Kemarin pagi teman lama saya datang ke tempat saya.
Teman saya Hasan ( bukan nama sebenarnya ), 61 tahun ini mengeluh ada batuk, flu sejak 1 minggu yang masih belum sembuh juga meskipun sudah minum obat anti Flu yang dapat dibeli bebas di Apotik.
2 tahun terakhir, beberapa kali Hasan datang berobat kepada saya. Seperti biasa saya tidak menarik doctor fee, maklum teman lama. ( katanya itulah enaknya punya teman seorang dokter, bisa dapat gratisan ).
Teman saya Hasan ini selalu berkata “Bas, enak ya jadi dokter.”
“Enaknya apa sih?” jawab saya.
“Duit datang sendiri.” Begitu argumentasinya.
Lalu saya menjawab “Ya, ialah duit datang sendiri, kecuali kalau saya jadi Tukang Kredit yang harus menjemput uang di rumah orang-orang yang hutang kepada saya. Kamu yang jadi pedagang
Saya berkata kepada Hasan “San, mengapa kamu selalu bilang kepada saya kalau jadi dokter itu enak?”
“Yaitu duit datang sendiri enaknya.”
“San, jadi dokter itu sebenarnya tidak mudah seperti jadi pedagang seperti Kamu. Punya duit sekian ratus ribu sudah bisa jualan. Kalau dokter harus sekolah bertahun-tahun, biayanya lebih dari ratusan ribu rupiah, harus punya Ijin Praktik, bayar Pajak Penghasilan dll urusan yang harus dipenuhi,” kata saya.
Hasan sepertinya mempunyai kecemburuan sosial terhadap temannya yang bisa jadi dokter dan berkata lagi “Ah…jadi Pedagang juga bisa rugi dan jualan bisa tidak laku. Kalau dokter
Saya terpancing juga emosinya dan saya mengeluarkan kartu As dan berkata “San, kalau jadi dokter itu enak, mengapa kamu tidak jadi dokter saja?”
Gleg….sehak seter nih. Hasan terhenyak juga mendengar ucapan saya itu.
Merasa dirinya tidak mampu jadi dokter, lalu dengan lemes Hasan berkata “Itulah Bas, orang tuaku tidak banyak duit untuk menyekolahkan saya jadi dokter. Akhirnya jadi pedagang seperti sekarang.”
"Jadi Pedagang juga enak, San.” kata saya
“Apa enaknya?” kata Hasan.
“Kalau punya teman dokter, bila sakit
Hasan tergelak ha…ha…ha…. “Iya betul juga. Akhirnya enak jadi pedagang yang punya teman dokter.”
“Dasar kamu orang pelit ni ye” kata saya, sambil membukakan pintu keluar ruang periksa.
---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar