Sabtu, Juli 02, 2011

Asap Rokok



Bila ada Asap, tentu ada Api.
Asap merupakan sisa pembakaran. Ada asap rokok, asap kebakaran rumah, asap sampah yang dibakar, asap bom dan masih banyak lagi. Semua asap berbahaya dan dapat mengganggu kesehatan seseorang. Ikutilah kisah nyata dibawah ini:

---

Nona G, 24 tahun, karyawati sebuah Bank swasta, sutu sore datang ke tempat praktik saya. Wajahnya kusut, sedih, tampak kesehatan fisik dan rohaninya terganggu. Ada apa gerangan?

“Ada apa? Tampaknya ada masalah kesehatan sehingga datang kesini” saya bertanya kepada nya.

“Benar, Dok. Kepala saya pusing, ulu hati saya nyeri sudah 1 minggu ini dan tidak ada selera makan. Kalau disi makanan, lambung terasa nyeri. Kalau tidak diisi makanan, nyeri juga.”

“Tampaknya anda baru pulang dari tempat bekerja. Anda kerja dimana? Di Bank Anu ( sebuah Bank swasta ). Saya jengkel dengan atasan saya. Dalam Ruang kerja itu ada saya dan seorang pria atasan saya. Hampir setiap saat ia merokok. Ruangan kerja yang tertutup dan ber-AC membuat udara dalam ruangan tadi tidak sehat. Protes saya tidak digubris. Katanya  kalau tidak suka, keluar saja, jangan bekerja disini lagi. Aduh..,Dok saya harus bagaimana?” Nona G berkeluh kesah.

Setelah melakukan pemeriksaan fisik, saya membuat Diagnosa: Gastritis  acuta ( Maag ) dan Reaksi Depresi.

Sambil menyerahkan sebuah resep obat, saya berkata kepada pasien saya “Atasan anda pasti punya atasan lagi. Nah anda laporkan keadian ini, agar atasan tadi bertindak. Kalau mau merokok silahkan, tetapi bukan di ruang kerja, apalagi ruang itu tertutup dan ber-AC, sehingga ventilasi udara dalam ruangan kerja  tidak sehat dan merugikan para karyawan.”

---

Ibu S, 72 tahun pasien langganan saya sejak lama. Orangnya supel. Relasinya cukup banyak. Ia dapat bicara Inggris, sehingga enak kalau diajak ngobrol. Sang suami  sudah meninggal sejak beberapa tahun yang lalu. Ia  masih menekuni sebuah bengkel Las peninggalan suaminya. Hasilnya  masih dapat untuk menunjang kehidupan Ibu S ini. Putra/inya  tinggal di kota lain.

Suatu pagi Ibu S datang ke tempat praktik saya.

“Dok, saya mau berobat” katanya kepada saya.

Ia melanjutkan “Sebenarnya sih saya tidak sakit, hanya ingin cek kesehatan saya saja, ingin ukur tekanan darah. Dalam perjalanan dari rumah saya  dalam sebuah mobil minibus Angkutan Kota ( Angkot ), duduk di sisi saya seorang pemuda umur sekitar 25 tahun. Ia mengisap rokok. Saya kan paling  sebel kalau mencium bau asap rokok. Suami saya juga tidak merokok, karena saya tidak tahan asap rokok.  Saya minta agar pemuda tadi, berhenti merokok, sebab saya ada sakit Ashma. Ia bukannya menghentikan merokok, tetapi secara spontan ia menghisap dalam-dalam rokoknya dan menghembuskan asap rokoknya  ke arah wajah saya. Saya langsungberteriak-teriak. Kurang ajar. Kurang ajar, ya kamu, sambil mununjuk hidung pemuda tadi.”

“Laki-laki itu terkejut melihat sikap saya dan ia langsung turun saat  Angkot itu berhenti menurunkan penumpang lain. Bukannya ia minta maaf kepada saya, tetapi ia langsung kabur dan meninggalkan akibat yang membuat hati saya jengkel sekali dan penyakit Ashma saya kumat Dok” Ibu  S curhat kepada saya.

Aduh kasihan amat ini Ibu. Sang suami saja tidak merokok dan menghargai keinginan isterinya. Ini ada orang yang tidak dikenal, diminta  secara baik-baik untuk tidak merokok, malah berbuat sangat kasar. Kualat ini orang.

Ibu S melanjutkan “Saya membatin, sudah separah inikah negara kita? Menghirup udara bersih saja juga susah, ya.”

Kisah ini  sudah saya dengar banyak kali dari pasien-pasien saya yang lain.

---

Peraturan tiap Negara tidak sama, tetapi  tindak lanjut dari peraturan yang dibuat oleh Negara  lain akan dilakukan dengan penuh tanggung jawab.

Saat kami melancong ke negara tetangga terdekat, Singapore, medio tahun 1993, kami lebih nyaman  naik sarana transport umum dengan ongkos  yang terjangkau, bersih, aman dan nyaman. Kalau sarana tarnsportasi publik  sudah memadai, tentu masyarakat tidak akan mengemudikan  mobil pribadi yang kena pajak tinggi, bayar biaya parkir yang mahal dan bayar bahan bakar yang mahal juga.

MRT ( Mass Rapid Transport ) atau kereta  api listrik dalam kota sudah umum digunakan oleh masyarakat disana, selain Bus dan Taksi  dengan ongkos yang lebih mahal. Meskipun kita terlambat masuk ke MRT ( pintu akan terbuka dan tertutup secara otomatis setelah sekian menit ), tetapi  dalam waktu yang tidak terlalu lama pasti akan datang MRT-MRT lain untuk jurusan yang sama.

Saat saya duduk di jok yang bersih, udara dingin oleh AC, melihat tulisan yang mudah terbaca di dinding dekat jendela. “Please no smoking, unless you pay $500.” Jangan merokok, kecuali anda mau bayar denda 500 dolar Singapore. Saat itu nilai tukar 1 $Singapore = Rp. 4.300,- Berarti harus bayar denda sebanyak Rp. 2.150.000,- Sangat besar dendanya. Oleh karena itu dalam setiap MRT, saya tidak pernah melihat  ada penumpang yang merokok, apalagi menghembuskan asap rokok ke wajah orang lain.

---

Di atas plafond  ruangan kerja di Negara-negara maju, saya melihat terpasang alat detektor asap. Kalau ada kebakarn atau ada yang merokok, maka asap ini akan dikena oleh alat ini dan akan mengeluarkan bunyi alarm ke seluruh gedung. Para petugas Keamanan akan segera mencari dimana ada asap ( kebakaran, rokok dll ), khawatir juga kalau ada Teroris.

Sangat efektip kerja alat ini. Semua orang yang masuk ke dalam Gedung-gedung seperti ini sudah sangat maklum, sehingga  mereka tidak mau mengisap rokok dalam gedung, kecuali ingin berurusan dengan petugas Kemanan.

Di rumah kami tidak dipasang alat detector asap, sebab kami tidak merokok. Tidak ada asap dalam rumah, kecuali asap dari Dapur saat isteri memasak Lauk pauk.

Kita mau sehat atau tidak, keputusan ada di tangan kita. Kalau masih mau merokok, merokoklah di tempat yang khusus untuk merokok dan jangan merugikan orang-orang lain. Anda setuju bukan?

4 komentar:

  1. Kasihan Ibu S. Saya membaca ceritanya saja sudah kesal. Tapi saya kagum dengan keberanian Ibu S dan Nona G menegur perokok. Biasanya yang kena asap rokok memilih menjauh. Semoga saja atasan Nona G tidak merokok di ruangan lagi.

    Jadi ingat. Pak, ada pria yang mengobrol dekat saya dan mulutnya bau rokok. Saya menghirup baunya sekilas. Apa nafas bau rokok itu masih berbahaya bagi kesehatan? P.S: Saat itu si pria tidak merokok

    Terima kasih.

    BalasHapus
  2. To Kencana,

    Terima kasih sudah berkunjung.

    Mulut seorang perokok berbau tidak sedap, bau tembakau basi.
    Bau nafas perokok sudah terdeteksi dari jarak 1-2 meter. Meskipun tidak menyebabkan Kanker Paru tetapi tetap saja bau nafasnya tidak sedap bagi orang lain disekitarnya.

    Saya sendiri bukan perokok sehingga, kesel juga kalau berbicara dengan pasien yang perokok bau mulutnya itu yang tidak nyaman.

    Salam.

    BalasHapus
  3. Ya, ya. Kalau perempuan mungkin masih mau membersihkan mulutnya. Kalau laki-laki? Aduuuuh, minta ampun baunya.

    kalau ada pasien bau rokok, bagaimana kalau Anda suguhin permen mint? lebih kestrim lagi, suruh sikat gigi dengan dalih pengecekan gigi.

    BalasHapus
  4. To Kencana,

    Terima kasih atas ideanya.

    Salam

    BalasHapus