Selasa, Februari 24, 2009

Dementia senilis


Bila kita menghadiri Pesta Ulang Tahun, maka akan terdengar nyanyian yang bertema “Selamat Ulang Tahun dan Semoga Panjang Umur.”

Benarkah kita ingin panjang umur? Bagaimana kalau diberi panjang umur tetapi badan kita sakit-sakitan? Sebaiknya tema itu diubah menjadi “Semoga Awet Muda.” Siapa sih yang tidak ingin tetap muda? Banyak Dokter yang telah mengadakan penelitian agar manusia tidak menjadi tua. Misalnya dengan membuat HCG, Human Growth Hormone yang konon dapat menghambat proses ketuaan. Sampai sekarang masih terjadi pro dan kontra atas hasil penemuan hormon ini.

Bulan yang lalu aku mengunjungi rumah sahabatku Asikin ( bukan nama sebenarnya ). Sahabatku ini sudah berkeluarga dan mempunyai dua orang putra dan putri. Ayah Asikin meninggal tiga tahun yang lalu akibat usia lanjut. Ibundanya yang sudah manula tinggal bersama keluarga Asikin. Ibunda Asikin bernama Juarti dan berumur sekitar 77 tahun.
“Selamat pagi Bu” aku menyapa Ibu Juarti.
Beliau acuh tak acuh ketika aku berkata seperti itu.

“Bas, pendengaran Ibuku sudah berkurang. Kalau ingin berbicara dengannya, kita harus berbicara di samping telinganya.” Kata Asikin.
Meskipun penglihatan Ibu Juarti masih cukup bagus, tetapi pendengarannya sudah banyak berkurang.
Aku mendekati Ibu Juarti dan bicara di samping telinga kanannya “Selamat pagi, Bu.”
Ibu Juarti menoleh ke arah aku berdiri dan tampak ia tersenyum.
“Apakah Ibu sudah sarapan?” aku melanjutkan bertanya.
“Belum, aku belum sarapan” sahutnya. Tampak giginya tinggal dua.
Semula aku heran, katanya belum sarapan tetapi di sampingnya tampak sebuah piring yang masih tersisa sedikit Bubur dan Ibu Juarti masih memegang sebuah sendok.
Asikin berkata “Ibuku baru saja sarapan, tetapi Ibu sudah melupakannya.”

Aku mengetahui tentang penyakit Pikun atau Dementia senilis ketika kuliah, suatu keadaan kemunduran ingatan akibat proses umur lanjut. Rupanya benar kalau sudah Manula, maka ingatan jangka pendeknya menjadi buruk, tetapi ingatan jangka panjangnya masih bagus. Kejadian masa kecil, ketika mereka duduk di SD atau ketika ia belajar naik sepeda masih diingatnya dengan baik. Mereka dapat bercerita panjang lebar tentang masa kecil mereka dengan lancar. Sedangkan kejadian yang masih baru atau baru saja dilakukannya sudah tidak ingat lagi. Suatu saat aku juga akan mengalami kedaan Dementia senilis, bila aku diberi umur panjang oleh Yang Maha Kuasa.

Tadi pagi aku pergi ke Kantor Pajak untuk menyerahkan SPT Pajak tahun 2008. Aku bertemu dengan teman lama, Abidin ( bukan nama sebenarnya ). Sambil menunggu giliran namaku dipanggil petugas Kantor, kami ngobrol dengan Abidin.
Abidin berkisah “Sejak 2 hari yang lalu aku sedikit demam dan sakit menelan. Aku sudah mengurangi merokok, tetapi keluhanku masih belum membaik. Aku tak mau penyakitku ini berlarut-larut dan sore hari aku mengunjungi Dokter Umum langganan keluarga kami, Dokter Wisnubrata ( bukan nama sebanrnya ). Aku menjadi pasien pertamanya.”

“Siapa nama anda dan dimana alamatnya?” Dokter Wisnu bertanya untuk dicatat di dalam lembar Kartu Pasien.
“Nama saya Abidin, tinggal di Jalan Ampere Nomer sekian, Dok” Abidin menjawab.
“Apa keluhan saudara dan sudah berapa lama?”
“Saya merasa demam dan kalau menelan terasa sakit sejak dua hari, Dok. Saya belum minum obat apapun” Abidin menjawab lagi.
“Baik, silahkan berbaring” kata Dokter Wisnu sambil menunjuk ke arah bed pemeriksaan pasien.

Setelah memeriksa Tekanan darah, meraba dahi menyinari tenggorokanku dengan lampu senter, mendengarkan bunji jantung dan paru-paru, Dokter Wisnu berkata “Sudah. Silahkan duduk kembali.”

Ketika Dokter Wisnu menulis hasil pemeriksaan kesehatan Abidin.
Abidin bertanya “Berapa biaya pemeriksaannya, Dok”
“Biaya periksa dua puluh ribu rupiah” jawabnya.
Abidin memberikan uang selembar lima puluh ribuan.
Dokter Wisnu menerimanya dan dari laci mejanya, ia mengambil dan menyerahkannya kembalian tiga lembar puluhan ribu.
Setelah selesai menulis selembar resep, Dokter Wisnu menyerahkannya kepada Abidin sambil berkata “Ambillah obat ini di Apotik terdekat.”
“Terima kasih, Dok”
Abidin berdiri dan ketika hendak menuju ke pintu keluar, Dokter Wisnu berkata “Anda belum membayar biaya pemeriksaannya.”

Abidin tersentak kaget. Rasanya aku sudah memberikan biaya pemeriksaan dan Dokter sudah memberikan uang kembaliannya. Mengapa Dokter masih menagihnya.

Dengan tenang karena tidak merasa bersalah Abidin berkata “Dok, tadi saya sudah memberikan uang lembaran lima puluh ribuan yang berwarna biru dan Dokter sudah mengembalikan uang tiga lembar sepuluh ribuan. Ini uang kembaliannya” Abidin menjawab sambil memperlihatkan uang kembaliannya.

Dokter Wisnu membuka laci mejanya untuk memeriksa benarkah tadi ia sudah memasukkan uang lima puluh ribuan berwarna biru? Beruntung aku menjadi pasien pertamanya, sehingga laci Dokter belum banyak terisi uang.
Akhirnya ia menyadari bahwa memang aku sudah membayar biaya pemeriksaan.

Dokter Wisnu berkata kepadaku sambil tersenyum “Sorry Din, aku lupa.”

Dokter sebagai manusia biasa, bisa lupa juga akan kejadian yang baru saja terjadi tetapi masih ingat akan gejala penyakit-penyakit, nama obat-obat, cara pemeriksaan yang dulu pernah dipelajari ketika ia masih muda saat mengikuti pendidikan di Fakultas Kedokteran. Rupanya siapapun akan mengalami dementia senilis, bila diberi panjang umur.

Di TV channel sekian, aku pernah melihat adegan seorang suami sudah tiba di rumah, tetapi sang isteri tidak ada disampingnya. Suami lupa tidak mengajak isterinya pulang kerumah. Ia pulang sendirian dan disangka isterinya juga ikut pulang, tetapi ternyata isteri tertinggal di Mall. Sang isteri marah-marah. Sudah pikun ya! Emang iya!


8 komentar:

  1. Anonim5:39 PM

    Terima kasih tulisannya. Sangat mudah dicerna :)
    Apakah "penderita" dementia senilis akan diiringi dengan penurunan fungsi pada tubuh yang lainnya? misalnya fungsi motoriknya? apakah harus dirawat khusus di rumah sakit dan mendapatkan terapi obat atau terapi lainnya atau hanya butuh penyesuaian perlakuan saja? Terima kasih

    BalasHapus
  2. To Anonymous,

    Pada Kasus Dementia senilis, disamping usianya sudah lanjut juga semua fungsi tubuhnya ( termasuk motoriknya )menurun. Keadaannya bersifat individual. Ada yang sudah berumur 80 tahu tetapi mereka masih lebih baik dari pada orang-orang lain yang masih berumur 70 tahun.

    Faktor kesehatan ( penyakit ) sebelumnya juga turut berpengaruh ( Kencing Manis, Hipertensi dll ). Usia boleh lanjut tapi kesehatan juga perlu dipelihara.

    Kalau menderita penyakit lain tentu disesuaikan, minimal ada orang lain yang menjaga dan mendampingi 24 jam. Obat-obatan yang perlu tentu disesuaikan dengan advis dokter keluarga masing-masing.

    Masalah umur hanya Tuhan yang tahu. Kita semua hanya dapat berdoa dan memohon agar diberi hidup yang baik dan dapat menolong orang -orang lain. Amin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. pa basuki, ibu saya terkena dimensia sejak 5 tahun lalu. dia tidak ingat lagi nama anak2nya, nama suami dan yang lainnya. kami sudah membawa ibu berobat kedokter, terapi tp tidak ada hasilnya. mohon saran dan pendapat bapak basuki,,terimakasih

      Hapus
  3. To John Leonard,

    Saat ini berapa usia Ibunda anda? Kalau saat ini usianya 80 tahun, berarti saat 75 tahun Ibunda sudah mengalami gangguan ingatan. Perlu didampingi oleh seseorang yang dipercayai selama 24 jam.

    Sejak 5 tahun yang lalu, Ibunda sudah menderita gangguan ingatan.
    Apakah pernah terserang Stroke? adakah penyakit lain yang menyertai hidupnya? ( misalnya Kencing Manis ), pernahkah ia mengalami Trauma capitis ( benturan pada kepala )?

    Masih baikkah ingatan jangka panjangnya ( misalnya sewaktu ia sekolah ) ?
    Ada banyak faktor yang menyebabkan gangguan ingatan. Untuk kasus Ibunda anda, rasanya perlu ditindak lanjuti dengan pemeriksaan daerah kepala, misalnya dilakukan CT scan kepala.

    Kalau sudah sepuh, otak juga akan mengalami Atrophy cerebri ( pengecilan jaringan otak ) yang dapat mengganggu fungsi syaraf, termasuk daya ingat ( memori ) dan juga menurunnya fungsi organ tubuh lainnya.

    Saran saya: berkonsultasilah kepada Dokter Ahli Syaraf terdekat dan mintalah dilakukan pemeriksaan CT scan kepala.

    Semoga dapat membantu.

    Salam.

    BalasHapus
  4. Terima kasih atas penjelasan dan contoh yang sudah Bapak Basuki kemukakan.

    BalasHapus
  5. To Budhi Santoso,

    Saya gembira dapat memberikan informasi kepada anda dan pembaca lainnya.

    Salam.

    BalasHapus
  6. Anonim9:25 AM

    Usia saya masih 22tahun, apakah mungkin bagi saya terkena dementia? Karena selama Ɣªήğ saya baca cirinya tak jauh beda, bahkan seringkali saya tak ingat kejadian 5menit Ɣªήğ lalu

    BalasHapus
  7. To Anonim,

    Umur anda masih muda ( 22 th ), jadi sel-sel otak anda belum mengalami degenerasi / kemunduran fungsi.

    Faktor lupa masih manusiawi, sering kali kita melupakan hal-hal yang kurang bermakna.

    Ada istilah yaitu amnesia retrograd, lupa akan kejadian sesaat sebelum kejadian dimana seseorang mengalami trauma capitis (benturan pada kepala) akibat terpukul, kecelakaan lalu lintas dll. Apakah anda pernah menglami hal ini?

    Semoga dapat membantu.

    Salam.

    BalasHapus