Selasa, Februari 24, 2009

Cindil


Pernahkah anda melihat dan menelan anak tikus ( cindil )?

Sebagian dari kita pasti menjawab “Belum”. Melihatnya saja sudah geli, apalagi menelan mahluk yang masih kecil seukuran jari telunjuk orang dewasa.

Kisah ini terjadi pada tahun 1996 ketika saya bekerja di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Cirebon. Daya tampung 500 orang Napi sering kali terisi lebih banyak dari jumlah ini. Saya bekerja disini menjelang saya pensiun atas permintaan sendiri atau pensiun dini setelah menyelesaikan masa kerja 20 tahun. Pensiun dini terjadi TMT ( Terhitung Mulai Tanggal ) 1 April 2000. Selama 4 tahun saya bekerja disini.

Ketika giliran Baihaki ( bukan nama sebenarnya ), 40 tahun, seorang Napi asal Jateng untuk diperiksa kesehatannya, tampak ia membawa sebungkus bekas bungkus rokok kretek.

Saya berkata “Baihaki, sebaiknya kamu tidak merokok lagi. Kamu kan sering batuk-batuk.”

Baihaki menjawab “Saya sudah tidak merokok lagi, Dok.”

“Lha itu kamu membawa sebungkus rokok” saya mendebatnya.

“Dok, ini isinya bukan rokok, tetapi ini….” sambil membuka bungkus rokok yang dipegangnya.

Hah… saya kaget juga. Di dalam bungkusan itu tampak 3 ekor cindil ( anak tikus ) yang masih berwarna merah. Mungkin baru lahir.

“Untuk apa cindil-cindil ini?” saya bertanya kepada Napi Baihaki.

“Ketika tadi pagi saya memperbaiki genteng yang bocor diatas ruangan dapur, saya menemukan 6 ekor cindil. Yang 3 ekor diminta Napi Dapur dan yang 3 ekor ini saya simpan.”

Saya bertanya lagi “ Untuk apa cindil-cindil ini?

Baihaki menjawab “ Untuk lauk makan siang saya, Dok.”

“Gila kau. Masak anak tikus kau embat juga?” saya protes.

“Jangankan anaknya, Dok. Tikus dewasa juga kami embat. Oleh karena sering tertangkap, maka sekarang sudah jarang Tikus berkeliaran di kompleks Lapas ini. Bila ketahuan ada Tikus masuk kamar Napi, maka ia akan ramai-ramai menjadi rebutan Napi untuk ditangkap dengan tangan kosong dan menjadi tambahan lauk makan kami.”

Jatah anggaran makan yang minim bagi para Napi, menyebabkan mereka mencari tambahan lauk antara lain Tikus atau Kangkung yang banyak ditanam di kebun sekitar kompleks Lapas.

Kata mereka cindil yang dimakan akan membuat badan menjadi lebih fit. Benarkah itu?
Mungkin saja mitos itu, karena protein yang terdapat dalam tubuh mahluk itu.




Luar biasa…manusia termasuk mahluk yang Omnifora, pemakan segala. Dalam keadaan terdesak, apa saja disantapnya. Hari itu pengalaman saya bertambah satu lagi. Ada cindil dimakan orang. Bulu kudukku berdiri semua. Maaf, kalau setelah membaca artikel ini, nafsu makan anda hilang.

2 komentar:

  1. Waduh, untung saya udah selesai sarapan setelah baca ini. Hehehehe....
    Tapi cindil itu mesti dimasak kan? Masa mau dimakan mentah2?

    BalasHapus
  2. To Kencana,

    Menurut cerita Napi itu, cindil-cindil itu akan ditelan begitu saja sambil maka siang, tidak dimasak lagi. Hitung-hitung untuk tambah Protein, katanya. Ah...merinding juga bulu kuduik saya mendengarnya.

    Salam.

    BalasHapus