Jumat, November 26, 2010

Sate Ayam



Sate Ayam yang disantap dengan Lontong merupakan makanan favorit saya.
Sejak 2 hari yang lalu saya ingin sekali makan makanan itu. Saya belum sempat membelinya. Mungkin besok siang saya akan ajak isteri saya Lunch dengan menu tsb.

Tidak ada yang aneh dengan Lontong dan Sate Ayam ini. Yang aneh adalah bagaimana  datangnya makanan itu ke tempat saya, tanpa saya undang.

Ikutilah kisah menarik ini.

Sore ini pk. 18.00 datang berobat pasien  langganan saya, Pak G, 65 th. Ia diantar oleh isterinya. Keluhan pasien saya: banyak bersin, hidung tersumbat yang merupakan gejala Flu yang sedang berjangkit di kota kami.

Setelah memeriksa pasien saya, kami ngobrol sekitar 30 menit tentang masing-masing keluarga. Setelah dirasa cukup mereka pamit kepada saya. Setelah menerima resep obat, Pak G menyerahkan selembar uang, 2 kali lipat doctor fee yang biasa saya terima. Ketika saya akan mengembalikan sisanya, mereka menolak. “Biar saja, Dok, tidak usah ada kembaliannya.”

Aneh juga Pak G dan isterinya ini, tidak biasanya. Tanpa diminta mereka mau beri 2 kali lipat. Mungkin mereka sedang mendapat rejeki dari bisnis hasil buminya.

Setelah mereka  meninggalkan Ruang Periksa, saya memeriksa pasien lain, K, 12 tahun yang menderita Flu juga. Pukul 18.30 saya antar pasien saya yang diantar oleh Ayahnya keluar halaman rumah kami.

Saya melihat ada 2 wanita muda naik sepeda dan berhenti persis di depan pintu pagar rumah kami. Salah seorang wanita tadi memberikan sebuah bungkusan plastik.

Katanya kepada saya “Pak, ini kiriman dari Pak G yang tadi berobat.”
Saya menjawab “Tolong sampaikan terima kasih saya ya.”

Segera saya masuk ke dalam rumah dan memeriksa, apakah gerangan itu?
Ternyata bungkusan plastik itu bersisi  Sate Ayam 20 tusuk dan Lontong 10 buah Lontong, makanan favorit saya. Wah…rejeki nomplok nih. Pas saya hendak menyantap dinner, masakan isteri saya. Ini kok datang Sate Ayam yang masih hangat.

Sambil bersyukur dan menikmati Lontong Sate Ayam ini, saya bertanya kepada diri sendiri. Bagaimana Pak G tahu kalau saya “ngidam” Sate Ayam?
Kami tidak ada kontak batin satu sama lain. Hanya sebelum datang Pak G menelepon saya  kalau Pak G ini akan datang berobat sore ini.

Siapa yang mengabulkan keinginan saya menikmati Lontong Sate Ayam, kalau bukan Yang Maha Kuasa? Terima kasih saya sampaikan kepadaNya juga kepada Pak G via telepon. Sering kali Tuhan mengabulkan keinginan saya dengan cara yang tidak saya pahami.

Malam itu saya tidak habis berpikir, sudah bayar double dan  kirim Lontong Sate Ayam pas pada saat saya akan menikmati dinner malam ini. Luar biasa. Apakah itu karena pelayanan saya kepada Pak G dan Keluarga yang sebaik mungkin? Saya tidak tahu juga. Mungkin benar, tapi juga mungkin itu haya kebetuan saja. Yang jelas Tuhan memberikan apa yang saya inginkan tepat pada waktunya. Puji Tuhan.


2 komentar:

  1. Kalo namanya rejeki memang ngga lari kemana-mana ya dok.

    BalasHapus
  2. To Happy Cook70,

    Betul.
    Rejeki dikejar dia lari, tidak dikejar ia datang sendiri. Kiranya Rejeki sudah ada yang mengaturnya.Kta tinggal memohon saja.

    TErima kasih sudah berkunjung.

    BalasHapus