Sudah 1 minggu Opa Sugeng ( bukan nama sebenarnya ), 84 th mengeluh gangguan b.a.k. Opa harus ngeden kalau mau b.a.k. Setelah b.a.k. Opa masih ingin b.a.k. lagi. Parameter kesehatan Opa ini dalam batas normal. BB: 41 kg.
6 bulan yang lalu isterinya Oma T, warga Panti Wreda Kasih, juga meninggal dunia. Sejak 5 tahun yg lalu saat saya mulai melayani disini Oma T sudah tidak dapat berjalan lagi, menderita Paraplegia. Opa S merasa kehilangan atas kepergian isteri tercintanya.
Opa S tidak mempunyai sanak famili lagi sehingga ia tinggal di Panti. Saat ini di Panti ada 8 orang Oma & Opa, dengan kisaran usia antara 60 -86 tahun.
Terhadap Opa S, saya membuat Diagnosa kerja : BPH ( Benign Prostat Hypertrophy ), suatu pembesaran kelenjar Prostat yang bias terjadi pada laki-laki usia lanjut. Pembeseran Kelenjar ini akan menjepit saluran kencing ( urethra ) sehingga bila ingin b.a.k. penderita harus ngeden dahulu untuk mengosongkan isi kandung kencing ( Vesica urinari ).
Saya meminta petugas Laboratorium Klinik terdekat untuk mengambil Darah dan Urine Opa S. dan hasilnya dalam batas nbormal. Dari pemeriksaan USG terdapat hasil: Pembesaran Kelenjar Prostat ( BPH ). Saya memberikan resep kapsul anti BPH yang diminum sehari 1 x 1 kapsul.
Setelah melapor dan berunding dengan pengurus Panti, kami sepakat untuk merujuk Opa S kepada Dokter Ahli Urologi.
Jawaban Rujukan yang saya terima bahwa: Opa S menderita BPH dan memberikan Surat Permintaan Pemeriksaan Darah atas PSA ( Prostat Spesific Antigent ). Hasilnya menunjukan nilai 4 kali lebih besar dari pada normal ( 41,5 ). Dr. Urologi mengusulkan untuk dilakukan tindakan Biopsi ( pengambilan sedikit jaringan dan diperiksa dengan Mikroskop ). Bila hasilnya Kanker Prostat, maka akan dilakukan Plan A yaitu: Orchidectomy ( pengangkatan 2 buah biji kelamin / Testis )
Saya berunding dengan Pak S, karena kondisi Opa S cukup serius. Saya minta agar dalam Rapat Bulanan Pengurus Panti tgl 16 Maret 2009 agar masalah ini dibicarakan dengan anggota Pengurus Panti yang lain.
Mengingat faktor usia Opa S yang sudah sepuh, semua tindakan invasif akan sangat riskan. Tindakan Biopsi juga akan memberikan peluang mempercepat penyebaran sel-sel kanker ( metastase ) ke tempat-tempat yang lain melalui aliran darah.
Bila tidak dioprasi, Dr. Ahli Urologi akan mengambil Plan B yaitu memberkan obat suntik anti kanker ( chemotherapy ) yang harganya per injeksi cukup mahal. Obat Chemotherapy ini juga mempunyai efek samping yang merepotkan antara lain: mual, muntah, rambut rontok dll yang akan menambah penderitaan pasien. Biaya yang besar juga akan menyedot keuangan Panti Wreda yang sebagian besar didukung oleh Gereja.
Kalau didiamkan, kesehatan Opa S juga akan menambah penderitaan Opa S. Saat in pendengaran Opa S sudah snagat berkurang. Gangguan syaraf pendengaran ini umum diderita oleh para Lansia.
Semoga kami mendapat solusi terbaik bagi Opa S.
Penyakit Kanker juga berkaitan dengan jenis kelamin penderita.
Pada kaum Wanita biasa terjadi: Kanker Payudara atau Kanker Leher Rahim.
Pada kaum Pria biasa terjadi: Kanker Paru-paru atau Kanker Prostat.
Berupaya dan berdoalah, agar kita tidak menjadi sakit. Amin.
6 bulan yang lalu isterinya Oma T, warga Panti Wreda Kasih, juga meninggal dunia. Sejak 5 tahun yg lalu saat saya mulai melayani disini Oma T sudah tidak dapat berjalan lagi, menderita Paraplegia. Opa S merasa kehilangan atas kepergian isteri tercintanya.
Opa S tidak mempunyai sanak famili lagi sehingga ia tinggal di Panti. Saat ini di Panti ada 8 orang Oma & Opa, dengan kisaran usia antara 60 -86 tahun.
Terhadap Opa S, saya membuat Diagnosa kerja : BPH ( Benign Prostat Hypertrophy ), suatu pembesaran kelenjar Prostat yang bias terjadi pada laki-laki usia lanjut. Pembeseran Kelenjar ini akan menjepit saluran kencing ( urethra ) sehingga bila ingin b.a.k. penderita harus ngeden dahulu untuk mengosongkan isi kandung kencing ( Vesica urinari ).
Saya meminta petugas Laboratorium Klinik terdekat untuk mengambil Darah dan Urine Opa S. dan hasilnya dalam batas nbormal. Dari pemeriksaan USG terdapat hasil: Pembesaran Kelenjar Prostat ( BPH ). Saya memberikan resep kapsul anti BPH yang diminum sehari 1 x 1 kapsul.
Setelah melapor dan berunding dengan pengurus Panti, kami sepakat untuk merujuk Opa S kepada Dokter Ahli Urologi.
Jawaban Rujukan yang saya terima bahwa: Opa S menderita BPH dan memberikan Surat Permintaan Pemeriksaan Darah atas PSA ( Prostat Spesific Antigent ). Hasilnya menunjukan nilai 4 kali lebih besar dari pada normal ( 41,5 ). Dr. Urologi mengusulkan untuk dilakukan tindakan Biopsi ( pengambilan sedikit jaringan dan diperiksa dengan Mikroskop ). Bila hasilnya Kanker Prostat, maka akan dilakukan Plan A yaitu: Orchidectomy ( pengangkatan 2 buah biji kelamin / Testis )
Saya berunding dengan Pak S, karena kondisi Opa S cukup serius. Saya minta agar dalam Rapat Bulanan Pengurus Panti tgl 16 Maret 2009 agar masalah ini dibicarakan dengan anggota Pengurus Panti yang lain.
Mengingat faktor usia Opa S yang sudah sepuh, semua tindakan invasif akan sangat riskan. Tindakan Biopsi juga akan memberikan peluang mempercepat penyebaran sel-sel kanker ( metastase ) ke tempat-tempat yang lain melalui aliran darah.
Bila tidak dioprasi, Dr. Ahli Urologi akan mengambil Plan B yaitu memberkan obat suntik anti kanker ( chemotherapy ) yang harganya per injeksi cukup mahal. Obat Chemotherapy ini juga mempunyai efek samping yang merepotkan antara lain: mual, muntah, rambut rontok dll yang akan menambah penderitaan pasien. Biaya yang besar juga akan menyedot keuangan Panti Wreda yang sebagian besar didukung oleh Gereja.
Kalau didiamkan, kesehatan Opa S juga akan menambah penderitaan Opa S. Saat in pendengaran Opa S sudah snagat berkurang. Gangguan syaraf pendengaran ini umum diderita oleh para Lansia.
Semoga kami mendapat solusi terbaik bagi Opa S.
Penyakit Kanker juga berkaitan dengan jenis kelamin penderita.
Pada kaum Wanita biasa terjadi: Kanker Payudara atau Kanker Leher Rahim.
Pada kaum Pria biasa terjadi: Kanker Paru-paru atau Kanker Prostat.
Berupaya dan berdoalah, agar kita tidak menjadi sakit. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar