
Jadi percuma saja mengancam seperti itu. Lebih baik serahkan kepada dokter.
Bagusnya Ibu Z tidak mengancam seperti tadi. Dengan mengancam atau marah tidak akan menyelesaikan masalah, tetapi justeru akan membuat masalah baru.

Saya putar otak, bagaimana pasien cilik ini menjadi tenang  sehingga saya dapat memeriksanya, minimal melihat apakah bolan matanya baik-baik saja? Atau terjadi perdarahan Subconyunctiva bleeding ( perdarahan pada bagian luar bola mata ) juga.

Aha…saya masih mempunyai persediaan beberapa sachset Biskuit. Saya berikan sebuah sachset ini kepada pasien cilik saya. Melihat diberi biskuit atau biskuat? Ia diam dan asyik membolak-balik biskuit itu. Tangisnya reda.

Lalu saya berkata “Nak, Om mau lihat matanya ya?”

S mengangguk. Dengan dipangku oleh Ibunya, S duduk dengan manis.
Saya memeriksa bola matanya dengan bantuan sinar sebuah senter kecil. Tidak terdapat Subconyunctiva bleeding. Pemeriksaan saya selesai juga.

S bertanya kepada Ibunya “Bu, bolehkah biskuit in saya makan?”

Ibu Z melihat ke arah saya seolah ingin mendapatkan ijin. Saya menganggukkan kepala.

Ibu Z berkata kepada putranya. “Boleh nak, tapi nanti ya kalau Om Dokter selesai membuat resep untuk kamu.”

Saya membuatkan resep T gel untuk dioleskan pada kulit kelopak matanya ( dengan advis jangan sampai kena bola matanya ) dan sebuah resep puyer yang mengandung pain killer dan anti peradangan. Saya katakan bahwa wanra biru ini akan hilang secara bertahap dalam waktu 1-2 minggu dan tidak usah panic. Warna biru akan berubah menjadi coklat lalu kuning dan akhirnya normal kembali pada saatnya.

Ibu Z dan S segera meninggalkan Ruang Periksa. Setelah  melayani pasien terakhir ini , saya pun segera membereskan Ruang Periksa dan pulang.

Pagi itu pengalaman saya bertambah satu lagi.-

2 komentar:

  1. Aduh, lagi-lagi ada orang tua yang "mengancam" dokter akan menyuntik anaknya. Mungkin mereka nggak sadar kalau itu akan membuat si anak makin ketakutan. tubuh sakit, mental juga jatuh.

    Makanan manis emang bujukan ampuh buat anak kecil.

    BalasHapus
  2. To Kencana,

    Menghadapai pasien anak dokter harus bijaksana dan harus dapat mengambil hatinya. Pemberian sedikit makanan ( biskuit, coklat dll ) biasanya akan membuat pasien anak tidak cemas dan takut lagi saat dokter akan memeriksanya. Ini yang sering saya lakukan bila menghadapi pasien yang rewel atau takut saat akan diperiksa.

    Salam.

    BalasHapus