Jumat, Februari 27, 2009

Pulsa Telepon


Saat ini berkomunikasi secara verbal sudah lebih mudah dilakukan dengan adanya sambungan telepon, baik telepon rumah maupun telepon genggam. Pemakaian telepon yang berlebihan atau sering mengadakan sambungan langsung jarak jauh ( SLJJ ) dapat meneybabkan tagihan telepon akan membesar.

Dua bulan yang lalu Nani ( bukan nama sebenarnya dan bukan Nany 911 dalam serial Metro TV ), adikku yang tinggal di Jakarta berkunjung ke kota kami. Nani bermalam di rumah Ibu kami. Suatu pagi Ibuku mengeluh kepada Nani karena tagihan Telepon bulan berjalan lebih besar dari pada tagihan telepon pada bulan-bulan sebelumnya.

“Nan, tagihan telepon bulan ini kok sampai Rp. 250.000,-? Ibuku berkata kepada Nani.
“Coba, saya lihat Rekeningnya, Bu.” Sahut nani kepada Ibuku.
“Iya benar tagihannya Rp. 250.950,- Biasanya berapa tagihan setiap bulannya, Bu?”
“Biasanya dibawah Rp. 100.000,- antara Rp. 60.000 sampai 75.000,- setiap bulan. Mengapa bulan ini sampai seperempat juta? Padahal bulan ini Ibu tidak melakukan interlokal ke kota lain” Ibuku menyahut.

Nani memunyai ide, katanya kepada Ibu “Besok kita minta saja hasil print out nomer telepon Ibu kepada petugas Kantor Telepon.”
Hasil print out dari Kantor Telepon memberikan jawaban atas pertanyaan Ibu tentang besarnya tagihan telepon bulan ini.

Nani menjelaskan kepada Ibu, “Bu, disini tercetak ada 6 kali sambungan interlokal ke kota Kuningan dan 2 kali ke kota Surabaya. Besar biayanya cukup besar. Apakah pada bulan yang lalu Ibu pernah bicara dengan seseorang di Kuningan dan Surabaya?”
“Tidak, Ibu tidak bicara dengan seseorang di Kuningan, apalagi di Surabaya.” Sahut Ibu.
“Kalau begitu siapa ya yang mempergunakan telepon Ibu. Adakah orang lain yang menginap di trumah Ibu? kata Nani.
“ Tidak ada, selain pembantu yang baru 3 bulan bekerja di rumah Ibu.” sahut Ibu kami.
“Apakah ia berasal dari Kuningan?” kata Nani kemudian.
“Iya benar, ia berasal dari sana.” kata Ibu.

Ibu memanggil si Bibi yang berusia setengah baya.
“Bibi, apakah bulan yang lalu pernah mempergunakan telepon kami?
“Tidak Nyah, saya tidak pernah.” sahut si Bibi.
“Bi, berkatalah dengan jujur. Bibi berasal dari Kuningan. Tagihan telepon bulan ni besar sekali dan pernah dipakai untuk interlokal ke Kuningan sebanyak enam kali dan Surabaya dua kali. Apakah Bibi telah memepergunakan telepon di rumah ini?” Ibuku berkata dengan sengitnya.
Si Bibi terdiam sejenak dan ketika perbuatan bohongnya diketahui Ibu kami, ia menjawab

”Betul, Nyah saya memakainya.” dengan raut wajah tidak senang.
Ibu kami berkata lagi “Bi, kalau mau pinjam telepon boleh saja, tetapi bilang dulu, sebab biaya interlokal itu mahal.”
Si Bibi mendadak njeletuk seenak perutnya sendiri “Kalau begitu saya maling ya.”
Nani cepat menjawab “Kami tidak berkata begitu, Bi. Yang bilang maling si Bibi sendiri.”

“Kami keberatan kalau tagihan biaya interlokal itu, kami yang membayar.” kata Ibu kami.
Si Bibi menjawab dengan entengnya “Biarlah gaji saya dipotong dengan cara mencicil biaya telepon itu Nyah.” Sombong benar dia, gaji yang tidak besar mana cukup untuk bayar pulsa telepon yang membengkak?

Rupanya si Bibi berbicara dengan salah satu anaknya dan ketika satu kali perbuatannya tidak diketahui dan tidak ada teguran dari Nyonya rumah, Bibi melakukan lagi sampai beberapa kali. Dikiranya perbuatannya itu tidak diketahui oleh siapapun. Benar Ibuku tidak mengetahui, tetapi program komputer di Kantor Telepon mencatat semua pulsa yang dipakai oleh setiap pemilik nomer telepon secara 24 jam sehari.

Ibu berkata kepada si Bibi “Kalau begitu mulai bulan depan gaji Bibi akan dipotong cicilan biaya telepon selama lima kali.”
Setelah kejadian itu tidak ada lagi keluhan besarnya tagihan biaya telepon di rumah Ibu. Pesawat telepon itu akhirnya dilindungi dengan kotak telepon yang dapat di kunci sehingga dengan demikian telepon itu hanya dapat menerima saja dan kalau hendak bicara kepada orang lain kami harus membuka kunci gembok kecil terlebih dahulu.

Akhirnya pembantu rumah tangga itu diberhentikan dua minggu setelah kejadian itu. Saat ini sukar mencari pekerjaan. Ketika sudah mendapat kerja, lalu berbuat tidak sepatutnya. Penyakitnya dibuat sendiri, dipecat dari pekerjaannya.

Pesan moralnya:
Sering kali kita mendapat kepercayaan dari orang lain, tetapi sering kali kita menyalahgunakan kepercayaan itu. Akhirnya orang tidak mempercayai kita lagi dan sukar mengembangkan usaha kita.!

3 komentar:

  1. Anonim7:56 AM

    pulsa telp.membengkak ? saya pernah mengalaminya. dan itu selama dua -tiga tahun lebih. setiap bulannya.
    Gara-garanya simple. Saya keranjingan ngenet make line telp. telkomnet instant. sampe 400ribuan tiap bulannya. dan saya membayarnya dengan gaji bulanan yang saya miliki.
    Syukur sejak enam bulan lalu saya mengenal starone. sehingga biaya ngenet dalam waktu yang jauh lebih lama, saya bayar hanyalah sekitar 100ribuan. He...

    BalasHapus
  2. To Pande Baik: Iya, saat ini tidak ada yang Garais, kecuali hirupan Oksigen dari udara yang kita hirup pemberian Tuhan. Kalau di ICU sekali hirup Rp. 1.000,- 1 malam habis 1 tabung, berapa Rp. yang harus keluarga pasien bayar?? Akses Internet mana ada yg Gratis, semua ada harganya yang masih belum turun-turun. Kapan Internet di Inonesia bisa Gratis ya? Salam Sukses.

    BalasHapus
  3. To Verial Cell,

    Makasih atas informasinya.

    Nah...bagi para Blogger yang berminat siahkan menghubungi alamat tadi. Terima kasih.

    BalasHapus