Minggu, Juli 07, 2013

Dokter tidak bonafid



Pandangan masyarakat terhadap dokter terlalu bersifat materi, artinya dokter itu orang yang kaya, punya mobil bagus dan sebagainya. Semula saya tidak percaya akan hal ini, tetapi akhirnya saya mempercayainya, karena saya pernah mendengar langsung dari masyarakat.

Pada tahun 1980 ketika saya menjadi Kepala Puskesmas Cirebon Utara, Kabupaten Cirebon, saya mengendarai mobil sedan Fiat tahun 1958 ( mobil antik, karena tuanya ). Mobil ini sangat berharga sebagai alat transpotasi dari rumah ke tempat bekerja. Setiap pagi ketika saya sampai di gedung Puskesmas yang berseberangan dengan gedung Balai Desa Mertasinga, saya selalu bertemu dengan Bapak Kepala Desa ( Kades, Kuwu ).

Pak Kades selalu berkata “Dokter, mobilnya diganti dengan yang lebih bagus dong.” Sindiran ini selalu saya jawab dengan “Ya saya setuju, tapi Bapak harus beri pinjaman uang untuk pembeli mobil yang bagus” Pak Kades sendiri tidak mempunyai motor atau mobil. Ia selalu jalan kaki dari rumah sampai ke Balai Desanya.

Setelah mempunyai sedikit tabungan, maka saya membeli mobil Minibus Mitshubisi 500 cc produksi tahun 1981 dengan cara mencicil seharga 3 juta rupiah. Saya pikir pasti Pak Kades tidak akan “menyindir” saya lagi. Ketika Pak Kades mengetahui saya ganti mobil ini, ia mengatakan “Ya… dokter, jangan minibus, ganti saja dengan mobil sedan.” Wah kalau dituruti terus “sindiran” Pak Kades, repot saya.

Rupanya Dewi Fortuna mendekati saya sehingga saya dapat mencicil mobil sedan Honda Civic tahun 1983. Sekarang Pak Kades tidak “menyindir” saya lagi, karena saya naik sedan untuk alat traspotasi. Bila kami mengikuti Rapat bulanan di Kantor Kecamatan, Pak Kades saya ajak untuk pergi bersama-sama naik sedan ini. Ia merasa senang boleh mencicipi sedan Pak Dokter.

Ketika saya mutasi ke Kotamadya Cirebon, Pak Kades Mertasinga sudah almarhum akibat penyakit menahun yang dideritanya. Selamat jalan Pak Kades yang selalu mendorong saya untuk memiliki mobil sedan. Terima kasih atas “sindiran” Bapak.

----

Oleh karena gaji sebagai PNS tidak cukup untuk biaya hidup, maka saya juga buka warung alias praktek sore hari. Saya mengambil daerah Klayan sebagai tempat praktek sore sejak tahun 1980 sampai 1983. Ada pengalaman yang berbau sindiran kepada dokter karena dokter yang dipanggilnya naik motor dan bukan naik sedan. Suatu sore saya berangkat naik motor Vespa milik ayah saya, karena mobil Fiat saya masuk bengkel. Setelah selesai mengobati pasien di rumahnya yang masuk kedalam salah satu gang di daerah Klayan, saya mohon pamit kepada keluarga pasien.

Salah seorang tetangga pasien bertanya kepada saya “Dok, parkir mobilnya dimana?” Saya jawab “Saya tidak mengendarai mobil, saya naik Vespa agar dapat lebih cepat dan mobil tidak dapat masuk gang.” Kalau parkir di pinggir jalan, maka saya harus jalan kaki untuk sampai di rumah pasien dan ini tentu akan lebih lama sampai di rumahnya.

Mendengar bahwa saya naik Vespa, terdengarlah suara “Wah .. naik motor, dokternya tidak bonafid.” Saya tidak ambil pusing, yang penting tugas saya dapat diselesaikan dengan baik dan pasien dapat sembuh. Akhirnya pasien ini menjadi pelanggan tetap saya.

----

Pengalaman lain yang masih ada hubungannya dengan mobil sebagai lambang kebonafidan seorang dokter. Suatu sore datanglah seorang Bapak yang merupakan pasien lama saya.

Setelah dipersilahkan duduk, Bapak ini berkata “Kemarin Dokter tidak praktek ya?” Saya terkejut karena kemarin saya buka praktek. Saya menjawab ”Saya ada, Pak.” “Kemarin saya tidak melihat mobil dokter diparkir di halaman tempat praktek. Jadi saya pulang lagi.”

Saya menjelaskan “Oh.. kemarin saya naik Vespa, karena mobil saya sedang diservis di bengkel ( maklum mobil antik )“. Rupanya keberadaan mobil dokter merupakan tanda ada tidaknya dokter di suatu tempat. Padahal hal ini tidak selalu benar. Dalam hati saya membatin: bapak ini sebenarnya memerlukan mobilnya atau dokternya?

Sebagai kesimpulan dari pengalaman saya ini: bahwa untuk dihormati orang, kita harus mempunyai suatu yang menurut masyarakat merupakan lambang kebonafidan seorang dokter misalnya sebuah mobil sedan. Bila kita tidak punya apa-apa, ya apa lagi. Kita akan sering menerima cemoohan dari masyarakat. Anda boleh tidak percaya dengan kesimpulan saya ini tetapi kesimpulan ini ada benarnya, paling tidak bagi saya.-

4 komentar:

  1. Setuju dok. Dulu saya juga berpendapat bahwa dokter rata2 penghasilannya kaya, punya mobil, dsb. Tapi belakangan pandangan saya tidak selalu benar. Beberapa guru kami, termasuk yang sudah Proff, masih menggunakan mobil lama (kijang), ada yang naik ojek ke rumah bahkan ada yang naik bus/kopaja. Tidak sedikit di antara mereka yang pakai handphone tipe lama (asal bisa sms/telp). Penampilannya juga sederhana sekali, pakai tas sandang yang didapat dari seminar dan sepatunya mungkin kalah dibanding sepatu mahasiswanya... kalau sedang mengajar/praktik, pakaiannya juga biasa saja, hanya pakai minyak rambut biar terlihat gaya...hehehe... tapi dibalik semuanya itu, mereka punya kekayaan ilmu dan kebaikan yang tidak didapat dalam sekejap. pasiennya tetap banyak dan tetap dicari. salut untuk dokter2 yang seperti ini
    Salam

    BalasHapus
  2. To Mikhael,

    Terima kasih sudah berkunjung lagi.

    Iya benar ternyata masih banyak Dokter yang senior yang low profile. Sederhana mobil, rumah, tempat praktiknya, tapi pasiennya cukup banyak.

    Saat saya berkunjung di sebuah Fak. Kedokteran swasta, di halaman parkir kendaraan untuk para Dosen banyak mobil yang model lama yang diparkir, tetapi di halaman parkir nagi para mahasiswanya ,mirip showroom mobil yang terdiri dari Mercedes, BMW, Honda, Toyota dll merk terkenal tahun terakhir. Luar biasa. Mobil para mahasiswanya lebih mewah dari pada para Dosennya.

    Jaman sudah berubah.

    Salam.

    BalasHapus
  3. Wah dok, kalau saya praktek di Indo bisa dibilang super tidak bonafid dong, soalnya saya cuma naik sepeda... hahahaha

    salam,
    Muliadi

    BalasHapus
  4. To Muliblog-Campur-Aduk,

    Iya rasanya aneh kalau dokter pergi ke tempat praktek, masih naik sepeda ( meskipun ada sepeda dengan harga yang mahal ). Naik mobil pun, harus mobil yang memadailah, jangan yang sudah tua umurnya atau ketinggalan modelnya. Masyarakat menganggap bahwa seorang dokter pastilah sosial-ekonominya sudah memadai, sehingga sudah punya mobil sebagai kendaraan transportasinya.

    Saya sendiri kadang naik sepeda dan kadang jalan kaki pergi ke tempat praktik kedua pada pagi hari, sebab jaraknya dengan rumah sekitar 300 meter saja. Jadi untuk apa harus naik mobil ( padahal kami punya juga mobil ). Yah..hitung-hitung olah raga pagi sajalah agar tetap sehat. Saya tidak mendengarkan omongan orang sekitar / pasien.

    Salam

    BalasHapus