Rabu, September 09, 2009

Identitas pasien


Kalau seorang pasien datang berobat ke pelayanan kesehatan dimanapun, selalu akan ditanya Identitas pasien ( Nama, Umur, Alamat, Status Perkawinan, No. Telp. yang dapat dihubungi dll yang diperlukan seperti Apakah Alergi terhadap sesuatu? ).

Demikian juga  saya selalu bertanya kepada pasien tentang Identitas psien untuk disimpan dalam Eletronic Medical Record masing-masing dan bukan untuk kepentingan lain.

---

Tahun lalu datanglah seorang wanita muda berobat kepada saya. Keluhannya sedikit demam dan nyeri tengorokan sejak 2 hari yang lalu dan belum minum obat apapun.

Terjadilah dialog sebagai berikut:

Saya bertanya “Ibu, siapa nama anda?”

Pasien saya  berkomentar “Dok, jangan panggil Ibu.”

Saya bertanya “Kenapa? Keberatan”

Pasien menjawab “Saya kan masih single, belum menikah, masa dipanggil Ibu.” ( tidak ditanya juga ia sudah membocorkan identitas diri bahawa ia masih gadis, padahal saya belm bertanya masih gadis atau sudah berkeluarga ).

O..jadi itu alasannya ia berkeberatan dipanggil dengan sebutan Ibu. Baiklah.

Saya dengn sabar menjelaskan “Baiklah. Kalau saya memanggil anda dengan sebutan Ibu itu ada maksudnya yaitu suatu penghormatan kepada orang yang diajak bicara oleh saya. Dalam bahasa kita, sebutan Ibu atau Bapak adalah suatu penggilan kehormatan bagi yang diajak bicara. Kalau anda berkeberatan disapa dengan Ibu,  lalu dengan sebutan apa ingin dipergunakan: Nona, mbak, Saudari atau apa?”

Pasien saya , diam tidak menjawab. Aneh kan.

Pertanyaan  berikutnya, ini lebih aneh lagi.

Saya bertanya “Berapa umur anda?”

Saya menaksir sekitar 25 tahun.

Pasien tidak menjawab. Baiklah. ( aneh juga, tetapi saya sudah paham kalau wanita ditanya umur selalu umurnya disembunyikan )

Pertanyaan berikutnya “Dimana alamat anda?”

Pasien tsb rupanya naik pitam “Dok, untuk apa bertanya alamat saya? Emang mau diapelin ( dikunjungi pada Sabtu sore )?”

Glek……… saya hampir naik pitam juga. Cape deh… , kalau punya pasein yang beginian.

Saya  masih dengan sabar menjelaskan “Begini, saya tidak ada urusan dengan apel ke rumah pasien wanita saya. Alamat pasien itu sangat, sangat penting! Salah alamat atau alamat palsu, maka  yang rugi pasien sendiri. Saya beri suatu contoh. Suatu sore saya mendapat telepon dari sebuah Apotik yang menanyakan alamat pasien saya yang baru diberi selembar resep berisi 3 macam obat. Pasien itu bernama Siti Aminah ( bukan nama sebenarnya ). Obat untuk Siti Aminah tertukar dengan obat pasien Tn. Ali Baba. Pihak Apotik mencatat alamat Siti Aminah tidak lengkap. Oleh karena ia pasien saya, maka Apotik bertanya kepada saya. Alamatnya ada di dalam Medical Record Siti Aminah. Selesai sudah masalahnya. Kurir Apotik tadi dapat mencari alamat Siti Aminah dan memberikan obat yang benar, bukan obat yang seharusnya diberikan kepada Ali Baba. Nah… bila anda tidak mau menyebutkan alamat yang benar atau  memberikan alamat palsu, maka anda  mungkin sekali akan minum obat yang seharusnya untuk orang lain. Apakah anda mau?”

Saya lihat wajah pasien saya mengkerut, mungkin terkejut juga mendengar akan kemungkin salah minum obat akibat alamatnya tidak benar.

Setelah itu semua prosedur pemeriksan Fisik pasien selesai dan ketika saya menulis resep untuknya , saya bertanya “Siapa nama anda?”

“Nama saya  Harsini.”

Saya menuliskan nama Harsini pada kolom PRO: pada resep itu.

Saya tidak yakin apakah benar namanya Harsini. Mungkin juga nama itu asal-asalan. Asal menyebut sebuah nama, sebab kayaknya pasien ini selalu ingin menyembunyikan Identitas dirinya, padahal itu semua sangat penting  kalau mau berobat kepada Dokter, Bidan atau Rmah Sakit dimanapun baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Sebenarnya saya juga harus mencatat Status Perkawinan pasien wanita. Nyonya dan Nona sangat berbeda.

Contohnya: Bila pasien mengeluh adanya Keputihan ( Fluor albus ) sejak 1 minggu yang lalu, bila ia sudah menikah dan bila ia belum menikah, analisa penyakitnya sangat berbeda. Kalau sudah menikah, mungkin di dapat dari suaminya dst, dan  mesti bertanya lebih lanjut apakah suami ada keluhan pada alat vital atau tidak.

Pasien tsb  sudah mengatakan bahwa ia masih gadis atau Nona. Saya tidak bertanya lagi, toh  ia sudah mengatakannya.

---

Selama  praktik sejak tahun 1980, baru kali itulah saya menghadapi pasien seperti itu.

Kok ada ya pasien seperti itu. Aneh tapi nyata.-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar