Sabtu, November 12, 2005

Membangunkan orang mati.

Kejadian ini terjadi pada tanggal 24 Desember 1991. Pada pukul 22.30 ada sekelompok keluarga pasien yang meminta bantuan saya selaku dokter . Mereka mengatakan bahwa salah seorang ibu mendadak sakit seperti hilang ingatan akibat putranya baru saja meninggal dunia. Setelah mengambil tas berisi peralatan medis, kami menuju rumah penderita yang jaraknya tidak begitu jauh dari rumah saya.

Didalam mobil yang kami naiki, mereka bercerita bahwa putra ibu Ester ( bukan nama sebenarnya ) yaitu Joni ( bukan nama sebenarnya ) yang berumur 16 tahun ditemukan sudah meninggal dunia di dalam kamarnya. Pada pukul 20.00 Joni pergi ke Gereja bersama pacarnya. Ia pulang sekitar pukul 22.00 dan langsung masuk kamar.

Ayah dan ibunya merasa ada yang tidak beres dari dalam kamar putranya itu karena sesaat setelah Joni masuk kamar, mereka mendengar suara ribut dari dalam kamar Joni. Orang tua Joni mengetuk-ngetuk pintu kamar agar Joni membuka pintu kamar. Tetapi tidak ada jawaban dari dalam kamar dan akhirnya mereka membuka dengan paksa pintu tersebut. Alangkah terkejutnya mereka ketika melihat isi kamar Joni yang berantakan. Joni terkapar dilantai. Disampingnya tergolek kaleng Baygon yang isinya membasahi lantai. Kaleng itu sudah kosong. Rupanya Joni sudah melakukan tentamina succide ( percobaan bunuh diri ) yang berhasil.Mereka sia-sia mencoba menolong Joni dan akhirnya mereka membawa Joni ke salah satu Rumah Sakit terdekat. Namun Dokter disana tidak dapat berbuat banyak karena Joni sudah meninggal dunia.

Oleh keluarganya jenasah Joni dibawa ke rumah duka. Saat itu keluarganya minta tolong kepada saya, agar Ibu Joni dapat tenang dalam menghadapi musibah ini. Perkiraan keluarganya Joni berbuat demikian mungkin karena broken heart, cintanya ditolak pacarnya. Saya menggeleng-gelengkan kepala sebagai tanda tidak setuju dengan tindakan bodoh Joni ini.

Ketika memasuki rumah penderita saya melihat seorang ibu kira-kira berumur 45 tahun tergolek dilantai sambil meraung-raung seperti anak kecil. Ketika ia diberitahu bahwa ia akan diperiksa dokter yang baru datang, ia berteriak-teriak “ Saya tidak membutuhkan dokter. Lebih baik dokter pulang saja.”

Keluarganya membujuk agar ia mau diperiksa dokter.

Ia menjawab “ Saya tidak butuh dokter. Paling-paling dokter akan menyuntik saya dengan obat tidur.Saya hanya minta agar Joni bangun kembali.”

Dengan susah payah ia dibantu untuk duduk di kursi. Saya mencoba melakukan pembicaraan dengan Ibu Ester dengan cara menyampaikan beberapa pertanyaan., antara lain “ Apa yang dapat saya bantu untuk menolong Ibu ?”

Ibu Ester menjawab “ Dokter, tolonglah bangunkan Joni. Saya minta Dokter Basuki datang, karena saya yakin Dokter dapat membantu saya. Saya pernah mengikuti Ceramah dan kesaksian dokter di Gereja Kristen Imanuel beberapa waktu yang lalu.”

Wah.. rupanya ketika saya memberikan ceramah kesehatan, Ibu Ester ini ikut hadir dan merasa yakin bahwa saya dapat membantu membangunkan Joni yang sudah dalam keadaan meninggal dunia.

Kemudian saya menjawab “ Saya akan membantu kesulitan Ibu, mudah-mudahan Tuhan membantu kita semuanya.”

Dalam hati ini sebenarnya tidak mudah alias mustahil dan suatu hal yang tidak mungkin bagi saya untuk membangunkan orang yang sudah mati. Hanya Tuhan Yesus yang dapat membangunkan orang mati yaitu ketika Lazarus sudah meninggal dunia selama 4 hari. Yesus mengatakan bahwa Lazarus sedang tidur dan Yesus membangunkan Lazarus dari “tidurnya”.

Dalam keadaan yang kritis ini apa yang dapat saya lakukan.

Saya berkata “ Saya akan melihat tubuh Joni terlebih dulu. Marilah kita bersama-sama kerumah duka”.

Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 23.15. Ketika kami berangkat ke rumah duka turunlah hujan, maklum bulan Desember adalah musim hujan. Sepanjang perjalanan saya berdoa “ Ya Tuhan berilah petunjuk, apa yang harus saya lakukan setiba di rumah duka untuk menolong Joni? Tuhan berilah kepadaku petunjukMu.”

Saya optimis Tuhan akan memberikan petunjukNya kepada saya.

Setiba di rumah duka saya melihat hanya 1 jenasah yang ada di rumah duka itu dimana bila penuh maka rumah duka ini dapat menampung 3 jenasah sebelum di makamkan atau di kremasikan. Saya melihat sehelai kain batik menutup jenasah Joni. Saya segera memeriksa jenasah Joni: suhu badan menurun/dingin, reflex cahaya pada pupil mata tidak ada/negatif, pupil mata midriasis total ( melebar ) dengan stetoscope saya tidak mendengar bunyi jantung dan suara pernafasan, tercium bau Baygon dari mulutnya, di punggung belum terlihat adanya lebam mayat yang berarti ia belum lama meninggal dunia. Setelah melakukan pemeriksan ini saya seperti mendengar suara agar kami berdoa bersama-sama. Segera saya berkata kepada Ibu Ester dan keluarganya bahwa Joni sudah dipanggil Tuhan dan saya tidak dapat membangunkan Joni kecuali seijin Tuhan, oleh karena itu marilah kita bersama-sama berdoa.

Kami yang hadir berdiri di sekeliling jenasah Joni dan saya meminpin doa.

“ Ya Tuhan yang bertahta didalam kerajaan sorga, saat ini kami keluarga Joni dalam keadaan duka karena baru saja Joni telah Engkau panggil, tetapi kami percaya bahwa bila belum waktunya Joni pergi kiranya Tuhan mau membangunkan Joni dan mengembalikan Joni kepada keluarganya yang saat ini hadir bersama-sama kami di tempat ini. Tuhan Tolonglah kami dan dengarlah permintaan kami ini. Dengan nama Yesus Kristus kami telah berdoa. Amin.”

Semua yang hadir termasuk saya mengharapkan agar setelah kata Amin selesai, maka Joni dapat sadar dan bangun kembali. Tetapi mujijat ini tidak terjadi. Ketika tidak terjadi apa-apa, timbullah rasa khawatir saya, bahwa saya akan dimaki-maki atau mendapat perlakukan yang tidak menyenangkan dari Ibu Ester dan keluarganya karena doa kami tidak mendapat jawaban.

Aneh bin ajaib setelah doa selesai, saya melihat sikap Ibu Ester berubah sama sekali yang semula gelisah, berontak, sulit ditenangkan, saat itu ia menjadi tenang dan ia mengangis .

Dalam tangisnya saya mendengar ia berkata kepada saya. “Dokter maafkanlah sikap saya dirumah tadi. Sekarang saya percaya bahwa Joni sudah dipanggil Tuhan dan saya pasrahkan kepada Tuhan.” Lalu ia menjabat tangan saya. Legalah saya saat itu, beban berat yang saya pikul ini sudah hilang dengan berubahnya sikap Ibu Ester ini. Ya Tuhan sudah memperlihatkan suatu mujijat kepada kami di malam Christmas Eve tahun 1991. Terima kasih Tuhan. Saya sudah melihat suatu mujijat.

Setelah keadaan teratasi, saya berkata kepada keluarganya” Silahkan jenasah Joni dirawat/dimandikan dan silahkan memanggil rohaniawan / pastor agar dapat mendoakan Joni.” Oleh keluarganya saya diantar pulang kerumah, saat ini pukul 00.15. Dalam perjalanan pulang kami disambut turun hujan yang sangat deras. Hujan ini turut mengiringi kepergian Joni. Selamat jalan, Jon.-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar