Minggu, November 06, 2005

Dokter tidak bonafid.

Pandangan masyarakat terhadap dokter terlalu bersifat materi, artinya dokter itu orang yang kaya, punya mobil bagus dan sebagainya. Semula saya tidak percaya akan hal ini, tetapi akhirnya saya mempercayainya, karena saya pernah mendengar langsung dari masyarakat.

Pada tahun 1980 ketika saya menjadi Kepala Puskesmas Cirebon Utara saya mengendarai mobil sedan Fiat tahun 1958 ( mobil antik, karena tuanya ). Mobil ini sangat berharga sebagai alat transpotasi dari rumah ke tempat bekerja. Setiap pagi ketika saya sampai di gedung Puskesmas yang berseberangan dengan gedung Balai Desa Mertasinga, saya selalu bertemu dengan Bapak Kepala Desa ( Kades , Kuwu ). Pak Kades selalu berkata “ Dokter, mobilnya diganti dengan yang lebih bagus dong.” Sindiran ini selalu saya jawab dengan “ Ya saya setuju, tapi Bapak harus beri pinjaman uang untuk pembeli mobil yang bagus” Pak Kades sendiri tidak mempunyai motor atau mobil. Ia selalu jalan kaki dari rumah sampai ke Balai Desanya. Setelah mempunyai sedikit tabungan, maka saya membeli mobil Minibus Mitshubisi 500 cc produksi tahun 1981 dengan cara mencicil seharga 3 juta rupiah. Saya pikir pasti Pak Kades tidak akan “menyindir” saya lagi. Ketika Pak Kades mengetahui saya ganti mobil ini, ia mengatakan “ Ya dokter, jangan minibus dong, ganti saja dengan mobil sedan.” Wah kalau dituruti terus “sindiran” Pak Kades, repot saya. Rupanya Dewi Fortuna mendekati saya sehingga saya dapat mencicil mobil sedan Honda Civic tahun 1983. Sekarang Pak Kades tidak “menyindir” saya lagi, karena saya naik sedan untuk alat traspotasi. Bila kami mengikuti Rapat bulanan di Kantor Kecamatan, Pak Kades saya ajak untuk pergi bersama-sama naik sedan ini. Ia merasa senang boleh mencicipi sedan Pak Dokter. Ketika saya mutasi ke kotamadya Cirebon, Pak Kades Mertasinga sudah almarhum akibat penyakit yang dideritanya. Selamat jalan Pak Kades yang selalu mendorong saya untuk memiliki mobil sedan. Terima kasih atas “sindiran” Bapak.

Karena gaji sebagai PNS tidak cukup untuk biaya hidup, maka saya juga buka warung alias praktek sore hari. Saya mengambil daerah Klayan sebagai tempat praktek sore sejak tahun 1980 sampai 1983. Ada pengalaman yang berbau sindiran kepada dokter karena dokter yang dipanggilnya naik motor dan bukan naik sedan. Suatu sore saya berangkat naik motor Vesapa milik ayah saya, karena Fiat saya masuk bengkel. Setelah selesai mengobati pasien di rumahnya yang masuk kedalam salah satu gang di daerah Klayan, saya mohon pamit kepada keluarga pasien. Salah seorang tetangga pasien bertanya kepada saya “ Dok, parkir mobilnya dimana?” Saya jawab “ Saya tidak mengendarai mobil, saya naik Vespa agar dapat lebih cepat dan mobil tidak dapat masuk gang.” Kalau parkir di pinggir jalan, maka saya harus jalan kaki untuk sampai di rumah pasien dan ini tentu akan lebih lama sampai di rumahnya. Mendengar bahwa saya naik Vespa, terdengarlah suara “ Wah .. naik motor, dokternya tidak bonafid.” Saya tidak ambil pusing, yang penting tugas saya dapat diselesaikan dengan baik dan pasien dapat sembuh. Akhirnya pasien ini menjadi pelanggan tetap saya .

Pengalaman lain yang masih ada hubungannya dengan mobil sebagai lambang kebonafidan seorang dokter. Suatu sore datanglah seorang Bapak yang merupakan pasien lama saya. Setelah dipersilahkan duduk, Bapak ini berkata “ Kemarin Dokter tidak praktek ya?” Saya terkejut karena kemarin saya buka praktek. Saya menjawab” Saya ada, Pak.” “ Kemarin saya lihat mobil dokter tidak ada di halaman tempat praktek. Jadi saya pulang lagi.” Saya menjelaskan “ Oh.. kemarin saya naik Vespa, karena mobil saya sedang diservis di bengkel ( maklum mobil antik ) “. Rupanya keberadaan mobil merupakan tanda ada tidaknya dokter di suatu tempat. Padahal hal ini tidak selalu benar. Dalam hati saya membatin: bapak ini sebenarnya perlu sama mobil atau dokternya?

Sebagai kesimpulan dari pengalaman saya ini: bahwa untuk dihormati orang kita harus mempunyai suatu yang menurut masyarakat merupakan lambang kebonafi dan seorang dokter misalnya sebuah mobil sedan. Bila kita tidak punya apa-apa, ya apa lagi. Kita akan sering menerima cemoohan dari masyarakat. Anda boleh tidak percaya dengan kesimpulan saya ini tetapi kesimpulan ini ada benarnya, paling tidak bagi saya. Anda punya pengalaman lain ?-

4 komentar:

  1. Ya dok, memang kadang2 sindiran seseorang itu bisa memacu kita untuk jadi lebih baik lagi. Lebih2 sindiran yang tanpa maksud buruk, seperti yang dilayangkan oleh bapak kades tadi.

    BalasHapus
  2. To: Floribunda, Betul sindiran Pak Kades itu memberikan dampak yang positip bagi saya.
    Semoga masyarakat tidak memberikan penilaian thd dokter hanya dengan melihat materi saja. Terima kasih atas tanggapan anda.

    BalasHapus
  3. saya pernah melihat iklan mobil di media cetak lokal
    "dijual mobil merk XX, tahun YY, kondisi bagus, AC, power steering, EKS DOKTER"

    yg membuat sya heran ada kalimat EKS DOKTER dibelakangnya
    rupa2nya mobil bekas punya seorg dokter itu nilai jualnya lebih tinggi..ha ha..

    BalasHapus
  4. To Mr. Sectiocadaveris,

    Sebenarnya dokter sama dengan orang-orang lain.
    Kalau mobil Dokter dianggap lebih baik kondisinya dari pada yang bukan dokter,mungkin karena perawatan yg dilakukannya.

    Jerih payah untuk mendapatkan mobil itu di dapat dari keringat mereka sehingga mereka memiliki sense of belonging yng tinggi ( perawatan yg baik, cara mengemudi yang baik bayar pajak tepat waktunya dll ). Hasi akhirnya kondisi mobil mereka tetap baik meskipun sudah bertahun-tahun dimilikinya.

    Biasanya demi peremajaan, maka mobil yg lama dijual dan beli mobil yang lebih muda tahunnya / yang baru.

    Itulah sebabnya orang lebih suka beli mobil eks dokter. Semoga begitu.

    Salam.

    BalasHapus