Minggu, Juli 14, 2013

Ingin hidup 100 tahun?



Kalau kita menghadiri perayaan hari ulang tahun seseorang atau memberi ucapan selamat, sering kita melihat tulisan atau menuliskan perkataan “Selamat ulang tahun dan semoga panjang umur”. Hampir semua orang menghendaki panjang umurnya, tetapi apalah artinya panjang umur, bila dalam keadaan lanjut usia ia menderita penyakit. Jangankan melayani orang lain ( suami/isteri ), melayani diri sendiri saja sudah tidak bisa dan harus dibantu oleh orang lain. Mungkin ucapan selamat tadi lebih baik bila diganti dengan ucapan “Selamat Ulang Tahun“ dan “Semoga awet muda“.

Seorang pengusaha dan Direktur perusahaan jamu terkenal di Jawa Tengah di dalam sebuah artikel sebuah majalah pernah menyatakan dalam wawancara dengan seorang wartawan bahwa kalau bisa ia ingin mati muda. Sang wartawan terkejut, bagaimana mungkin seorang yang begitu sukses mempunyai keinginan yang lain dari orang lain dan ingin mati muda saja. Sang Direktur menjawab, “Bila mati muda kan tidak mengalami penderitaan bertahun-tahun karena menderita sakit di hari tuanya dan saya tidak ingin mengalaminya.”

Kami pernah menemui contoh kasus seorang yang ingin berumur panjang dan bahkan ingin hidup sampai umur 100 tahun. Ingin mengetahui ceritanya. Inilah kisahnya.

Suatu hari kira-kira 15 tahun yang lalu isteri saya yang juga seorang dokter umum mendapat pangilan berulang-ulang kali dari seorang nenek yang berumur 99 tahun dengan sakit usia lanjut.

Penderita sudah lama hanya berbaring di tempat tidurnya. Makan sedikit sedikit dengan cara disuapi oleh anaknya. B.a.k. ( buang air kecil ) dan b.a.b ( buang air besar ) diatas tempat tidur. Kadang-kadang demam, sedikit batuk dll keluhan diusia lanjutnya.

Beberapa kali saya ikut mengantar isteri saya bila mereka memanggil dokter dan ikut melihat pasien tadi. Kami pernah menyarankan agar dirawat di Rumah Sakit saja agar perawatannya dapat lebih intensif, tetapi hal ini ditolak oleh keluarganya.

Suatu saat ia mengalami krisis, demam tinggi dan tidak mau menelan minuman ataupun makanan cair selama 2 hari. Semua sanak saudaranya dipanggil datang dan bahkan anaknya yang tinggal di Hongkong juga sudah datang. Maklum mereka keluarga yang terpandang di kota kami.

Anaknya memohon kepada kami agar dapat menyembuhkan sakitnya. Meskipun kami menyarankan agar dirawat oleh T.S. spesialis/ahli penyakit dalam, mereka menolak dan minta agar kami saja yang merawat ibu mereka. Mereka begitu ngotot agar ibunya segera sembuh. Hal ini bisa dimaklumi, siapa yang tega ibunya sakit berat?

Ketika anaknya datang dari Hongkong eh… sang pasien mendadak mau makan, sadar, bisa bicara dengan sanak keluarganya. Karena dianggap kondisi kesehatan ibunya membaik, sang anak kembali pulang ke Hongkong.

2 hari kemudian kami dipanggil lagi karena kondisi pasien merosot lagi dan bahkan lebih parah. Kami rasanya tak sanggup lagi untuk mempertahankan keadaan yang sudah lemah.

Saya pernah berbisik kepada salah satu anak yang merawatnya ( serumah ) bahwa bila Tuhan memanggil ibunya maka relakan saja, karena kami kasihan melihat ibunya hidup dalam keadaan yang makin mengkhawatirkan, toh usianya sudah lanjut. Kami mendapat jawaban yang menolak pernyataan saya dan sekali lagi memohon agar kami dapat merawatnya selama mungkin. Glek….. saya terhenyak.

Saya tak dapat menjawab pertanyaan saya sendiri: untuk apa lagi ia hidup menderita dan juga membuat semua sanak keluarganya siang malam ikut menderita dengan menunggui ibu mereka siang malam?

Saya pada suatu hari kunjungan sempat mengeluarkan isi hati saya bahwa kalau mereka selalu ingin agar ibunya sehat kembali ( meskipun mereka juga tahu keadaan ibunya yang sudah payah karena usia lanjut ) dan menolak suatu saat Tuhan memanggil ibunya maka berarti anda sudah melawan takdir. Dan itu tidak baik karena tidak merelakan ibunya pergi dan ibunya juga sulit pergi karena dihalangi oleh anaknya. Mereka terdiam.

2 hari kemudian kami mendapat berita bahwa pasien kami ini meninggal dunia dan jenasahnya tetap berada di rumah mereka dan tidak dibawa ke rumah duka. Kami pergi melayat kerumah mereka. Saya berbicara dengan anaknya dan ia mengeluarkan isi hatinya. Anda ingin tahu apa yang disampaikannya? Inilah “rahasianya”:

Ibunya pernah menyatakan bahwa ia ingin berumur sampai 100 tahun yang berarti kira2 1 bulan lagi sejak ia meninggal dunia dan ia ingin meninggal dunia di rumah sendiri. Ya Tuhan….. saya membatin. Saya belum pernah selama menjadi dokter menemui kasus seperti ini yang ngotot ingin hidup terus sampai 100 tahun ( kalau di sajak Chairil Anwar sih memang ada tertulis “ Aku ingin hidup 1000 tahun lagi” ). Tetapi apa bisa?

Anaknya juga memohon maaf kepada kami karena “keras kepalanya” sehingga ia selalu memanggil kami bila kesehatan ibunya menurun sedikit saja sudah memanggil dokter at any time. Memang repot sih menghadapi orang yang demikian. Tapi mau apa lagi? Setelah kami mengetahui “rahasia” ini, maka terjawab sudah pertanyaan saya di atas tadi.

Anda ingin hidup sampai 100 tahun ? Hanya kita masing-masing yang dapat menjawabnya.-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar