Posting kali ini berkisar pelayanan saya di Panti Sosial Tresna Wreda “Kasih”,
Bagi Anda, para Blogger yang kebetulan membaca posting ini, saya berharap agar Anda tidak bosan membacanya.
---
Pagi ini Jumat 11 September 2009, seperti biasa saya melakukan pemeriksaan kesehatan para warga Panti.
Selain menderita BPH, Opa S juga menderita Tuli total secara bertahap yang diakibatkan oleh adanya CO ( Cerumen obturan ) dupleks, Telinga kiri dan kanan. Setelah mendapatkan tetes telinga untuk melunakan dan mengeluarkan ( yang tidak berhasil ) kotoran telinga yang menyumbat, saya rujuk ke Bagian THT RSUD GJ. Pagi itu tuntas sudah keluhan tuli totalnya. Saat ini Opa S sudah dapat mendengar suara siaran TV dan lagu puji-pujian ketika mengikuti kebaktian di Gereja kami.
Pagi itu Opa S menyambut kedatangan saya di gedung Panti dengan perkataan “Terima kasih, Dokter. Pendengaran saya sudah normal kembali dan b.a.k. saya juga sudah normal kembali. Sekarang saya tidur enak, makan enak, hidup di Panti ini enak. Dokter sudah sangat membantu saya.” Tampak wajah Opa S seperti orang yang ingin menangis ketika menyambut kedatangan saya.
Saya paling tidak tahan kalau melihat ada air mata di wajah seseorang.
Saya menjawab “ Baik. Baik Opa S. Opa juga harus berterima kasih kepada Tuhan yang menyembuhkan Opa S melalui tangan Dokter di RS. Saya tidak banyak berbuat banyak, saya hanya telah membuka jalan ke RS.”
Opa S berkata lagi “Iya betul, tetapi tanpa perjuangan dokter Basuki yang peduli kepada saya dan isteri saya almarhum ( Oma T, isterinya juga pernah tinggal di Panti ini dan meninggal dunia tahun yg lalu ), kesehatan saya tidak akan banyak berubah menjadi lebih baik. Sekarang jauh lebih baik. Kalau bukan bantuan dokter Basuki, siapa lagi?”
Opa S dengan susah payah menahan air matanya agar tidak jatuh.
Segera saya memasuki Ruang Periksa dan meminta kepada Ibu E ( Ibu Panti ) agar Oma L mendapat giliran diperiksa yang pertama, agar saya dapat mengevaluasi kesehatan mata kiri Oma L yang tanggal 3 Sept 2009 dioperasi Katarak. Sore ini akan dilakukan kontrol ulang di
Saya meminta agar kain pembalut matanya dibuka dan saya melihat mata tidak merah, tidak bengkak, tidak sakit yang berarti tidak ada tanda-tanda infeksi post operasi. Saya gembira. Saya mencoba memeriksa ketajaman penglihatannya secara kasar dengan bertanya kepada Oma L
“Oma ini sinar lampu batere, apakah dapat dilihat terangnya?”
“Dapat, Dok!” jawabnya
“Oma , sekarang Oma sudah dapat melihat wajah jelek saya?” tanya saya.
“Ah Dokter ternyata masih muda ya, rambutnya masih banyak yang hitam ( padahal uban saya sudah mulai banyak ).”
“Oma , warna baju saya apa? Putih, Kuning, atau coklat?” saya bertanya lagi.
“Baju Dokter
“Saya pakai kacamata tidak?” ( saya sedang tidak pakai kacamata saat itu ).
“Ah dokter, masih muda kok pakai kacamata. Enggak lah. Dokter Basuki tidak pakai kaca mata.” ( wah…jadi GR, Gede Rasa nih , sudah punya KTP seumur hidup kok dibilang masih muda he..he.. ada-ada saja Oma L ini ).
“Yang pakai kaca mata ini nih Pak S ( yang mendampingi saya ketika pemeriksaan warga Panti dilakukan ). “ Benar, Pak S pakai kaca mata saat itu.
Saya gembira penglihatan Oma L banyak perubahan. Habis gelap, terbitlah terang. 2 mata buta akibat penyakit Katarak, sekarang 1 mata sudah melek kembali. Dunia sudah terang kembali. Oma L merasa sudah ditolong melek kembali. Ia sangat gembira dan berkata akan rajin mengikuti kebaktian di Gereja tiap hari Minggu pagi.
Saya masih penasaran ingin mengetahui ketajaman penglihatan mata ( visus ) Oma L.
“Oma, ini ada kalender ( sambil mendekatkan kalender 2009 ke hadapan wajah Oma ). Ini tulisan apa?”
Segera Oma L menjawab :”Ini tulisan
Saya berkata “Puji Tuhan, betul Oma. Sekarang penglihatan Oma banyak membaik, Nanti sore jangan lupa untuk diantar kontrol lagi ke Dokter Mata, ya?”
“Iya dok. Terima kasih, saya sudah banyak ditolong oleh dokter Basuki.”
Saya segera berkata “Oma, jangan berterima kasih kepada saya, berterima kasihlah kepada Tuhan dan Pengurus Panti yang sudah berupaya menolong mata Oma.”
“Betul, saya juga berterima kasih kepada semua pihak termasuk kepada Tuhan, tetapi dokter Basuki-lah yang berjuang agar mata saya dapat melihat lagi
“Iya, iya. Sebenarnya saya hanya membuka jalan saja agar semua kesehatan warga Panti ini tetap baik. Semoga Tuhan memberkati kita semua , ya Oma?” kata saya.
“Baik, siapa berikutnya “ kata saya kepada Ibu Panti sambil “mengusir” Oma L agar keluar Ruang Periksa.
“Opa M, silahkan masuk.” kata Ibu Panti…..
---
Pagi itu saya jadi malu hati, menerima ucapan terima kasih terus menerus, padahal saya tidak bekerja sendirian ( single fighter ) tetapi bekerja secara team work, bekerja bersama-sama dengan Pengurus Panti lainnya. Tanpa kepedulian mereka, tanpa dana yang tersedia untuk biaya periksa dan biaya operasi di RS semua perbaikan kesehatan mereka tidak akan terwujud.
Saya masih ingat perkataan Mother Theresia yang hidupnya diberikan sepenuhnya bagi kesehatan orang-orang di India semasa hidupnya.
Beliau berkata “Saya melakukan pekerjaan apa yang tidak dapat dikerjakan oleh orang lain dan orang lain mengerjakan apa yang tidak dapat saya kerjakan. Marilah kita bekerja bersama-sama agar semuanya dapat dikerjakan bagi kebaikan orang-orang yang membutuhkannya.”
Perkataan beliau sangat sederhana, tetapi mengandung arti yang sangat dalam yaitu bekerja secara team work!
Semoga pelayanan kita semua mendapat berkat dari Tuhan Yang Maha Pengasih. Amin.-
---
Ucapan terimakasih yang tulus dari pasien memang obat yang paling mujarab bagi kelelahan dan kepenatan seorang dokter. Ketika kita merasa usaha kita berhasil dan dihargai, seketika itu pula lah rasa lelah dari pekerjaan dan usaha kita menolong pasien langsung lenyap.
BalasHapusTo TS Muliadi,
BalasHapusAnda benar.
Tiada kebahagian yang kita rasakan selain kesembuhan pasien-pasien atau berkurangnya penderitaan mereka.
Kadang kala berbuat kebaikan juga masih sulit. Banyak faktor yang mempengaruhinya.
Salam sukses.