Jumat 13 Maret 2009 ketika saya memeriksa warga Panti Wreda Kasih, perasaan saya terusik juga.
Ada warga Panti yang baru masuk.
Oma Titin ( bukan nama sebenarnya ), 71 tahun.Oma Titin menderita gangguan penglihatan akibat penyakit Katarak mata yang dideritanya. Ia dituntun oleh Opa Mulyadi ( bukan nama sebenarnya ).
Saya bertanya kepada Ibu Sari ( bukan nama sebenarnya ) selaku Ibu Panti “Mengapa Opa Mulyadi menuntun Oma Titin?”
Ibu Sari menjawab “ Dok, mereka dulu adalah suami-isteri.”
“Suami-isteri?” saya tidak percaya oleh karena informasi yang saya dapat, Opa Mulyadi sudah tidak mempunyai sanak keluarga, kecuali seorang kakak yang kini tinggal di Bandung.
Setelah saya memeriksa kesehatan Oma Titin, saya minta Opa Mulyadi duduk dan sedikit wawancara.
Opa Mulyadi berkisah “Dok, kami dulu suami-isteri. Oleh karena saya tidak cukup penghasilan setiap bulan, maka sejak tahun 1981 kami berpisah. Hidup masing-masing. Hidup saya terlunta-lunta dan akhirnya oleh Gereja ditampung di gedung Panti ini.”
Saya bertanya “Sekarang Opa Mulyadi dan Oma Titin bertemu lagi bahkan hidup dalam satu gedung Panti. Bagaimana perasaan Opa ?”
Opa Mulyadi menjawab “Saat ini dan dia tidak ada perasaan apa-apa lagi. Biarlah kami berteman saja. Kami sudah tua, Dok.”
Rupanya mereka masih mengingat kenangan manis yang pernah mereka alami.
Kami tidak menduga rencana Tuhan yang telah mempertemukan kembali dua insan sejoli di hari tua mereka.
Rupanya mereka juga tidak menyangka mereka akan bertemu lagi. Sudah tidak ada cinta lagi tetapi rasa cinta telah berganti menjadi pertemanan.
Semoga mereka hidup damai di gedung Panti Wreda Kasih. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar