8 Maret 2008 pukul 17.30 saya menerima telepon dari Ibu Solihin. Ia minta kedatangan saya di rumahnya di Gang anu Nomer sekian.
Pak Solihin ( bukan nama sebenarnya ) adalah mantan seorang Guru SD. Putra dan putri kami ketika SD sekolah di sekolah yang sama dimana Pak Solihin mengajar.
“Ada apa Bu?” saya bertanya
Ibu Solihin menjawab “Dok, tolong periksa, apakah Bapak masih hidup atau sudah pergi?”
Saya terhenyak. Setiap hari Minggu pada kebaktian pagi saya dan isteri selalu bertemu dengan Pak dan Ibu Solihin ini. Benarkah Pak Solihin meninggal dunia? Kalau isterinya tidak yakin, apalagi saya. Benarkah? Masih hidupkah?
Saya segera meluncur ke alamat mereka. Saya minta agar ada seseorang yang menunggu di Gang anu agar saya tidak tersesat, maklum hari menjelang malam.
Setibanya di rumah Pak Solihin, saya melihat sudah banyak tetangga yang berdatangan, termasuk teman Sejawat Guru-guru Pak Solihin. Beliau orang yang rendah hati sehingga banyak teman. Pak Solihin juga senang olah raga Tennis dan menjadi Pelatih Tennis untuk beberapa kenalan saya.
Segera saya memeriksa tubuh Pak Solihin yang terbaring diatas sebuah bed.
Pupil mata: midriasis total, reflex pupil negatip. Tidak terdengar Bunyi Jantung dan Pernafasan. Suhu tubuh masih hangat yang menunjukkan kepergian Pak Solihin belum lama terjadi.
Dalam hati saya membatin: “Ya Tuhan, Engkau sudah memanggil Pak Solihin.” Waktu saat itu menunjukkan pukul 17.55.
Saya sering mendapat panggilan keluarga pasien dengan permintaan: apakah sudah meninggal atau belum. Sebenarnya keluarga pasien sudah tahu tetapai untuk lebih memaqstikan mereka meminta bantuan seoramg Dokter.
Dalam keadaan demikian, sering kali saya sulit berbicara untuk menyampaikan berita bahwa seseorang sudah pergi dipanggil Yang Maha Kuasa. Sering kali saya mendapat umpatan dari pihak keluarga yang memprotes pernyataan saya bahwa keluarganya sudah meninggal dunia. “Tidak, tidak, Bapak/Ibu kami masih hidup.” Sepertinya pihak keluarga almarhum tidak ikhlas kalau beliau beliau sudah dipanggil Tuhan. Kemudian terdengarlah suara tangisan yang bersahut-sahutan. Saya paling tidak tahan berada di dalam ruangan seperti itu dalam keadaan mencekam. Berkata sudah meninggal salah, berkata belum meninggal juga salah, diam membisu juga salah. Apa yang akan saya katakan ditunggu-tunggu oleh pihak keluarga. Meninggal atau masih hidup? Saya kok seperti seorang Hakim yang menjatuhkan Vonis dengan memukul Palu diatas meja hijau.
Demikan pula pada saat itu. Isteri Pak Solihin masih bertanya apakah benar suaminya sudah pergi? Sambil membuat Surat Kematin, saya membenarkannya dan berkata “Tunggu sajalah 2 jam lagi. Kalau Pak Solihin bangun berarti Bapak belum dipanggil Tuhan, tetapi kalau tidak bangun, ikhlaskanlah kepergian Bapak. Kalau Bapak dapat bangun lagi, berarti saat ini Bapak dalam keadaan mati suri.” Dari KTP saya melihat usia Pak Solihin 66 tahun, belum 70 tahun seperti yang tertulis dalam kitab Mazmur 90:10.
Ibu Solihin berkata “Iya Dok. Semoga ada mujizat, Bapak belum pergi.”
“Iya semoga” saya menjawab keinginan Ibu Solihin.
Masih adakah Mujizat pada saat ini?
Bagi orang yang beriman kuat mujizat itu dapat terjadi, tetapi tidak tahu dalam bentuk apakah itu?
Sebagai manusia, kita tidak bisa menawar kehendak Tuhan Yang Maha Pengasih.
Saya mohon pamit kepada Ibu Solihin yang tampak tegar. Tidak demikian Ibu mertua Pak Solihin, nenek ini mengangis meraung-raung ketika saya menyampaikan bahwa Pak Solihin sudah dipanggil Tuhan. Mungkin sekali nenek ini sangat sayang kepada anak mantunya.
Met jalan, Pak Solihin.......
Mukjizat bagi saya secara pribadi kurang lebih dapat diartikan begini Dok.
BalasHapusApril 2007, saya akhirnya setelah setahun berobat medis, divonis TIDAK AKAN MEMILIKI KETURUNAN apabila saya tidak segera dioperasi. Waktu itu Dokter Spesialis yang menangani seksologi pria, mendiagnosa saya mengidap 'oligoasthenozoospermia'.
MEI 2007, saya berhenti berobat dan memutuskan mencari jalan alternatif lain.
JUNI 2007, kami (saya dan istri) menikah kembali, untuk yang kedua kalinya, setelah mencari hari baik dari gabungan perhitungan hari lahir kami.
JULI 2007, Istri Positif HAMIL.
Pada saat saya memeriksakan kehamilan Istri pada Dokter yang sama (yang memvonis saya), dia hanya berkata 'ini MUKJIZAT DARI TUHAN...'
To Pande Baik: Betul. Bagi Tuhan tidak ada yang tidak yang tidak mungkin. Benarkan? Mujizat itu emang ada, bagi yang iman kepadaNya. Selamat ya.
BalasHapus