Senin, November 29, 2010

Promosi dari mulut ke mulut



Sebagai dokter praktik umum sejak tahun 1980 saya mempunyai pasien-pasien yang biasa berobat atau langganan.

Pasien-pasien ada yang pasien lama dan ada yang baru.
Pasien yang lama tidak masalah sebab sudah mengetahui dan mengenal dokternya.
Tidak semua pasien yang datang berobat adalah pasien-pasien lama, ada juga pasien yang baru. Dalam bulan ini justru banyak pasien yang baru.

Saya sering bertanya kepada pasien baru yang datang berobat “Dari siapa anda tahu kalau saya  buka pratktik disini, padahal rumah anda  cukup jauh dari sini dan sudah melewati banyak dokter praktik lain ?”

Pasien ada yang menjawab
“Kami tahu dari tetangga / famili saya yang pernah berobat kesini, Dok”
“Saya mendapat rekomendasi dari teman sekantor saya.”
“Saya sudah berobat kesana tetapi masih belum sembuh / tidak cocok obatnya” ( padahal pendidikan dokter umum tidak berbeda satu sama lainnya, jadi mungkin ada faktor lain yang mendorong pasien berobat ke satu dokter ).

Pasien yang turun dari perahu layar ( luar kota pelabuhan Cirebon ), yang belum tahu dimana praktik dokter umum mengetahui alamat saya dari Abang becak yang mangkal di sekitar pelabuhan Cirebon. Abang becak ini pernah mengantar pasien lain ke tempat praktik saya.

Masalahnya  mengapa ada pasien lama  yang merekomendasikan pasien agar datang kepada saya?

Jawabnya  berbeda-beda. Yang pasti pasien merasa terbantu / puas atas pelayanan seorang dokter sehingga menganjurkan agar berobat kepada dokter tsb.

Secara umum saya bertindak:
  1. Semaksimal mungkin berupaya agar pasien sembuh atau  dapat diringankan penyakitnya.
  2. Bila 2-3 kali belum sembuh benar, saya anjuran untuk berobat ke TS spesialis.
  3. Bila penyakitnya bukan Jasmani, maka pendekatan secara Rohani yang diberikan kepada pasien.
  4. Pasien dengan penyakit khronis ( TB paru dll ) dianjurkan agar berobat secara teratur.
  5. Pemberian obat disesuai dengan keadaan pasien, ada yang minta obat generik dan ada yang minta obat patent, mana suka, isinya sama saja sih,

Bagi dokter yang baru buka praktik, perlu kesabaran dalam membina para pasiennya. Biasanya alam waktu 11-2 tahun sudah mempunyai pasien tetap yang dapat mempromosikan dokternya kepada calon pasien-pasien yang lain.

Kunci utama adalah pasien merasa senang atas pelayanan yang diberikan oleh dokternya ( ramah, keep smiling, tidak pernah marah-marah, pemurah hati, sekali berobat sembuh kalau mungkin  tergantung dari penyakitnya, obat tidak mahal dll).

Untuk semuanya itu dokter praktik sebaiknya:
selalu belajar dari pengalaman, buku, mengikuti symposium, workhop, berdiskusi dengan teman / senior, surfing Internet, rajin baca buku kesehatan. Sesuai dengan falsafah “Medicine is a long life study”

Yang lebih utama adalah menganut falsafah Imu Padi, yang makin berisi makin menunduk atau low profile.

Setiap orang pasti punya langganan, apa saja misalnya Salon Rambut, Salon Mobil, Toko Buku, Rumah Makan, Bengkel Mobil, termasuk juga Dokter Praktik Umum dan Dokter Gigi tetapnya.

Bagaimana pendapat anda?
Selamat pagi.

Jumat, November 26, 2010

Selamat jalan Oma



Jum’at 26 Nov 2010, 05.45 ketika saya sedang memeriksa Inbox saya di gmail, kedatangan Pak RT ( Pak T, 55 tahun ). Koneksi Internet rupanya sedang tidak bagus, kok lama sekali masuk ke gmail.com. Mangkel juga hati saya. Saya coba masuk ke detik.com. Bisa masuk tetapi kok lambat, tidak seperti biasanya.

Sesaat kemudian saya mendengar pintu pagar  diketok-ketok seseoerang. Ternyata Pak RT yang datang berkunjung pagi itu.
Pak RT rupanya dimintai tolong oleh salah satu warganya untuk memanggil dokter ( saya ) saat itu juga. Kata Pak RT, kakak perempuan  dari Pak M, 65 tahun, sejak tadi pagi tidak bangun-bangun. Ketika semua anggota keluarga Pak M, bangun, Ibu T ini tidak bangun-bangun seperti biasanya.

“Berapa umurnya, Pak RT?” saya bertanya kepada pak Rt
“Sudah sepuh, Dok” jawab Pak RT.

Firasat saya kalau tidak bangun-bangun, mungkin sudah pergi. Masalh hidup dan mati ada di tangan Yang Maha Kuasa. Yang penting saya datang untuk memeriksanya.

“Pak RT kalau ingin tahu seseorang masih bernafas atau tidak, letakkan sebuah cermin di depan hidungnya. Kalau ada embun di cermin itu berarti ia masih bernafas. Kalau tidak ada embun, berarti sudah tidak ada nafasnya lagi.” Kata saya menjelaskan sebuah trik untuk mengetahui seseorang masih hidup atau sudah pergi. Walauun sudah tahu ia sudah pergi, tetapi dokter juga harus dipanggil untuk dating memeriksanya dan membuat Surat Keterangan kematiannya untuk urusan pemakamannya dan membuat Surat / Akte Kematian di Kantor Catatan Sipil.

Saya periksa Ibu T yang sudah berusia 67 tahun ini. Ia masih single, tidak berkeluarga dan hidup bersama keluarga adiknya yaitu Pak M yang minta  dokter datang ke rmah mereka.

Reflex pupil: keduanya Negatip, Bunyi Jantung dan Paru: Negatip, ujung tangan dan kaki sudah dingin, suhu tubh masih terasa hangat. Berarti kepergiannya belum lama.

Saya melaporkan hasil pemeriksaan saya kepada Pak M. Rupanya Pak M ini sudah mengerti kalau kakaknya sudah pergi. Tidak ada suara tangis di keluarga ini.

Segera saya membuatkan Surat Keterangan Kematiannya. Jenasahnya akan di bawa ke rumah duka yang ada di kota kami.

Setiba di rumah saya, saya mencatat pasien yang sudah meninggal ini di Buku Catatan pasien ( Medical Record ). Saya buka amplop yang Pak M berikan kepada saya. Ada 5 lembar uang lima puluh ribuan. Ah…banyak sekali.

Saya tidak berani datang ke rumah Pak M untuk mengembalikan sebagian.
Kalau Pak M bertanya “Ada apa, Dok. Apakah fee-nya kurang?” Saya bisa malu setengah mati. Ya sudahlah rejeki tidak bisa ditolak.

Selamat jalan Oma.-

Sate Ayam



Sate Ayam yang disantap dengan Lontong merupakan makanan favorit saya.
Sejak 2 hari yang lalu saya ingin sekali makan makanan itu. Saya belum sempat membelinya. Mungkin besok siang saya akan ajak isteri saya Lunch dengan menu tsb.

Tidak ada yang aneh dengan Lontong dan Sate Ayam ini. Yang aneh adalah bagaimana  datangnya makanan itu ke tempat saya, tanpa saya undang.

Ikutilah kisah menarik ini.

Sore ini pk. 18.00 datang berobat pasien  langganan saya, Pak G, 65 th. Ia diantar oleh isterinya. Keluhan pasien saya: banyak bersin, hidung tersumbat yang merupakan gejala Flu yang sedang berjangkit di kota kami.

Setelah memeriksa pasien saya, kami ngobrol sekitar 30 menit tentang masing-masing keluarga. Setelah dirasa cukup mereka pamit kepada saya. Setelah menerima resep obat, Pak G menyerahkan selembar uang, 2 kali lipat doctor fee yang biasa saya terima. Ketika saya akan mengembalikan sisanya, mereka menolak. “Biar saja, Dok, tidak usah ada kembaliannya.”

Aneh juga Pak G dan isterinya ini, tidak biasanya. Tanpa diminta mereka mau beri 2 kali lipat. Mungkin mereka sedang mendapat rejeki dari bisnis hasil buminya.

Setelah mereka  meninggalkan Ruang Periksa, saya memeriksa pasien lain, K, 12 tahun yang menderita Flu juga. Pukul 18.30 saya antar pasien saya yang diantar oleh Ayahnya keluar halaman rumah kami.

Saya melihat ada 2 wanita muda naik sepeda dan berhenti persis di depan pintu pagar rumah kami. Salah seorang wanita tadi memberikan sebuah bungkusan plastik.

Katanya kepada saya “Pak, ini kiriman dari Pak G yang tadi berobat.”
Saya menjawab “Tolong sampaikan terima kasih saya ya.”

Segera saya masuk ke dalam rumah dan memeriksa, apakah gerangan itu?
Ternyata bungkusan plastik itu bersisi  Sate Ayam 20 tusuk dan Lontong 10 buah Lontong, makanan favorit saya. Wah…rejeki nomplok nih. Pas saya hendak menyantap dinner, masakan isteri saya. Ini kok datang Sate Ayam yang masih hangat.

Sambil bersyukur dan menikmati Lontong Sate Ayam ini, saya bertanya kepada diri sendiri. Bagaimana Pak G tahu kalau saya “ngidam” Sate Ayam?
Kami tidak ada kontak batin satu sama lain. Hanya sebelum datang Pak G menelepon saya  kalau Pak G ini akan datang berobat sore ini.

Siapa yang mengabulkan keinginan saya menikmati Lontong Sate Ayam, kalau bukan Yang Maha Kuasa? Terima kasih saya sampaikan kepadaNya juga kepada Pak G via telepon. Sering kali Tuhan mengabulkan keinginan saya dengan cara yang tidak saya pahami.

Malam itu saya tidak habis berpikir, sudah bayar double dan  kirim Lontong Sate Ayam pas pada saat saya akan menikmati dinner malam ini. Luar biasa. Apakah itu karena pelayanan saya kepada Pak G dan Keluarga yang sebaik mungkin? Saya tidak tahu juga. Mungkin benar, tapi juga mungkin itu haya kebetuan saja. Yang jelas Tuhan memberikan apa yang saya inginkan tepat pada waktunya. Puji Tuhan.


Selasa, November 23, 2010

Hematoma



Hematoma adalah adanya perdarahan di bawah kulit. Kulit yang semula putih atau sawo matang berubah warna menjadi biru. Makin luas bercak biru menandakan makin banyak perdarahan yang terjadi. Hematoma biasanya terjadi akibat trauma ( benturan ) dengan benda tumpul seperti terjatuh menimpa lantai, meja, dipukul  dll. Hematoma akan diserap oleh tubuh sendiri secara bertahap dalam  waktu 1 – 2 minggu tergantung dari banyaknya perdarahan.

Kemarin pagi datang Ibu Z, 35 tahun membawa putranya, S, 3 tahun.
Keluhannya setelah terjatuh, wajah sebelah kiri S mengenai meja makan. Setelah kejadian tsb nampak warna biru di kelopak mata kiri bagian atas. Setelah beberapa jam kemudian warna biru ini meluas pada kelopak mata kiri bagian atas. Praktis kelopak mata atas dan bawah berwarna biru seperti memakai kacamata biru.

Saat saya akan memeriksa bola mata kiri, S menangis dan berlari-lai dalam Ruang Periksa. Ia merasa takut kalau-kalau dokter akan menyakitinya.
Biasanya Ibu atau Ayah pasien kecil akan  mengancam degan berkata “Nak kalau tidak diam, nanti Dokter akan menyuntik. Diamlah!” Padahal saya tidak pernah menyuntik anak kecil.

Ancaman ini biasanya tidak berhasil sebab pasien kecil sudah ketakutan hebat. Ia akan meraung-raung dan  semua anggota geraknya  bergerak  tidak bisa diam.
Jadi percuma saja mengancam seperti itu. Lebih baik serahkan kepada dokter.
Bagusnya Ibu Z tidak mengancam seperti tadi. Dengan mengancam atau marah tidak akan menyelesaikan masalah, tetapi justeru akan membuat masalah baru.

Saya putar otak, bagaimana pasien cilik ini menjadi tenang  sehingga saya dapat memeriksanya, minimal melihat apakah bolan matanya baik-baik saja? Atau terjadi perdarahan Subconyunctiva bleeding ( perdarahan pada bagian luar bola mata ) juga.

Aha…saya masih mempunyai persediaan beberapa sachset Biskuit. Saya berikan sebuah sachset ini kepada pasien cilik saya. Melihat diberi biskuit atau biskuat? Ia diam dan asyik membolak-balik biskuit itu. Tangisnya reda.

Lalu saya berkata “Nak, Om mau lihat matanya ya?”

S mengangguk. Dengan dipangku oleh Ibunya, S duduk dengan manis.
Saya memeriksa bola matanya dengan bantuan sinar sebuah senter kecil. Tidak terdapat Subconyunctiva bleeding. Pemeriksaan saya selesai juga.

S bertanya kepada Ibunya “Bu, bolehkah biskuit in saya makan?”

Ibu Z melihat ke arah saya seolah ingin mendapatkan ijin. Saya menganggukkan kepala.

Ibu Z berkata kepada putranya. “Boleh nak, tapi nanti ya kalau Om Dokter selesai membuat resep untuk kamu.”

Saya membuatkan resep T gel untuk dioleskan pada kulit kelopak matanya ( dengan advis jangan sampai kena bola matanya ) dan sebuah resep puyer yang mengandung pain killer dan anti peradangan. Saya katakan bahwa wanra biru ini akan hilang secara bertahap dalam waktu 1-2 minggu dan tidak usah panic. Warna biru akan berubah menjadi coklat lalu kuning dan akhirnya normal kembali pada saatnya.

Ibu Z dan S segera meninggalkan Ruang Periksa. Setelah  melayani pasien terakhir ini , saya pun segera membereskan Ruang Periksa dan pulang.

Pagi itu pengalaman saya bertambah satu lagi.-

Senin, November 22, 2010

TB Paru



TB Paru lebih dikenal oleh orang awam sebagai flek paru.
Entah dari mana  mereka ketahui. Mungkin dokter yang mereka datangi berkata bercak-bercak pada Foto Thorax ( Jantung dan Paru-paru ) dikatakan istilahnya sebagai Flek paru. Istilah ini lebih lunak dari pada kalau dikatakan “anda menderita TB paru”.

Pagi ini  salah satu dari pasien yang datang berobat kepada saya ada yang menderita TB paru.

Ny. E, 26 tahun, mempunyai 3 anak yang masih kecil, sudah pisah dengan suaminya. Keluhannya: batuk sejak 2 minggu yang lalu. Suaminya mengatakan ingin merantau ke Sumatra sejak 2 tahun yang lalu. Sejak itu suaminya jangankan mengirim uang untuk keluarganya,  memberi kabar dimana ia berada dan bekerja sebagai apapun ia tidak pernah. Cerai tidak, kumpulpun tidak. Ayah mertuanya menyumpahi sang menantu yang tidak bertanggung jawab ini. Istri dan 3 anaknya  ditinggalkan begitu saja.

Ny. E diantar oleh ayahnya Pak K, 45 tahun, karyawan sebuah toko.
Mereka membawa sebuah Foto Thorax Ny. E dan hasil pemeriksaan darah.
Kesimpulan dari Foto Thorax yang dibuat oleh seorang Radiolog, menunjukan adanya  TB paru .

NY. E  berpenampilan kurus. TB: 150 cm dan BB hanya 32 Kg ( normal 45 - 50 Kg ). Wajah pucat ( Hb: 12,2 ). Kalau bicara batuk-batuk.

Pada pemeriksaan auskultasi Paru; terdengar bunyi ronchi basah pada apex kedua paru.

Ny. E sebenarnya sudah berobat pada seorang Dr. Ahli Penyakit dalam. Setelah obatnya habis, ia tidak melanjutkan berobat kepada beliau tetapi datang berobat kepada saya.

Keluhan NY. E  kurang selera makan, badan lemes, cepat lelah da sering batuk.

Saya memberikan advis untuk makan tinggi Protein hewani  atau nabati untuk rekoveri kesehatan Paru-parunya. Saya memberikan resep  kombinasi obat anti TB generic selama 10 hari, agar harga obat masih terjangkau. Setelah obat habis agar kontrole ulang.

Setelah mereka meninggalkan Ruang Periksa, saya membatin “ Suaminya tidak mau tahu lagi keadaan isteri dan ke 3 anaknya lagi. Entah masih hidup atau tidak, tidak ada yang tahu. Hidup dengan bersandar kepada penghasilan ayahnya yang tidak memadai, bagaimana Ny. E dapat cepat sembuh dari penyakitnya. Celakanya lagi Ny. E menjadi sumber penularan penyakit TB bagi ke 3 anaknya dan ke 2 orang tuanya di sebuah rumah sederhana. Sunguh suatu keadaan yang tragis. Bagaimana  penyakit TB nya cepat sembuh? Dan bagaimana pula mau mengobati anggota keluarganya yang lain kalau daya belinya tidak ada ? Pantaslah kalau Ny. E berlinang air mata saat datang berobat.

Kasus serupa ada banyak terdapat pada keluarga-keluarga pasien yang  lain dengan penyakit yang sama. Tidak heran sulit memberantas penyakit TB di negara kita.
Kalau cukup mendapat obat dari sarana kesehatan dengan gratispun belum dapat menjamin sembuh dari penyakitnya kalau gizinya tidak pernah baik. Seharusnya pasien demikian mendapat gizi yang TKTP  ( Tinggi Kalori  dan Tinggi Protein). Gizi demikian mesti dibeli. Bagaimana mau dibeli kalau daya belinya rendah atau tidak ada?”

Kepala saya mendadak menjadi pusing, memikirkan kesehatan pasien demikian.-

Minggu, November 21, 2010

Jangan sakit hari Minggu


Minggu 21 November 2010, 15.15 saya terbangun dari tidur siang saya. Saya mendengar suara pintu pagar seperti  ada yang mengetuk-ngetuk ( kunci gembok beradu dengan besi pintu pagar ).

Rasanya saya sedang mimpi, tetapi saya tidak ingat mimpi apa, sebab  saya mendadak terbangun. Saya memeriksa apakah benar ada tamu? Ternyata benar Pak ES, pasien saya  membawa putranya M, 35 th, ingin berobat.

Saya pikir  belum waktunya buka praktik sebab belum pukul 16.00.
Ternyata sekarang hari Minggu, memang bukan waktu buka praktik.
Ah… Saya masih mengalami disorientasi waktu. Disangka hari Senin padahal masih hari Minggu. Tidak ada yang tau  kecuali saya sendiri. Saya tidak mengatakan apa-apa kepada orang lain, juga kepada Pak ES. Kalau  bilang “Belum waktunya buka praktik.” Nanti dikira saya sudah gila. Memang belum hari Senin, sekarang masih hari Minggu.

Kalau bukan hari Senin mengapa ada orang yang datang minta berobat?
Pasien datang minta berobat bukan kali ini saja, sebab sudah banyak pasien datang ingin berobat tidak peduli hari kerja atau hari libur. Dianggap bahwa dokter  bisa dimintai bantuan kapan saja atau 24 jam per hari. Dokter juga manusia biasa yang perlu istirahat, makan, minum atau bekerja seperti orang-orang lain.

Saya bertanya kepada pasien saya “Pak M, apa keluhan anda?”

Pak M, yang seorang wirausaha menjawab “Saya demam sejak kemarin, kepala terasa berat dan sembelit sejak 2 hari yang lalu, Dok. Tidak ada batuk atau keluhan lain”

Dalam benak saya, saya  membuat Diferensial Diagnosa antara lain: Tipes perut DBD, ISPA dan Infeksi Saluran Kencing.

Untuk mengetahui Diagnosa yang tepat, mesti dilakukan pemeriksaan penunjang ( Pemeriksaan Darah dan Urine ). Sekarang hari Minggu ( libur ), tentu tidak ada Lab. Klinik yang buka. Kalau besok dilakukan pemeriksaan maka percuma saja sebab saya memerlukan datanya sekarang.

Jadi bagaimana?
Kalau tidak dapat dilakukan pemeriksaan penunjang, maka diberikan terapi berdasar perkiraan Diagnosa penyakit yang paling mungkin, berdasar atas anamnesa dan gejala klinik.

Suhu badan pasien M ini terasa tinggi, berarti ada demam.
Selain demam, ada juga sakit kepala dan sembelit, maka perkiraan saya  kemungkinan ini Tipes perut. Resep dibuat untuk pasien ini: tablet penurun panas, kapsul antibiotika of choice untuk Tipes dan tablet Multi vitamin untuk 5 hari. Advis yang diberikan kontrol setelah obat habis, banyak minum dan makan yang lunak dahulu selama ada demam ( bubur dll ).

Pasien bertanya “Dok, saya sakit apa?”

Saya menjawab ”Anda kemungkinan  menderita penyakit Tipes perut. Kalau ingin tau maka mesti dilakukan pemeriksaan Darah, tetapi hari ini hari libur. Tidak ada lab. Klinik yang buka.  Jadi sebenarnya belum dapat dipastikan anda menderita penyakit apa”

Sambil guyon saya berkata lagi “Kalau sakit jangan hari Minggu, sebab sulit mencari Dokter, Lab. Klinik dan Apotik yang buka. He..he..”
Hari libur masih bisa beli obat di sebuah Apotik yang buka 24 jam di kota kami.

Pak ES dan pasien M juga duet tertawa. Orang sakit kok masih bisa tertawa ya.
Berarti sakitnya tidak / belum parah.

--

Entahlah. Sekarang hari Senin atau Minggu?........

Akhirnya saya tidak peduli lagi apakah sekarang hari kerja atau hari libur, sebab tidak ada bedanya. Bila ada pasien  yang ingin berobat dan kalau saya ada di rumah maka pasien mesti dilayani.

Itulah salah satu perbedaan antara profesi dokter praktik dengan profesi lain ( Bankir, Montir mobil / TV, Apoteker dll ).

Kejadian ini  pasti juga dialami oleh Teman Sejawat yang lain, bukan?
Ada  TS yang berkata “Kalau tidak mau terganggu tidur siangnya, maka pindahlah tidur  di Hotel.”
Ada benarnya juga pendapat ini, tapi untuk tidur siang saja kok mahal biayanya ya.-

Selasa, November 16, 2010

Being good doctor





Selasa, 16 November 2010 pk. 13.30 – 14.30 isteri saya mendapat tugas memberikan suatu presentasi atau ceramah dengan topik seperti diatas bagi murid kelas 1-3 sebuah SD Kristen Plus Penabur, Kota Cirebon.

Kali ini topik ceramah tidak seperti biasanya, misalnya: kesehatan, vaksinasi  atau penyakit tertentu. Topik “Being good doctor” seperti suatu promosi tentang bagaimana menjadi dokter yang baik. Emangnya semua murid dipersiapkan untuk menjadi dokter?  Entahlah saya tidak paham. Mungkin begitu.

Sebagai ajudan pribadi, maka saya menemani isteri saya. Selain itu juga saya dapat membuat Foto ketika isteri saya in action, Foto bersama  Guru sekolah dan 15 orang peserta ceramah. Foto dapat merupakan bukti yang otentik. Dengan sebuah Kamera Saku digital, maka  saya dapat membuat Foto dengan praktis. Kwalitas resolusi Kamera ini yang 8 Megapiksel  jauh lebih baik dari pada Ponsel saya yang 1,3 Megapiksel.

Sebenarnya waktu antara pk. 13.30 – 14.30 adalah saat yang kurang tepat, sebab rasa kantuk mulai menyerang, ditambah lagi udara yang sejuk dari 2 buah AC di dalam ruangan kelas membuat rasa kantuk lebih hebat.

Isteri saya  memberikan ceramah dalam bahasa Indonesia, meskipun Sekolah ini mempunyai bahasa pengantar bahasa Inggris. Rupanya komunikasi dalam bahasa Indonesia lebih menarik bagi para murid, yang terbukti ada banyak pertanyaan yang diajukan setelah ceramah selesai.

Intisari ceramah adalah:
  1. Mengapa saya menjadi dokter yang merupakan pengalaman pribadi.
  2. Pentingnya peranan Ortu dalam mendidik putra/inya.
  3. Persyaratan agar dapat menjadi dokter yang baik.
  4. Sarana penunjang untuk dapat belajar dengan baik.
  5. Pentingnya motivasi pribadi untuk mau menolong orang lain
  6. Dana yang ckup untuk membiayai kuliah.

Komposisi murid pria dan murid wanita berimbang
Hampir semua murid mengajukan pertanyaan.

Anda ingin tahu pertanyaan apa yang mereka ajukan?
Saya mencatat, antara lain:

  1. Kalau dokter sakit, siapa yang mengobatinya? ( Diri sendiri atau suami yang juga dokter )
  2. Bagaimana rasanya Mati? ( Saya tidak tahu, sebab saya belum mengalami kematian ).
  3. Kalau kecelakaan, otaknya keluar, apakah bisa dimasukkan lagi? ( Bisa dimasukkan lagi atau tidak bisa dimasukkan lagi, tergantung bagaimana keadaan lukanya ).
  4. Optopsi itu apa? ( Optopsi merupakan sebuah pemeriksaan untuk mengetahui sebab kematian seseorang  dengan cara membedahnya ).
  5. Kalau dokter melihat orang mati, kenapa dokter tidak menangis? ( Tergantung siapa yang mati. Kalau anggota keluarga sendiri, tentu dokter sedih dan dapat menangis juga ).
  6. Kenapa ada orang mati ada yang bisa hidup lagi? ( Bisa kalau ia mati suri, mati dalam waktu 2 jam pertama, ia dapat bangun lagi. Ini yang disebut sebagai Mati suri ).
  7. Kalau mata pakai Lensa Kontak , kenapa tidak pakai kacamata lagi? ( Sebab Lensa Kontak itu adalah pengganti Kacamata. Bedanya ia tidak bertangkai seperti Kacamata biasa ).
  8. Kalau mata buta apakah dapat dibantu dengan lensa Kontak?( Tidak bias. Kalau butanya  karena kerusakan Selaput Kornea, maka dapat diganti dengan Kornea orang lain yang sudah mati sebagai Donor mata ).

Dari pertanyaan yang diajukan para murid nampaknya keinginan tahu mereka cukup bagus. Kadang pertanyaannya  tidak masuk akal, tapi toh harus dijawab juga dengan jawaban yang masuk akal sesuai dengan pola pikir anak-anak.



Abang Becak & Ponsel




Pagi ini ketika saya berjalan kaki menuju tempat praktik, saya melihat seorang Abang Becak sedang duduk santai di Becaknya. Saya pikir ia sedang tidur. Ternyata perkiraan saya meleset.

Abang Becak itu sedang memegang sebuah Ponsel ( Telepon Seluler ) model Flip sebuah merk. Asik bener nih Abang. Timbul ide bagus di dalam benak saya.

Saya siapkan Kamera digital Kodak dan bertanya kepada Abang Becak tadi “Pak, asik bener nih. Saya foto ya?”

Si Abang Becak mengangguk. Rupanya ia bangga juga pagi-pagi sudah ada yang mau ambil fotonya. Kayak celebriti aja nih.

Saya bertanya lagi “Pak rumahnya dimana?”

Ia menjawab “ Rumah saya di Kecamatan Ciledug ( Kabupaten Cirebon, sekitar 20 Km dari kota Cirebon ). Saya sewa tempat disini.”

Saya berkata lagi “Pak teruskan ngoprek Ponselnya dan terima kasih buat fotonya.”

Si Abang Becak cuek saja. Bergerakpun tidak. Rupanya ia sedang memencet-mencet keypad Ponselnya untuk kirim SMS entah kepada siapa. Luar biasa…….

Saya mengetahui ada beberapa Teman Sejawat yang menurut pengakuan mereka tidak bisa kirim SMS, mereka hanya bisa bicara via Ponselnya. Mosok kalah sama Abang Becak. Jangan mau kalah ah………

Renungan Rohani



Jum’at, 15 November 2010, ada Oma S, 77 th, dan Oma, 72 th, warga Panti Wreda Kasih yang berulang tahun. Seperti biasa untuk efisiensi waktu & kerja, maka Rapat  Pengurus PWK disatukan dengan acara HUT salah satu Oma atau Opa yang kebetulan HUT pada bulan ybs.

Pada Rapat bulan lalu, diputuskan bahwa saya sebagai pembawa Renungan Rohani sebelum acara HUT & Rapat Pengurus bulan November 2010.

Saya bukan seorang Pendeta / Guru / orang yang pandai menyampaikan Renungan Rohani di depan orang banyak, minimal di depan para Pengurus PWK.
Saya bertanya “Why me? Why me?“
Oleh karena saya tahu ada orang-orang lain yang lebih pas membawakan Renungan Rohani. Kalau Tuhan menjawab “Why not?”  wah…tidak bisa mengelak lagi deh.

Akhirnya saya menerima tugas ini. Saya akan mencoba berbuat yang terbaik dengan kemampuan yang saya miliki. Sebagai bahan Renungan Rohani biasanya diambil  sebuah ayat dan ayat lanjutannya sebagai bahan pembicaraan. Kali ini saya keluar dari kebiasaan tsb. Saya memilih sebuah topik Renungan yaitu “Kesembuhan” dengan banyak ayat dalam Alkitab sebagai nara sumber saya.

Untuk mendapat kesembuhan ada banyak faktor yang mempengaruhinya. Nah  berangkat dari faktor ini, saya membahas Renungan Rohani ini yang ditunjang dengan ayat-ayat yang ada dalam Alkitab sebagai nara sumber yang selalu dipakai para pembicara lain.

Renungan kali ini saya mulai dengan bertanya berapa umur: Adam, Nuh, Musa yang diambil dari Kitab Kejadian.

Selanjutnya dibahas semua penyakit akan sembuh kalau ada Iman yang besar. Tanpa Iman / percaya maka semuanya akan sia-sia.

Kesembuhan juga dipengaruhi beberapa faktor penting, seperti:
  1. Stadium penyakit. Makin cepat diketahui dan diterapi maka makin cepat sembuh.
  2. Terapi yang tepat. Terapi yang tepat mempunyai kesembuhan yang lebih besar dari pada terapi yang tidak benar.
  3. Kepatuhan pasien minum obat. Bila minum obat tidak sesuai dengan advis dokter, maka kesembuhan mungkin tidak akan di dapat.
  4. Dosis obat. Takaran obat yang sesuai akan lebih bermanfaat dari pada  minum obat dengan dosis yang tidak sesuai.
  5. Gizi yang baik, akan sangat membantu proses penyembuhan penyakit.
  6. Doa, mohon dberikan kesembuhan olehNya, sebagai Dokter Yang Agung, dokter hanya sebagai perantara saja. “Dan apa saja yang kamu minta dalam Doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya.” ( Mat.21:22 ).

Masih banyak yang dibahas dalam Renungan Rohani ini, namun mengingat waktu sudah saat makan malam dan HUT Oma S, maka Renungan diakhiri setelah memakan waktu sekitar 25 menit.

Semoga Renungan Rohani yang saya sampaikan malam itu  dapat berguna bagi semua yang hadir dalam acara  malam itu ( warga  dan Pengurus PWK yang berjumlah sekitar 40 orang ). Amin.

Acara selanjutnya adalah merayakan HUT Oma S dan Oma N. Penyalaan Lilin HUT pada sebuah cake dengan  4 buah lilin yang melambangkan 77 dan 72 tahun. Nyanyian “Selamat Ulang Tahun” terdengar dengan gembira. Semua yang hadir gembira kalau pada malam hari itu kedua Oma masih dapat menikmati hidup yang layak disertai dengan doa semoga panjang umur. Semua yang hadir kebagian juga sepotong Cake Ulang tahun.

Saya bersyukur semuanya berjalan dengan baik.

---

Pak Ketua, Ibu Sekretaris dan Ibu Bendahara secara  diam-diam menguji dan menilai apakah tiap anggota Pengurus PWK dapat memberikan Renungan Rohani dengan baik atau tidak.

Kalau dinilai baik, maka ada kemungkinan diberi tugas lagi di lain kesempatan.
Kalau dinilai tidak baik, tidak jelas renungannya, maka ada kemungkinan tidak terpakai lagi.

Memang tidak mudah berbicara di depan orang banyak, apalagi tanpa persiapan yang baik. Pernah 3 bulan yang lalu  sebelum  Rapat Pengurus PWK, Ibu Sekretaris bertanya kepada saya “Pak, apakah sudah siap membawakan Renungan sore ini?’

Saya balik bertanya  “Renungan apa, Bu?”

“Renungan Rohani pada Rapat  nanti. Kan bulan lalu sudah diputuskan Pak Dokter yang akan membawakan renungan Rohani!”

Mati aku. Saya pulang sebelum Rapat usai, karena harus menjemput isteri saya dari tempat praktiknya. Mana saya tau?

“Ya sudah. Bolehkah saya pinjam Alkitab Ibu?”

Ternyata ia tidak membawa Alkitab. Akhirnya saya pinjam Alkitab dari Ibu Panti PWK yang biasa dipakai dalam Santapan Rohani  bagi  warga PWK setiap pagi sebelum sarapan.

Waktu hanya tersedia 5 menit untuk mempersiapkan bahan Renungan. Apa boleh buat.
Saya ambil topik “Umur manusia”, mengapa  ada yang panjang umur dan mengapa ada yang pendek umur. Bagaimana  bisa panjang umur? Jawabannya ada di kitab Efesus 6:2-3.

Renungan yang semula saya rencanakan hanya 10 menit, akhirnya ditutup setelah 30 menit. Cukup lama juga sebab perut sudah keroncongan, nagih jatah makan malam bersama!

Ibu Sekretaris berkomentar. “Nah itu....tanpa persiapan apa-apa, Pak Dokter bisa membawakan Renungan dengan baik, kok. Hebat!”

“Apanya yang hebat, Bu. Maaf saya tidak punya persiapan kalau saya dapat tugas membawakan Renungan malam ini.” kata saya.

“Nah… itulah hebatnya, tanpa persiapan aja sudah  bicara panjang lebar, apalagi kalau dengan persiapan.” katanya lagi sambil tersenyum.

Ya sudahlah, mau apa lagi.
Modal kebiasaan bicara dalam acara Penyuluhan Kesehatan / KB setiap bulan saat masih bertugas di Puskesmas-lah yang sangat membantu kemampuan bicara saya di depan orang banyak. Diam-diam saya mempunyai Talenta dapat berbicara di depan orang banyak seperti juga Teman Sejawat tiap Kepala Puskesmas yang lain. Bagaimana pasien dapat mengerti dan mau menuruti advis kami, kalau kami tidak pandai bicara, bukan?

Senin, November 15, 2010

Copy & Paste


Semula saya tidak mempunyai hobi menulis.
Tugas Penyuluhan Kesehatan dan KB saat masih bertugas di Puskesmas akhirnya saya harus membuat arsip pribadi. Makin lama makin banyak jumlah artikel.  

Kata orang bijaksana: “Menulis adalah salah satu cara untuk menghilangkan Stres”.       
Stres? Dokter kok  punya Stres.

Ya bisa saja. Stres karena: kesepian, uang Pensiun belum tiba, tidak ada pasien yang datang berobat, mobil perlu biaya besar untuk perbaikan dll.

Akhirnya saya mencoba menulis. Menulis apa saja. Catatan harian sampai webblog atau Blog. Saya coba menulis via Blogger yang gratisan sampai sekarang masih berlanjut. Tidak terasa sudah bertahun-tahun saya menulis di Blog ini.

Ada komentar yang masuk seperti:
1. ucapan terima kasih yang sudah tertolong setelah membaca salah satu artikel saya,
2. bertanya tentang sesuatu dalam perjalanan Sydney Trip atau Melbourne Trip yang pernah saya tulis.
3. numpang pasang iklan, produk yang mereka jual.

Ya silahkan saja memanfaatkan Blog saya. Selama dapat membantu orang lain, mengapa tidak?

Yang paling menjengkelkan ada Blogger yang meng-copy paste-kan salah satu artikel dalam Blog saya tanpa minta ijin / memberitahukan lebih dahulu.

Artikel itu di-pastekan ke dalam Blog yang dimiliknya, seolah-olah artikel itu dia yang menulis karena tidak dicantumkan dari mana sumbernya! Hal ini saya ketahui saat saya berkunjung ke Blog-nya. Kok ada artikel saya disitu! Digabung dengan artikel lain jadi hebat, seolah  posting-nya dia yang buat padahal hasil copy and paste dari Blog orang lain.

Saya putar otak, bagaimana caranya agar artikel dalam Blog saya tidak dapat di-copy & paste-kan lagi? Tampaknya saya harus mengedit HTML pada dalam tata letak ( lay out ) Blog saya itu.

Dengan sebuah Buku, pengetahuan saya dapat bertambah maju.
Itulah sebabnya mengapa hobi menulis merupakan sebuah Talenta yag dapat membantu diri sendiri ( menghasilkan uang dari royalty hasil penjualan buku ) dan membantu orang-orang lain ( menambah pengetahuan orang lain ).

Saya pernah membaca, jangankan  sebuah artikel di Blog, skripsi saja banyak yang dijiplak oleh mahasiswa/i lain.

Nah lho. Mau dapat nilai bagus tetapi dari hasil keringat orang lain. Kok tega ya? Jangan begitu ah…

Minggu, November 14, 2010

Setupatok




Setupatok merupakan nama sebuah danau kecil di sebuah Desa Setupatok, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon. Dari kota Cirebon ke arah kota Tegal ( Jateng ), sesampai perbatasan Kota Cirebon – Kabupaten Cirebon, belok  ke kanan. Jarak dari titik ini ke Setupatok sekitar 5 Km. Jalan yg semula rata, selanjutnya masuk jalan pedesaan. Permukaan jalan banyak yang  terkelupas Aspalnya. Dalam musim hujan ini banyak ruas  jalan seperti kubangan kerbau.

Setupatok terkenal dengan adanya danau ini yang konon  di dalam danau ini banyak hidup binatang Bulus sejenis Kura-kura. Yang menarik adalah adanya sebuah bukit, semacam pulau di tengah danau Setupatok ini, mirip Pulau Samosir yang berada di tengah Danau Toba di Sumatra Utara.

Di dekat danau tsb, kini dibangun sebuah Siwalk, suatu daerah wiata  dengan fasilitas Meeting room, Vila-vila, Kolam renang, kolam terapi Ikan dan padang Golf.

Belum banyak promosi yang kami dengar sehingga ketika saya dan isteri mendapat Undangan untuk hadir pada Presentasi Synbio kapsul dari sebuah perusahaaan obat, saya yang lahir di Cirebon ini agak heran juga. Mana ada padang Golf di Setupatok. Ketika kami datang, memang ada  meskipun masih dalam perapihan area.

Tampak vila-vila ukuran kecil ber-AC, maklumlah udara  Cirebon panas menyengat pada siang hari. Meeting room tempat kami mendengar Presentasi Synbio juga dilengkapi udara sejuk dari banyak AC.

Lokasi yang kurang dikenal para dokter undangan, menyebabkan banyak yang nyasar ke daerah lain. Rambu-rambu petunjuk menuju area Siwalk juga nyaris tidak ada, sehingga kami harus bertanya-anya kepada penduduk sekitar.

Mengingat jalan yang berbukit-bukit dan banyak jalan aspal yang rusak maka lebih bijaksana bila  berkendaraan Minibus dari pada Sedan.

Synbio kapsul yang dipromosikan sebagai kombinasi Pre dan Probiotik, ideal untuk gangguan Flora normal saluran pencernaan. Synbio memberikan jawaban terhadap kebutuhan pasien untuk mengatasi ganggan pencernaan seperti: Diare pada anak-anak & dewasa, IBS ( Irrtitable Bowel Syndrome ), Dispepsia, Sembelit, perasaan tidak enak pada perut dan Intoleransi laktosa.



Dalam presentasi pembicara dr. Samuel Oetoro, MS, SpGK  dari Jakarta selanjutnya yang menarik adalah penggunaan Synbio untuk mengatasi keadaan alergi. Kapsul Synbio sendiri mengandung zat berkhasiat: Bifidobacterium longum 5 x 10 pangkat 9 CFU dan FOS 15%.

Pembicara pertama Ev. Dr. Kristianto Witono, FAAFM, S.Ked, M.Sc, MBA, MA  dari  Cirebon, (banyak amat ya gelar akademis ) membicarakan Anti Aging terutama bagi orang yang sudah tergolong Lansia. Dibahas faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan usia lanjut antara lain: faktor genetic, makanan yang sehat, olahraga teratur, Anti oksidan dll. (Th), M. Med ( Nutr) ( c )

Pembicaraan lebih berkembang dengan adanya waktu Diskusi. Banyak undangan yang bertanya masalah Anti Aging dan Synbio kapsul.

Selesai Presentasi para Pembicara, acara dilanjutkan dengan Santap siang bersama di area padang Golf. Selain menikmati makan siang daging panggang ( barbeque ), para undangan juga dipersilahkan berlatih memukul bola Golf yang dibantu oleh para instruktur Golf.


Olahraga Golf masih termasuk olah raga yang mahal ( perlengkapan Golf, sewa lapangan, pelatih dll ) sehingga tidak banyak para undangan yang mempunyai hobi main Golf termasuk saya sendiri. Lokasi yang  agak terpencil ini juga merupakan suatu hambatan untuk mempunyai hobi Golf.

Meskipun demikian  para undangan dapat menikmati apa yang diberikan oleh PT Kalbe selaku tuan rumah kali ini.

Pada saatnya kami  mohon pamit dan kembali pulang ke rumah masing-masing.
Saya dan isteri yang  numpang Minibus Toyota Dr.Kris tidak dapat menikmati sepenuhnya kenyaman mobil ini karena jalan banyak yang berlubang-lubang.

Siang itu kami mendapat satu lagi pengalaman hidup.-

Rabu, November 10, 2010

Masih nyamankah hidup di usia senja?



Kalau ada yang berulang tahun biasa terdengar ucapan “Selamat ulang tahun dan semoga panjang umur”

Mana yang benar panjang umur atau berkurang umur?
Keduanya benar. Dengan bertambahnya tahun maka akan bertambah umurnya 1 tahun.
Kalau umur manusia sudah ditentukan oleh yang diatas, maka dengan berulang tahun maka sebenarnya akan berkurang jatah umurnya. Jadi keduanya benar.

Bertambahnya umur maka organ tubuh akan makin berkurang kwalitasnya sebab  akan terdapat organ-organ tubuh yang aus. Apa lagi kalau tubuh tidak dirawat dengan semestinya.

Ibarat sebuah mobil yang dirawat dengan baik maka mobil itu akan  masih dapat berjalan dengan baik meskipun umurnya sudah 10 atau 20 tahun. Kalau sudah 60 tahun pasti sudah banyak sparepart / onderdil yang diganti agar dapat berjalan dengan baik.

Nah bagaimana kalau tubuh manusia yang sudah berumur 60 tahun?
Sulit mencari organ tubuh untuk mengganti organ tubuh yang rusak, misalnya dengan cara transplamtasi organ tubuh ( Hati, Ginjal dll ). Kalaupun ada maka akan membutuhkan biaya yang sangat besar nyaris tidak terjangkau bagi kebanyakan orang.

Lebih bijaksana bila kita sebagai manusia wajib menjaga dan merawat tubuh kita masing-masing agar mengurangi efek kemunduran organ tubuh dengan meningkatnya umur. Dengan demikian diharapkan kita masih dapat hidup nyaman meskipun umur sudah lanjut.

---

Kemarin Pak S, 60 tahun setelah memeriksakan dirinya  karena terserang Flu, sempat berbincang-bincang dengan saya. Kebetulan tidak ada pasien yang ingin berobat lagi sehingga ada banyak waktu untuk sekedar sharing.

Pak S berkata “Dok, berapa umur Dokter?”

Saya menjawab “Enam puluh dua tahun 10 bulan.”

Pak S “Ah..umur kita hampir sama, Cuma beda 2 tahunan. Kalau boleh bertanya, Dok, dalam umur dengan KTP seumur hidup apakah dokter masih dapat menikmati hidup dengan nyaman?”

Saya menjawab “Sampai sejauh ini sih, cukup nyaman. Kalau ada  gangguan kesehatan seperti Flu, Diare, Pegel linu itu sih sudah wajarlah. Pernah juga sih saya masuk Rumah Sakit akibat penyakit: Radang Usus Buntu, Tipes perut, Operasi Retina, Operasi Katarak, bahkan sampai masuk ICU akibat gangguan pembuluh darah koroner Jantung saya. Puji Tuhan semuanya dapat diobati meskipun dengan fasilitas Askes sebagai PNS dan Pensiunan PNS.

Pak S berkomentar lagi “Ah…ternyata meskipun sebagai dokter tetapi ada banyak penyakit yang diderita ya. Bersyukur ya Dok, semuanya dapat diatasi.”

Saya menjawab “Ya, jangankan Dokter, Pejabat Tinggi, Raja, Ratu, Presiden pun dapat sakit dan bahkan dipanggil Tuhan Pak.”

“Iya benar, Dok.”

Saya bertanya “Pak S, ngomong-ngomong bagaimana dengan kondisi kesehatan anda dan isteri anda?

Pak S menjawab “Puji Tuhan sampai saat ini saya jarang sakit, kecuali gangguan susah tidur dalam 1 tahun terkahir ini.”

Saya bertanya lagi “Bagaimana dengan kesehatan isteri anda?”

Kata Pak S “Nah itu dia, Dok. Isteri saya berumur sama dengan saya 60 tahun juga, tetapi hampir setiap hari mengeluh tentang kesehatannya. Kami mempunyai sebuah toko kelontong dengan omset tidak besar setiap bulannya, tetapi cukuplah untuk menopang hidup kami. Kami punya 2 orang putra dan semuanya sudah berkeluarga. Kami hidup berdua lagi seperti dahulu sebelum mempunyai anak.
            Isteri saya sudah 10 tahun dalam masa Menopause. Kalau dahulu sebelum Menopause isteri saya penyabar, lemah lembut, tetapi sekarang tenperamennya berubah banyak, Dok. Ia mudah tersinggung, tidak sabaran, sering ngomel tapi tidak jelas apa yang doiomelin, sering kali mengeluh susah tidur.

Saya menimpali “Iya benar wanita yang sudah menopause ( berhenti haid ) pada usia sekitar 48 – 51 tahun akan banyak mengeluh. Saat organ tubuh sudah mulai menurun fingsinya maka ada banyak keluhan  yang timbul.”

Pak S bertanya “Mengapa ya Dok?”

Saya menawab “pada usia Menopause selain  banyak organ tubuh yang sudah tua, masa pakainya sudah mulai habis juga hormone Estrogen dan Progesteron yang diproduksi oleh kedua Indung telur ( ovaria ) wanita sudah banyak menurun. Hal ini akan menyebabkan banyak perubahan Fisik dan Psikologis pada wanita Menopause.

Pak S  berkata “O..begitu ya Dok.”

Saya melanjutkan “Benar. Mulai dari Kepala sampai Kaki,  mereka sudah memperlihatkan banyak keluhan. Antara lain:
Kepala: Warna Rambut berubah menjadi Putih. Rambut banyak yang rontok, tidak jarang kepala menjadi sedikit botak.
Wajah: kulit tampak keriput. Mereka khawatir kalau suaminya tidak akan memperhatikannya lagi. Lalu mereka memakai kosmetik yang menor dan dandanan yang wah. Banyak orang yang memanggil Neli.”

Pak S bertanya “Neli itu apa Dok?”

Saya menjawab “Nenek lincah, tidak mau kalah dengan yang muda, maksudnya agar sang suami tetap mau memperhatikannya. Meskipun demikian sebenarnya kita semua akan menjadi tua dengan bertambahnya umur. Kalau mau mempertahankan kesehatan dan kecantikan, maka kita harus merawat tubuh kita dengan sebaik-baiknya dan semuanya ini tentu memerlukan biaya yang besar. Kesehatan yang baik tidak dating begitu saja dari langit bukan?”

“Ah kalau  ngobrol dengan Dokter, saya jadi asyik, tidak terasa waktu sudah menjelang malam. Dok, saya permisi dulu. Lain kali disambung lagi ya.”

“Baiklah, Pak S. hati-hati di perjalanan pulang.

Saya melihat langit sudah gelap. Siang yang terang sudah menjadi sore dan malam yang gelap. Saya membatin “Masih nyamankah kita hidup di usia senja?”

Intermeso



Bebek Mati
Seorang wanita membawa bebek yang sangat pincang kepada dokter hewan. Saat ia meletakkan hewan peliharaan di atas meja, dokter hewan mengeluarkan stetoskop dan mendengarkan bunyi jantung di dada Bebek.
            
Setelah beberapa saat, dokter hewan menggelengkan kepalanya dan sedih berkata, "Maaf, Bebek Anda, telah meninggal dunia."
Wanita tertekan meratap, "Apakah Anda yakin?"
"Ya, saya yakin. Bebek Anda sudah mati," jawab dokter hewan.
"Bagaimana kau bisa begitu yakin?" dia protes. "Aku yakin Anda tidak melakukan uji coba pada dirinya atau apa dia hanya mungkin dalam keadaan koma atau sesuatu."

Dokter hewan memutar matanya, berbalik dan meninggalkan ruangan.
Ia kembali beberapa menit kemudian dengan seekor Anjing Labrador Retriever hitam. Sebagai pemilik Bebek tampak  gembira, Anjing itu berdiri di atas kaki belakangnya, menaruh kaki depannya di atas meja pemeriksaan dan mengendus Bebek dari atas ke bawah.

Dia kemudian menatap dokter hewan dengan mata sedih dan menggeleng.
Dokter hewan menepuk anjing di kepala dan membawanya keluar ruangan.

Beberapa menit kemudian dia kembali dengan Kucing. Kucing itu melompat ke atas meja dan juga hati-hati mengendus burung dari kepala sampai kaki. Kucing itu duduk kembali di paha nya, menggelengkan kepalanya, mengeong lembut dan berjalan keluar kamar.

Dokter hewan memandang wanita itu dan berkata, "Maaf, tapi seperti yang saya katakan, ini paling pasti, 100% certifiably, Bebek mati."
Dokter hewan berbalik ke terminal komputer, tekan beberapa tombol dan menghasilkan tagihan, yang ia menyerahkan kepada perempuan itu.

Pemilik bebek, masih shock, mengambil tagihan. "$ 150!" dia menangis, "$ 150 hanya untuk memberitahu saya Bebek saya sudah mati!"

Dokter hewan mengangkat bahu, "Aku minta maaf Jika Anda baru saja mendengar kata-kata saya untuk itu, RUU itu akan menjadi $ 20, tapi dengan Laporan Lab dan Cat Scan., sekarang menjadi $ 150."
----
Luar biasa!
Untuk mengetahui seekor Bebek sudah mati atau masih hidupun harus mengeluarkan biaya besar.
Masih untung ini hanya sebuah Intermeso.