Senin, November 30, 2009

Pagi yang kelabu


Pagi ini saya mendapat pasien Sdr. Doni ( bukan nama sebenarnya ), 25 tahun.

Ia diantar oleh ayahnya, Tn. Henri ( bukan nama sebenarnya ), 62 tahun. Henri ini adalah teman saya ketika duduk di bangku SD tahun 1950-an.

Doni dan keluarga kemarin hari Minggu menghadiri perjamuan pernikahan salah satu kerabatnya. Sejak semalam dan pagi ini, Doni merasa mual, diare 3 kali dan kepala terasa pusing. Tidak ada demam. Saya sering mendapati pasien yang setelah kondangan, menikmati hidangan yang lezat-lezat, mengeluh perut mual,  bahkan muntah-muntah diare dan kepala pusing.

Kumpulan gejala saluran pencernaan ini  mirip dengan gejala dari CRS ( Chinese Restaurant Syndrome ), kumpulan gejala yang terjadi setelah makan di chinese restaurant. Hidangan yang banyak berbumbu Mono sodium glutamate ( vetsin ) akan memberikan efek samping CSR.

Setelah memeriksa Doni, saya membuatkan Resep obat, Surat Sakit dan Kwitansi pembayaran yang akan dibayar oleh perusahaan tempat ia bekerja di kota Jakarta. Doni dan ayahnya mohon pamit dan saya mengucapkan semoga lekas sembuh. Mereka meninggalkan Ruang Periksa.

Saya mendengarkan siaran TV dan tidak sampai 10 menit, saya mendengar ketukan agak keras pintu Ruang Periksa dan teriakan “Dok, tolong, tolong!”

Wah ada apa nih? Segera saya membukakan pintu dan wow….. teman saya itu berdiri di depan pintu dengan tangan kiri yang berlumuran darah.

“Tolong, dok saya ketabrak truk!”

Saya menjawab “Tenang, tenang. Saya bersihkan dulu darahnya.”

Sambil bekerja saya bertanya dan rupanya setelah meninggalkan tempat praktek saya, Doni membonceng ayahnya naik sepeda motor untuk membeli obat di sebuah Apotik terdekat. Entah bagaimana tiba-tiba sebuah truk menyenggol sepeda motor mereka. Motor rusak dan jari tengah tangan kiri Henri sobek dan jempol kaki kirinya juga luka.

Setelah memeriksa luka robek itu saya memberi advis agar segera ke salah satu Rumah Sakit untuk menjahit luka tangan tsb. Luka tsb saya beri larutan Betadine ( antiseptis ) dan membalut dengan kain kasa dan kain pembalut untuk menghentikan perdarahan.

Mereka bergegas meninggalkan Ruang Periksa, saya  membatin  “Ah….kasihan betul si Henri teman saya ini. Barusan keluar dari Ruangan ini masih segar bukan, tetapi beberapa menit kemudian tangan dan kakinya terluka tertabrak truk.”

Status kesehatan seseorang ( siapapun ) berubah-ubah dari menit ke menit berikutnya.

Seperti yang saya temui ada seorang isteri yang meninggal dunia  2 jam setelah mengetahui suaminya meninggal dunia. Mereka sudah berumur 65 tahun-an. Sehidup-semati rupanya.

Saat ini kita mesti ekstra hati-hati ketika berjalan kaki di tepi jalan raya atau saat berkendaraan. Kadang kala kita sudah hati-hati, tapi masih juga terjadi kecelakaan karena  supir kendaraan lain tidak hati-hati alias ngantuk, terutama di malam hari. Oleh karena itu saya selalu menghindari naik mobil ( dengan supir sekalipun ) ke luar kota pada malam hari.

Kalau naik pesawat JakartaSydney selalu terbang malam hari, karena itulah jadwal terbang pesawat yang kami tumpangi ( tidak dapat saya rubah lagi ). Oleh karena mengandung  banyak resiko, maka seorang Pilot selalu ditemani oleh Co Pilot yang mendampingi menerbangkan pesawat. Jadi kalau yang satu ngantuk, masih ada yang lain untuk menerbangkan pesawat.-

2 komentar: