Selasa, Maret 31, 2009

Memaksakan kehendak


Sore hari diatas banyak awan hitam. Mungkin nanti sore akan turun hujan di kota kami.
Saya teringat kejadian mingu yang lalu. Kisahnya begini.

Minggu yang lalu saya mempekerjakan 2 orang Tukang. Tugas mereka mencat jendela rumah kami yang sudah kusam akibat paparan sinar matahari bertahun-tahun.

Malam hari turun hujan dan lantai kamar putra kami basah akibat air mengalir di tembok. Rupanya air hujan yang merembes dari atap yang bocor.

Biasanya saya sendiri yang memperbaiki kerusakan kecil dalam rumah kami. Untuk urusan naik ke atap rumah untuk perbaiki genteng yang bocor, saya paling pantang melakukannya. Resiko terlalu besar, saya khawatir jatuh dan lebih baik pangil tukang yang biasa naik ke atas atap rumah.

Setelah naik ke atas, Pak A melaporkan bahwa kebocoran berasal dari genteng yang pecah dan genteng-genteng rumah kami sudah perlu diganti karena rapuh dan mudah pecah. Saya mengerti rumah yang kami tempati sejak 1991 sudah waktunya banyak perbaikan termasuk ganti genteng dan kayu yang lapuk.

Pak A, sang Tukang berkata ”Pak, sebaiknya genteng-genteng itu diganti, sebab mudah pecah kalau turun hujan besar.”

Saya menjawab “Iya kami ada rencana untuk itu, tapi nanti saja kalau musim kemarau.”

Pak ngeyel “Besok saja Pak digantinya.”

Dalam benak Pak A, rupanya membeli ribuan genteng, kayu dan ongkos tukang bagi Dokter merupakan masalah kecil. Pak A ini beranggapan uang tidak masalah bagi Dokter. Dokter sendiri dapat uang antara lain dari pasien juga. Lha kalau dia dan keluarganya kalau berobat maunya gratis lalu Dokter dapat uang dari mana? Harus ngumpulin dulu bukan?

Pak A berkata lagi “Sekarang saja Pak digantinya, kalau dibiarkan malah makin rusak.”

Saya menjawab “O….tidak ada orang yang ganti genteng atap rumah dalam musim hujan. Kalau hujan air akan membasahi rumah.”

Pak A berkata lagi “Kalau kami mau pulang sore hari, kami pasang lembaran terpal plastik agar air hujan tidak jatuh ke dalam rumah. Saat ini kami belum ada panggilan untuk bekerja, jadi kami bisa kerja besok atu lusa”

Nah ketahuan rahasianya kenapa ia ngotot minta pekerjaan. Ia sedang tidak ada kerjaan dan tidak punya uang, lalu ngotot minta pekerjaan dari saya untuk mengganti semua genteng atap rumah kami. Biayanya cukup banyak untuk bahan dan ongkos kerja Tukang.

Kalau alasan uang yang Pak A pakai untuk bertanya, maka saya pakai juga alasan uang untuk menjawabnya.

Pak A berkata “Kenapa Pak Dokter tidak segera mengganti genteng itu sekarang?”

Saya menjawab dengan sebuah pertanyaan “Pak A, untuk semuanya saya harus menyediakan banyak uang bukan? Uangnya belum tersedia sekarang. Lalu saya beli genteng, kayu dan bayar ongkos Tukang dengan apa?”

Pak A tersentak juga. Dia tidak sadar bahwa masalah keuangan dalam jumlah jutaan juga merupakan problem bagi Dokter. Dia pikir Dokter seperti mesin ATM yang setiap saat dapat diambil uangnya. Enak juga kalau begitu, tetapi kalau setiap hari diambil dan tidak penah mengisi mesin itu, tentu suatu saat mesin ini tidak dapat mengeluarkan uang lagi.

Pesan moralnya:
Janganlah memaksakan kehendak kita kepada orang lain, tetapi bertindaklah win-win solution yang lebih bijaksana.



Senin, Maret 30, 2009

Cara meminta




Kisah nyata ini di salin dari Buku “SMALL MIRACLE”, 68 kisah nyata tentang kebetulan-kebetulan tak terduga yang memperkaya jiwa, Yitta Halberstam & Yudith Leventhal, PT Gramedia Jakarta 1999, halaman 136 – 140.

Kisah-kisah semacam ini sering saya baca dan mirip dengan suatu Tehnik Visualisasi. Kalau kita ingin meraih sesuatu, bayangkan itu sudah terjadi dan bertindaklah kita sedang menimatinya apa yang kita inginkan tadi.

Selamat membaca dan mencobanya.


***
Pada tahun 1995, Susie Henderson yang berusia 45 tahun dan tidak pernah menikah, merasa bosan dengan pekerjaannya yang tidak menarik. Karena merasa kecewa dengan kegagalan psikoterapi yang ditempuhnya untuk menciptakan perubahan berarti dalam hidup pribadinya, ia memutuskan untuk memutuskan hubungannya yang telah terjalin dengan psikolognya. Ia ingin mencoba cara lain yang idak terlalu konvensional. Ia mendaftarkan diri untuk ikut serangkaian program “pertumbuhan pribadi” yang diadakan tiap akhir minggu, juga ikut meditasi, berdoa, belajar di sebuah pusat retreat New Age, bahkan berkonsultasi dengan satu-dua orang Paranormal.

Tapi semua usaha itu tidak menghasilkan metamorfosis yang diharapkannya. Kemudian seorang teman menyarankannya menemui seorang pembimbing spiritual yang menerapkan prinsip-prinsip sprirituil ke dalam proses psikoterapi. Sekarang akhirnya Susie mulai mengalami perubahan pribadi yang selama ini dicari-carinya. Ia tidak begitu banyak lagi mendapat kesulitan dalam hubungannya dengan pria. Ia bisa membentuk hubungan yang lebih stabil dengan mereka, dan pada akhirnya bisa membebaskan diri dari belenggu yang mengikatnya pada pekerjaannya yang membosankan.

 Salah satu tehnik yang diajarkan pembimbing spiritual Susie adalah meminta alam semesta untuk memberikan apa pun yang benar-benar diinginkannya. Dalam sesi pelajran, Susie sering mengeluh bahwa Tuhan tidak pernah mengabulkan kebutuhan-kebutuhannya. Ahli terapi yang menanganinya bertanya, “Apa kau pernah sungguh-sungguh meminta?
 “Apa maksud Anda, meminta?”
 “Alam semesta ini kaya dan berlimpah, kata sang ahli terapi. “Kau tinggal meminta apa yang kau inginkan pada Tuhan. Tapi ada caranya.” Lalu ia mengajarkan pada Susie cara meminta yang baik. Ia menekankan bahwa kita harus sangat spesifik kalau menyampaikan permintaan. Kita mesti mengatakan dengan tepat, apa yang kita inginkan, kapan tepatnya, berapa banyak dan untuk tujuan apa. Susie yang semula skeptis. Merasa terkejut ketika ternyata sebagian besar permintaannya kepada Tuhan…dikabulkan.

Suatu hari, dalam pekerjaannya yang baru sebagai resident manager di sebuah Panti Tuna Grahita ( anak cacad ), Susie mengadakan sesi “mencapai sasaran” dengan para pembimbing yang tergabung dalam satfnya. Orang-orang ini banyak menangung beban mental dalam bekerja menangani para penderita cacat tersebut dan sesi itu mereka gunakan sebagai kesempatan untuk menyampaikan keluhan. Susie berkeliling ruangan dan menerapkan strategi yang pernah diajarkan padanya oleh ahli terapi yang dulu menanganinya. Ia melatih para stafnya ini untuk mencapai sasaran mereka. Orang-orang itu menertawakan latihan tersebut, tapi Susie meminta mereka agar jangan mengatakan tidak percaya dulu.
“Mari kita bicarakan, perubahan apa yang kalian inginkan terjadi di lingkungan kerja,” Susie memulai. Pada Denise, seorang kayawan yang tidak ramah dan selalu mengeluh, ia menantang, “Perubahan-perubahan apa saja yang bisa meningkatkan kepuasanmu dalam bekerja? Apa yang kau inginkan untuk terjadi? Kalau kau punya tongkat ajaib, skenario baru apa yang ingin kauciptakan?”
 “Apa yang kuinginkan untuk terjadi?” teriak Denise yang merasa senang bisa melampiaskan kemarahan dan rasa frustrasinya. “Aku sudah bosan melihat salah satu pasienku, si Karen yang malang itu, menunggu di balik jendela setiap hari, menanti kunjungan kerabatnya yang tidak pernah muncul. Tidak ada anggota keluarga yang datang menengoknya. Ibunya sudah 6 bulan tidak berkunjung. Aku kasihan sekali padanya..aku tidak sanggup lagi melihat penderitaannya.”
 “Oke,” kata Susie sambil menggangguk memberi semangat. “Jadi, apa persisnya yang kauinginkan?”
 “Aku ingin keluarganya datang berkunjung.”
 “Baik, coba ucapkan permintanmu itu dalam kalimat yang tepat,” kata Susie.
 Susie membimbing Denise selama beberapa menit, sampai Denise bisa mengucapkan sendiri permintannya dengan berdiri di tengah ruangan itu, sesuai dengan yang pernah diajarkan pada Susie oleh ahli terapinya dulu.
“Dengan ini saya membuat komitmen bahwa ibu dan kerabat Karen lainnya akan lebih sering mengunjunginya.”
 “Seberapa sering?” tanya Susie “Kau mesti mengucapkannya secara mendetail.”
Denise mengulangi permintannya. “Dengan ini saya menetapkan bahwa Ibu Karen akan datang setiap 2 bulan sekali.”
 “Bagus!” kata Susie sambil bertepuk tangan. “Oke, sekarang kita lihat apa yang terjadi.”
 Tepat keesokan harinya ibu Karen muncul di panti itu untuk pertama kalinya sejak 6 bulan. Mata Susie berbinar-binar ketika Denise menceritakan kabar itu padanya. “Menurutmu kenapa dia datang?” tanya Susie.
“Uhh..mungkin ada yang meneleponnya supaya datang,” Denise bergumam tak percaya.
 “Tanyakan padanya, apa yang membuat dia datang kemari hari ini,” kata Susie.
 Ketika ditanya demikian, ibu Karen menggeleng.
“Tidak, tidak ada yang meneleponku. Aku kebetulan berada disekitar sini, dan memutuskan untuk mampir.”
Dua hari kemudian, nenek Karen yang sudah 4 tahun tidak pernah datang berkunjung, muncul. “Apa ada yang menelepon dan menyuruh anda datang?” tanya Denise yang terperanjat melihatnya.
“Tidak,” sahut sang nenek. “Aku cuma kebetulan memikirkan Karen, itu saja. Ada sesuatu...aku tidak ingat apa itu…yang membuatku berpikir tentang dia.”
Hari berikutnya bibi Karen datang, lalu sehari sesudahnya sepupunya yang berkunjung. “Astaga,” kata Denise pada Susie, saat para kerabat itu masuk ke kamar Karen.
“Dalam seminggu ini Karen lebih banyak mendapat pengunjung daripada biasanya sepanjang tahun.”
“Nah, bagaimana pendapatmu?” tanya Susie dengan persenyum.
 “Oh, sudah jelas bagiku,” kata Karen dengan penuh keyakinan. “


Catatan:

Kisah ini dengan jelas menggambarkan kekuatan kepercayaan dan pengaruh-pengaruh yang ditimbulkannya pada 2 tingkatan yang sama sekali berbeda. 

Di satu tingkat, kita mengalami awal kesadaran spiritual bahwa apa yang kita percayai bisa menjadi kenyataan – itulah pelajaran yang disampaikan oleh ahli terapi yang membimbing Susie dan kemudian diteruskan oleh Susie kepada stafnya. 

Pada tingkatan yang lainnya, kita belajar dari reaksi Denise tentang kebenaran yang paling penting, bahwa pada dasarnya, kebanyakan orang hanya melihat apa yang yang ingin dilihatnya dalam hidup dan bahwa pada akhirnya mata kita melihat dari dalam hati.






Minggu, Maret 29, 2009

Dokter







Banyak pasien yang datang berobat ke tempat praktek umum saya, melihat beberapa pigura foto yang digantung pada dinding di belakang tempat duduk saya. Pigura itu terdiri dari: Surat Registrasi Dokter, Surat Ijin Praktek, Pasfoto saya, isteri dan 2 foto Wisuda putra dan putri kami. Banyaknya pigura itu membuat rame, ada banyak penampakan bagi pasien saya, setelah itu mereka berkomentar “Wah...Dokter sudah enak, anak-anak sudah lulus Perguruan Tinggi. Enak jadi Dokter.”

Penilaian mereka bahwa saat ini kami yang suami-isteri dokter, sudah punya rumah sndiri, mobil mininus, sudah pensiun dari PNS, putra/i sudah selesai study S1 & S2 dinilai sudah sukses.

Ucapan mereka ada benarnya. Kalau dilihat saat ini, ucapan mereka benar, tetapi mereka tidak tahu bagaimana saya harus melewati masa-masa sulit saya ketika baru buka prakter dokter umum.

Juni 1979 saya diwisuda sebagai Dokter Umum. Isteri saya 1 tahun kemudian.
Ketika saya dan banyak lulusan dokter dari Fak. Kedokteran seluruh Indonesia mendaftar di Departemen Kesehatan yang saat itu berlokasi di Jl. Prapatan, Jakarta (sekarang di Jl. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta ), saya kena damprat dari Dokter Br. yang bertugas menerima pendaftaran dokter yang baru lulus.

Di depan antrian saya ada 2 Teman Sejawat se Alma Mater saya yang sama-sama baru lulus .
Ketika Dr. Suherman ( bukan nama sebenarnya ) menjawab mau pilih Propinsi Kalimnatan Barat, Dokter Br. memberi komentar “ Bagus, ini putra Indonesia.” Tentu saja ia pilih Kalbar sebab ia berasal dari Pontianak, mosok pilih Propinsi lain untuk tempat bertugas.
Ketika Dr. Joni ( bukan nama sebenarnya ) menjawab mau pilih propinsi Irian Jaya, Dokter Br lagi-lagi berkomentar “Bagus, ini putra Indonesia.” Lha wong dia berasal dari Biak, tentu ia ingin pulang kampung, jadi dokter disana.
Kalau saya yang berasal dari Jabar, ya kembali ke Jabar lah, mosok pilih Kalbar. Ngapain?

Para lulusan dokter yang mendaftar dan mau pilih Propinsi diluar P. Jawa dianggap bagus ( putra Indonesia. Emang kalau pilih dalam Jawa bukan putra Indoinesia? ), artinya mau kerja tidak hanya di P. Jawa saja.

Ketika saya ditanya oleh Dr. Br “Mau pilih Propinsi mana?”
Jawaban saya “Mau pilih Jawa Barat, Dok.”
Tampaknya Dr. Br tidak suka dan wajahnya ditekuk, sambil mendamprat saya “Ah elu banci.” Lah… kalau semua dokter pilih luar Jawa, siapa yang kerja di dalam Jawa?

Dr.Br bertanya “Apa alasannya saudara pilih Jawa, heh?”
Saya jawab “Isteri saya masih kuliah di tingkat terakhir Fak. Kedokteran di Maranatha, Bandung. Ini Dok, surat dari Dekan kami,” sambil menyerahkan Surat tsb.

Melihat memenuhi persayaratan untuk dapat jatah Propinsi di P. Jawa, Dr. Br berkata “Kalau begitu, saudara, minggu depan datang lagi untuk proses selanjutnya.”
Para Dokter baru yang daftar minta kerja di P. Jawa dikumpulkan lagi pada minggu berikutnya. Saya bolak balik dari Bandung ke Jakarta beberapa kali, demi penempatan yang menyangkut nasib saya. Dep. Kes hanya menentukan tingkat Propinsi mana para lulusan dokter baru ini akan ditempatkan.

Setelah mendapat SK ( Surat Keputusan ) Mentri Kesehatan R.I. tentang penempatan saya selaku Dokter Inpres ( Instruksi Presiden, yang mengatur Dokter Puskesmas ) di Prop. Jabar, hari berikutnya saya mendatangi Kanwil ( Kantor Wilayah ) Dep. Kes. R.I. Prop. Jabar di Jl. Pasteur, Bandung.

Kepada petugas yang menerima para Dokter lulusan baru, saya berkonsultasi penempatan kerja saya berikutnya. Setelah melewati perbincangan yang agak rumit saya mendapat penempatan di Kabupaten Cirebon. 

Oleh Dr. A.A. ( almarhum ) Kepala Dokabu ( Dokter Kabupaten ) Cirebon, saya diterima dengan baik. Untuk penempatan kerja saya, ada 3 pilihan Kecamatan yang dapat saya pilih ( baik benar Bapak Dokabu ini ). Saya diantar Pak A.S. selaku Sekretaris Dokabu dengan Jip Dinas Dokabu untuk survey 3 wilayah Kecamatan di Kab. Cirebon. Kisah selanjutnya saya tulis dengan topik “Pengalaman bekerja di Puskesmas Cirebon Utara Kabupaten Cirebon” dalam Blog saya ini ( 05//11/05 ). Saya bekerja selama 3 tahun di Kab. Cirebon dan selanjutnya saya mutasi kerja ke Kotamadya ( sekarang Kota ) Cirebon.

6 bulan sebelum saya menerima SK penempatan di Prop Jabar saya bekerja honorer di Poliklinik Polri di Jl. Lodaya. Pasiennya cukup banyak sekitar 150 pasien per hari. Sebagai uang transport setiap bulan saya mendapat Rp. 20.000,- dan sekaleng Susu jatah ABRI. Tidak cukup sih, tapi lumayan, kerja dulu agar ilmu tidak lupa bila dipakai. Setiap tiba di Poliklinik dengan naik Vespa, kadang ditertawakan oleh pasien-pasien yang Polisi. Dokter kok naik Vespa. Apa boleh buat. Vespa dan Honda Bebek belum laku terjual sehingga mobil belum punya.

Bulan April 1980 saya mulai bekerja di Puskesmas Cirebon Utara ( yang saya pilih ).
Singkat kata: rumah Dinas yang dijanjikan tersedia, ternyata baru dibangun setahun kemudian. Saya harus menumpang di rumah Ortu saya di kota Cirebon. Jarak 4,5 Km saya tempuh setiap hari dengan naik Vespa pinjaman ayah saya. Puskesmas punya motor Dinas Suzuki yang sudah tua juga. Saya pilih lebih baik naik Vespa pinjaman ayah saya dan motor dinas dapat dipakai oleh Staf Juru Imunisasi bila bertugas ke desa-desa dalam wilayah kerja Puskesmas kami.

Kalau mobil Fiat 1958 kami tidak mogok, saya mengendari Fiat ini. Fiat jadul ( jaman dulu ) ini saya beli setelah saya jual Vespa 1973 dan isteri saja jual Honda Bebeknya, total dapat uang Rp. 900.000,-. Dengan uang segitu kami hanya dapat beli Sedan Fiat 1958. Meskipun sudah tua, kami masih mengenang dan bersyukur ketika kami pulang kampung dari kota Bandung menuju kota Cirebon. Putra kami yang baru berunur 10 hari ikut dalam perjalanan ini ditemani dengan Ibu mertua saya yang sengaja datang menemani cucunya untuk pindah ke Cirebon setelah bertahun-tahun kuliah dan hidup di Bandung. Kami bersyukur Fiat tidak mogok di jalan.

Gaji sebagai calon PNS dalam 2 tahun pertama hanya menerima 80% dari gaji penuh, tentu tidak cukup. Oleh karena itu saya buka praktek pagi di rumah dinas dan praktek sore di suatu desa dengan ngontrak setiap tahun.

Saya masih ingat kalau musim hujan, pakaian saya sering basah meskipun pakai jas hujan sambil naik Vespa pinjaman ayah saya itu. Kalau punya beberapa pasien ( kadang tidak ada pasien ) malam hari sepulang praktek saya beli lauk untuk makan malam bersama isteri saya. Kami harus berhemat setiap hari sepanjang tahun.

Setelah isteri saya lulus, kerja di PMI dan Puskesmas di kota Cirebon maka pendapatan keluarga kami lebih baik, masih dapat nabung untuk biaya sekolah putra/i kami.

Puluhan tahun kami berjuang dan menabung akhirnya kami dapat nicil beli rumah dan mobil sederhana ( minibus Mitsubishi 500 cc, 2 silinder ). Setelah melewati masa-masa perjuangan yang tidak semudah membalikkan telapak tangan, kami memasuki masa Pensiun dini tahun 2000 dan isteri tahun 2001.

Dalam masa Pensiun kami inilah moment yang nampak pada pasien-pasien saya diawal kisah ini. Kalau mereka melihat track record kehidupan saya, tentu ceritanya lain. Dalam bayangan banyak orang, profesi dokter selalu menjanjikan yang bagus-bagus. Kenyataan di lapangan bisa berbeda, kalaupun itu dapat diraih maka itu merupakan suatu perjuangan selama bertahun-tahun dengan kerja keras. Setelah wisuda praktis aliran dana dari Ortu terputus dan kami harus bekerja dan berjuang keras unrtuk memenuhi semua kebutuhan hidup: mensubsidi ortu kami, membesarkan dan menyekolahkan putra/i kami, berupaya agar tetap sehat dengan makanan yang bergizi, kebutuhan tak terduga dll. Saya bersyukur mempunyai isteri, teman sekuliah yang juga bekerja keras. Pendapatan kami berdua lebih baik dari pada kalau hanya suami yang bekerja. Ceritanya akan berbeda kalau kami punya sarang burung walet. Tidak usah bekerja keras, uang akan mengalir deras. Kami bersyukur kalau Tuhan memberkati kerja keras kami, meskipun kami tidak mempunyai Yan o ( sarang burung ).

Apa yang kita tanam, itulah yang kita panen seperti moto hidup saya di halaman pertama Blog saya ini. Semoga Tuhan terus memberkati kami. Amin.




Sabtu, Maret 28, 2009

KEMURAHAN HATI YANG MENGEJUTKAN.


Kisah ini dikutip dari buku “Chicken Soup for the Christian Soul”, 57 kisah untuk Membuka Hati dan Membangkitkan Semangat, Jack Canfield, Mark Victor Hansen, Patty Aubery & Nancy Mitchell, 1997.

Kisah ni berawal ketika Robert Smith sedang berjalan-jalan di sore hari yg merupakan bagian terapinya untuk memulihkan tubuh dari serangan Jantung yang hebat, telepon berbunyi dan isterinya, Delores, menjawab.
Telepon itu dari Persatuan Undian Reader’s Digest di New York. Mereka menelepon untuk memberitahu keluarga Smith bahwa Robert baru saja memenangkan $1.500.000 dan dalam beberapa hari akan tiba cek yang dijamin oleh Bank. Seperti yang dapat anda bayangkan, Delores benar-benar kegirangan. Sekarang semua impiannya akan menjadi kenyataan.
 
Tetapi kemudian ia teringat kalau suaminya baru saja sembuh dari serangan Jantungnya yang dahsyat, dan dokter mengatakan tidak boleh ada kejutan akan hal apapun.
Delores takut jika ia memberitahu suaminya kalau mereka baru saja memenangkan jumlah yang besar tersebut, ia akan mendapat serangan Jantung lagi dan meninggal dunia. Apa yang harus dilakukan? Setelah sejenak memikirkannya, ia memutuskan untuk memanggil Pastor mereka dan meminta sarannya karena ia telah memiliki beberapa pengalaman dalam menyampaikan kabar yang sulit kepada banyak keluarga.
 
Dolores menelepon. “Halo, Pastor Baldwin…Ini Delores Smith.”
Sang Pastor menjawab, “Hai, Delores. Apa kabar ? Dan bagaimana kabarnya Bob?”
 
“Saya baik-baik saja, terima kasih. Demikian juga Bob. Ia sedang pulih dengan baikk. Saya memiliki masalah dan saya membutuhkan saran anda.”
 
“Tentu, jika saya dapat menolong dengan senang hati, jawab sang Pastor.
 “Begini, Pastor, saya baru saja mendapat telepon dari Undian Reader’s Digest yang memberitahukan bahwa Bob baru saja memenangkan $1.500.000 !”
 “Hebat sekali !” kata sang Pastor. “Tapi masalahnya apa ?”
 “Begini, saya takut jika saya memberitahu Bob, ia akan sangat terkejut sehingga ia akan mendapat serangan Jantung lagi dan meninggal dunia. Dapatkah anda menolong saya?”
 
“Baik, Delores, saya rasa saya bisa. Tunggu. Saya akan segera ke sana.”
 
Maka dalam waktu sekitar satu jam, Bob telah kembali dari jalan-jalannya, dan ia beserta Delores dan Pastor Baldwin berada di ruang kerja bercakap-cakap dengan santai. Sang Pastor membungkuk ke arah Bob dan berkata, ”Bob, saya memiliki sebuah masalah dan memerlukan saran anda.”
 
“Tentu, Pastor, jika saya dapat menolong, dengan senang hati,” kata Bob.
 
Sang Pastor mengambil nafas panjang dan berlanjut, “Ini adalah sebuah situasi teroritis mengenai kepelayanan Kristen. Apa yang akan dilakukan seseorang, anda misalnya, jika mendadak anda mengetahui kalau anda telah memenangkan $1.500.000 ? Apa yang akan anda lakukan dengan semua uang itu?”
 
“Mudah sekali”, jawab Bob, “Saya akan mulai dengan memberikan $750.000 pada gereja.”
 
Seketika, Pastor Baldwin mendapat serangan Jantung dan meninggal dunia!

Dikutip dari  
Moment for Pastors.









Jumat, Maret 27, 2009

Serba-serbi Kondom




Kondom atau Karet KB saat ini sudah begitu populer di masayarakat. 
Saat ini Kondom terbuat dari Karet yang kuat, tidak mudah robek. Indonesia sudah dapat membuat Kondom.

Penggunaan Kondom:
Semula Kondom dipakai sebagai alat KB ( Keluarga Berencana ), tetapi juga dipakai sebagai alat pelindung agar tidak tertular penyakit Kelamin ( Syphilis, Gonorrhoe, Kencing Nanah, HIV / AIDS., dll ).

Cara memakai Kondom:
Alat pencegahan agar tidak tertular penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan seks, sebaiknya di gunakan dengan benar.
Pasang Kondom ketika Penis dalam keadaan ereksi dan sebelum melakukan aktivitas seksual.
Memasang Kondom ketika sudah terjadi hubungan seksual adalah tidak benar, karena penyebab penyakit Kelamin sudah dapat ditularkan kepada pasangannya.
Kondom yang sudah dipakai, agar tidak digunakan lagi ( sekali pakai buang di tempat yang aman ).

Kegagalan penggunakan KB terjadi karena: Kondom robek yang dapat diakibatkan oleh:
1. Mutu Kondom yang jelek
2. Kondom robek ketika melakukan aktivitas seksual

Cairan pelumas Kondom:
Cairan atau minyak pada permukaan Kndom, dimaksudkan sebagai pelumas / pelicoin dan juga mengandung zat yang bertindak sebagai Spermaticide ( membunuh spermatozoa ).
Minyak pelumas ini pada beberapa wanita dapat menyebabkan reaksi alergi berupa rasa gatal / rasa panas sesaat setelah melakukan aktivitas seksual.
Hal ini dapat diatasai dengan cara mengganti merk Kondom yang dipakai.

Jenis-jenis Kondom:
Di pasaran sudah tersedia bermacam-macam: 
1. Merk Kondom ( merek Sutera, Durex dll ), 
2. Bentuk Kondom ( licin, bergerigi dll )
3. Warna Kodom ( hitam, pink, hijau dll ), warna Hitam di Jepang lebih banyak disukai dari pada warna lain.
4. Rasa Kondom ( strawberi, chocolate dll ) dg harga yamg lebih mahal dari Kondom tanpa rasa.

Kisah nyata tentang Kondom:

Ketika saya bekerja di Puskesmas pada tahun 1981 terjadi keributan di Poliklinik KB.
Terjadilah dialog antara Bidan Puskesmas dan seorang Bapak.
Pak A ini berkata kepada Bidan B. “Ibu Bidan kata Ibu bila saya menggunakan Kondom, maka isteri saya tidak akan hamil lagi. Tadi pagi isteri saya muntah-muntah dan hasil pemeriksaan Urinnya Positip Hamil. Ini bagaimana Bu. Kami sudah punya 5 orang anak. KB kami gagal.”

Bidan B. menjawab “Apakah Bapak sudah benar memakai Kondomnya?”

Pak A menjawab “Sudah Bu.”

Bidan B bertanya “Bagaimana Bapak memakai Kondom itu?”

Pak A berkata “Ketika kami akan melakukan hubungan kelamin, Kondom itu saya pasang di jari telunjuk saya, persis seperti pada penyuluhan KB yang Ibu adakan beberapa bulan yang lalu.”

Bidan B berkata “ Itu tidak benar cara pasangnya. Bukan pada jari telunjuk tetapi pada alat kelamin Bapak.”

Pak A berkata lagi dengan nada tinggi “ Lho, ibu kan bilang pasanglah demikian ( sambil menunjukkan jari telunjuknya ).”

Bidan B berkata lagi dengan sewot “Iya saya bilang begitu seumpama, ini alat bapak ( sambil menunjukkan jari telunjuknya ), maka Kondom itu dipasang demikian agar alat Bapak terlindiung dengan Kondom tadi. Bukan dipasang di jari telunjuk Bapak.”

Pak A berkata lagi dengan sewot “ Habisnya Ibu bilang pasang begitu, ya saya pasang begitu dan kami langsung melakukan hubungan suami isteri.”

Bidan B berkata lagi “ Apakah alat Bapak mau dipakai sebagai alat peraga di depan puluhan orang di Balai Desa ?”

Pak A ???????




Kamis, Maret 26, 2009

Yogurt


Yoghurt atau yogurt adalah dairy product yang dihasilkan melalui fermentasi bakteri pada susu. Berbagai jenis susu dapat digunakan untuk membuat yoghurt, tapi produksi yoghurt yang modern kini didominasi oleh susu sapi. Pembuatan yoghurt merupakan proses fermentasi dari gula susu (laktosa) menjadi asam laktat yang menyebabkan tekstur yoghurt menjadi kental. Biasanya yogurt dijual dengan rasa buah, vanila, atau coklat, tapi ada juga tanpa penambahan rasa (plain).

Yoghurt dibuat dengan menambahkan bakteri yang menguntungkan ke dalam susu yang tidak dipasteurisasi (untuk mengatur keseimbangan antara bakteri dan enzim dari susu) pada suhu dan kondisi lingkungan yang dikontrol. Bakteri akan mengolah gula susu alami menjadi asam laktat. Hal itu akan meningkatkan keasaman sehingga menyebabkan protein susu menyusut menjadi masa yang padat atau kental. Peningkatan keasaman (pH 4-5) juga mencegah proliferasi (perbanyakan sel) dari bakteri patogen lainnya. Umumnya kultur yoghurt melibatkan dua atau lebih bakteri yang berbeda untuk proses fermentasi, biasanya yaitu Streptococcus salivarius dan thermophilus dan genus Lactobacillus, seperti L.acidophilus, bulgaricus, casei dan bifidus.

Karena kultur yoghurt mengandung enzim-enzim yang dapat memecah Laktosa, beberapa individu yang menderita Lactose intolerant dapat menikmati yoghurt tanpa efek yang merugikan. Secara nutrisi, yoghurt memang kaya akan protein dan beberapa vitamin B serta mineral penting lainnya.

Yoghurt umumnya dijual dengan penambahan kemanisan dan rasa, atau dengan penambahan buah untuk menambah rasa alaminya.

The perfect Diet food?

Hasil penelitian The University of Tennese terhadap orang dgn BB berlebih yang minum Yogurt 3 kali sehari selama 12 minggu, akan kehilangan:

22 % Berat Badan
61 % Lemak badan
81 % Lemak di perut

dibandingkan dgn orang yg mengkonsumsi kalori yg sama tetapi tidak minum Yogurt.



Rabu, Maret 25, 2009

Serba-serbi Merokok




Dinegara kita, suatu Peraturan bukan untuk ditaati tetapi sering kali untuk dilanggar.

Meskipun di Jakarta dan kota-kota lain sudah ada larangan merokok di tempat-tempat umum dengan ancaman sangsi denda, tetapi yang merokok masih banyak. Tidak peduli, karena yang petugas mengawasi juga masih sedikit.

Kalau seorang Dokter yang seharusnya memberi teladan untuk tidak merokok, bahkan terang-terangan merokok di depan pasien ketika sedang periksa pasiennya. Ini juga luar biasa.

1. Ketika masih mahasiswa saya mengantar adik saya yang Postmastoidectomy ( semacam operasi di daerah Telinga ) kontrol kepada Dr.THT di kota B. Begitu masuk Ruang Periksanya, ya ampun... penuh asap rokok. Ruangan ber-AC kok ada yang merokok yang justeru Dokternya sendiri. Rupanya bau dari pus / nanah pasien-pasien OMP ( Radang Telinga ) tidak disenangi oleh Dokternya. Lalu ia me-masking bau itu dengan bau asap rokok yang juga tidak sedap. Mengapa ia tidak pasang Exhausted fan untuk sedot udara dalam Ruang Periksa dan buat Ventilasi dengan udara luar yang bersih asap. Udara di B tidak panas seperti Jakarta sehingga tidak perlu benar pakai AC. Cukup AC alam saja.

2. Pasien saya seorang Nenek 66 th ( penderita Ashma Bronchiale ) mengeluh ketika dalam perjalanan ia naik minibus Angkutan kota. Seorang pemuda dengan enaknya merokok di sebelah nenek ini. Ketika ditegur agar jangan merokok, ia malah mengembuskan asap rokok ke wajah Nenek tadi. Ashmanya langsung kambuh ngik-ngik.. Pemuda itu ketika tahu bahwa perbuatannya itu sudah membuat orang menderita, tanpa bilang ba atau bu, langsung turun dari Angkot tanpa bilang maaf. Gila benar. Dosanya bertambah satu lagi!

Pemerintah sudah membuat larangan merokok di tempat umum dengan setengah hati, sebab Pajak berupa Cukai Tembakau merupakan pemasukkan untuk meningkatkan Devisa R.I. Jadi susah. Tidak bisa tuntas.

Oleh karena itu kalau mahasiswa/i Fak. Kedokteran sudah merokok, bagaimana nanti kalau sudah jadi Dokter. Juga para Dokter tidak peduli / mau memberi teladan bagi orang 
lain, maka beginilah jadinya.

Kalau kita menasehati mereka yang merokok, bukannya kita yang marah tetapi merekalah yang marah-marah. Dunia sudah terbalik. Dosa mereka bertambah satu lagi!

Faktor Keteladanan penting sekali agar rakyat banyak mencontoh perbuatan yang baik. Kalau Anggota DPR dll Pejabat melakukan Korupsi, maka rakyatpun akan berbuat yang sama. Maka tugas Tim KPK menjadi lebih banyak dan tidak selesai-selesai. Bagaimana negara kita mau maju, kalau masalah Merokok ini saja tidak dapat diatasi dengan baik. Sangat berbeda dengan negara-negara lain ( Australia, Singapore dll ). Rakyat disana mematuhi peraturan yang dibuat Pemerintah mereka dan sangsi bagi yang melanggar akan benar-benar dijalankan tanpa pandang bulu. 

Tahun 1993, ketika kami melancong ke Singapore, di dalam setiap gerbong MRT ( Mass Rapid Transit ), kereta listrik, selalu terpampang tulisan “No smoking, unless you pay S$500” ( Dilarang merokok, kecuali anda bayar denda S$500 ). Dendanya tidak tanggung-tanggung besarnya. Saat itu nilai tukar adalah: Rp. 4.300,- untuk setiap S$1. Akibatnya tidak ada seorang penumpangpun yang berani merokok, setiap gerbong MRT bersih, udara segar dan sejuk ber-AC. Bila jarak yang ditempuh cukup jauh, mereka selalu membaca Koran / Buku yang mereka bawa masing-masing. Waktu sangat dimanfaatkan untuk menambah pengetahuan. Mereka sibuk membaca, tidak ada waktu untuk mencoret-coret dinding MRT, merokok atau perbuatan jelek lainnya. Luar biasa tertibnya. Saya pernah menulis artikel “Disiplin Singapore” pada Blog ini, ( 05/11/14 ). Bila ada waktu anda dapat membacanya. Siapa tahu bulan depan anda menang Undian / door price pergi melancong ke Singapore. Amin.

Di negara kita masih nayak yang merokok di tempat-tempat umum. Oleh karena itu tidak heran kalau kasus: Bronchitis chronica, TBC paru, Kanker Paru, Emphysema Pulmonum pada usia diatas 50 th banyak terjadi di negara kita. Frekwensi penyakit-penyakit tadi lebih banyak ditemukan pada perokok, terutama heavy smoker ( perokok berat ) dari pada orang yang bukan perokok.. Bila ini sudah terjadi maka it is too late. Sudah terlambat. Menyesal kemudian, tidak ada gunanya lagi. Penyakitnya dibuat sendiri dan resiko juga ditanggung sendiri. Eos ( end of story ).






Selasa, Maret 24, 2009

Karakter Dokter




Setelah menulis tentang Karakter Pasien, agar berimbang saya menulis juga tentang karakter Dokter. Tidak ada maksud untuk memuji-muji atau menjelek-jelekkan Teman Sejawat, tetapi inilah fakta yang saya dapatkan.

Sebagai manusia biasa Dokter juga punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Berdasar pengamatan saya yang juga sebagai Dokter, karakter Dokter bermacam-macam a.l.:

1. Dokter yang ramah, santun, enak diajak bicara. Pasien biasanya menyenangi tipe ini. Biasanya jumlah pasien dokter seperti ini tidak banyak, sehingga punya banyak waktu untuk menghadapi pasien. Pasien menganggap Dokter ini sebagai Dokter Keluarga mereka. Pasien menjadi langganan Dokter demikian bertahun-tahun. Pasien lebih menyukai tipe ini.

2. Dokter yang bersedia memenuhi keinginan para pasiennya, seolah-olah takut kehilangan pasiennya. Jadi win-win solution-lah. Kalau sebatas masih wajar, tidak banyak melanggar aturan yang berlaku, masih oke-lah.

3. Dokter yang banyak pasiennya, sering kali sulit ditanya penyakit Pasiennya. Seolah-olah takut kehilangan waktu untuk memeriksa pasien-pasien yang lain, padahal mereka menerima doctor fee. Kalau ditanya oleh keluarga pasien, seringkali marah atau ketus. Menghadapi Pasien yang nota bene orang yang sedang sakit harus bijaksana, mengerti keadaan penyakit pasien ( misalnya Kanker stadium lanjut, Stroke dll ). Kalau bukan bertanya kepada Dokternya, lalu bertanya kepada siapa lagi? Lalu mengapa marah-marah? Aneh tetapi nyata. Jadi rasanya jumlah pasien mesti dibatasi, agar ada cukup waktu untuk pasien-pasiennya.

4. Ada Dokter yang ketat akan jam prakteknya. Pasien yang minta pertolongan di luar jam praktek sering kali tidak dilayani. Memang benar pada Papan nama Dokter dicantumkan praktek jam sekian sampai jam sekian. Bila ada pasien yang dalam keadaan gawat darurat, mengalami kecelakaan lalu lintas di depan rumah atau tempat prakteknya, mestinya aturan jam praktek itu dapat fleksibel. Menolong orang kan tidak salah, tetapi sebaliknya tidak mau menolong orang rasanya tidak benar. Lalu minta bantuan siapa yang terdekat? Rumah Sakit sering kali lokasinya cukup jauh.

5. Ada Dokter yang setelah lulus sekolahnya, tidak melakukan profesinya tetapi menjalankan profesi lain ( pindah profesi ) seperti menjadi: Artis, Aktor, Pengusaha, Pejabat dll. Rupanya mereka tidak happy. Mereka sekolah Dokter karena kemauan Ortunya. Setelah lulus Dokter, mereka berubah arah sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Sering kali mereka lebih sukses di dalam perofesi barunya, tapi sayang Ortu mereka banyak yang kecewa.

6. Ada yang sekolah Dokter bukan atas kemauan sendiri tetapi karena kemauan Ortu. Untuk membalas jerih payah Ortu, mereka mau sekolah Dokter, meskipun cita-cita mereka bukan jadi Dokter. Saya termasuk tipe ini ( wah……….. jadi ketahuan deh rahasianya ). Keinginan saya sebenarnya ingin jadi Dokter Hewan seperti yang saya tulis dalam artikel “Mengapa Dokter Hewan” di Blog ini ( 07/10/07 ). Saya sempat berdebat dengan Ayah saya almarhum soal mau jadi Dokter Hewan atau Dokter Praktek Umum. Biasanya sumber pemberian dana dari sponsor yang membiayai kuliah yang lebih dominan. Lama kelamaan saya akhirnya jatuh cinta juga menjadi Dokter Praktek Umum dan jadilah saya Dokter sampai usia Pensiun dini pada tahun tahun 2000.

• Profesi Dokter, Pengacara, Pedagang, Costumer Service dll profesi yang berhadapan dengan orang yang butuh pelayanan semestinya bertindak santun, ramah dan keep smiling. Para pasien / klien mereka akan jauh lebih senang dilayani seperti itu dari pada sebaliknya dilayani dengan wajah yang ditekuk seperti wajah tanggung bulan. Mencari Dokter yang cocok kadang sulit, tetapi bila sudah ketemu maka ia dapat menjadi Dokter Keluarga dalam jangka lama. Promosi dari mulut ke mulut, sering kali lebih berguna dan lebih murah dari pada pasang iklan dengan biaya yang mahal ketika pada awal buka praktek dokter. 

• Kalau saat ini anda kebetulan jadi Dokter, anda termasuk tipe yang mana ya? Mungkin yang banyak yang tipe 6 , seperti saya. He..he..



Senin, Maret 23, 2009

Karakter Pasien


Sejak tahun 1980 saya melakukan Dokter Praktek Umum, saya menarik kesimpulan bahwa karakter pasien berbeda-beda. Yang sama hanya 1 hal yaitu mereka sedang mengalami sakit. 

Saya mengamati karakter Pasien ada yang:

1. Percaya penuh kepada Dokternya. Tidak banyak macam-macam permintaan, selain agar lekas sembuh. Pasien-pasien yang demikian dapat menjadi pasien Dokter yang sama dalam waktu yang lama ( langganan ). Enak punya pasien yang demikian. Sugesti kepada Dokternya, sudah 50 % sembuh, sisanya karena minum obat dan menuruti advis dokter.

2. Ada pasien yang tidak dipungut biaya pemeriksaan ( doctor fee ). Pasien yang demikian tergolong para keluarga, relasi dekat. Oleh karena sering tidak dipungut biaya, sering kali mereka mengirim sesuatu yang dapat berupa parsel buah-buahan, kue-kue, dll.

3. Ada lagi yang bila berobat membawa barang-barang lain ( ayam goreng, ikan, dll makanan ), sebagai doctor fee. Pasien ini biasanya dari luar kota. Sering kali juga mereka memberikan doctor fee. Entah mengapa seolah-olah membayar double. Meskipun dianjurkan agar tidak berbuat demikian, tetapi mereka tetap ingin memberikan barang-barang itu. Kadang dokter sukar menolak rejeki.

4. Pasien yang banyak bertanya ( mungkin mereka pikir sudah bayar doctor fee ), misalnya Resep kesatu untuk apa?, resep kedua untuk apa? Dst. Lalu Dokter menjelaskan satu demi satu seperti memberikan kuliah kepada mahasiswa Kedokteran. Jadi sebenarnya mau berobat atau mau kuliah? Pasien tipe ini sepertinya tidak percaya kepada Dokternya. Kalau percaya, mestinya tidak banyak bertanya tentang resep yang diterimanya. Kalaupun bertanya: kapan harus kontrol ulang? Agak repot menghadapi tipe ini, harus panjang sabaaar dan banyak waktu menerangkan. Di Jakarta saya tahu ada Teman Sejawat Dokter yang mengijinkan pasiennya bertanya maksimal 3 pertanyaan saja, sebab setiap buka praktek pasienya cukup banyak yaitu dibatasi hanya 40 pasien saja yang diperiksa. Jadi pasien harus mencatat setiap pertanyaan yang mau diajukan, bila lebih dari 3 pertanyaan oleh Perawat yang bertugas pasien dan keluarganya langsung dipersilahkan keluar Ruang Periksanya. Kalau tidak begitu kapan selesai jam prakteknya?

5. Pasien sering memohon agar Obat resep yang akan diberikan harus yang Patent atau harus yang Generik. Lalu bertanya kira-kira berapa harganya? Lho yang jadi Dokter: saya atau dia sih? Kok ngatur obat yang akan diserepkan. Suatu ketika saya menjawab bahwa harga 3 macam obat resep generik itu sekitar Rp. 20.000,- Sepuluh menit kemudian, dari Apotik terdekat pasien menelopn saya, katanya harga obat itu bukan Rp. 20.000,- an tetapi Rp. 89.000,- Glek ...saya terhenyak. Jawaban saya salah atau ada obat yang diganti dengan obat Patent yang lebih mahal. Mosok sik obat2 sederhana itu harganya sampai segitu? Kemudian saya bilang kepada sang penelepon, bilang kepada petugas Apotik, agar obat sesuai yang diresepkan yaitu obat generik dan jangan diganti dengan yang patent. Kalau ngeyel, pindah ke Apotik lain saja. Selanjutnya saya kalau ditanya berapa harga obat yang saya resepkan, selalu dijawab: tanyalah kepada Apotik agar akurat. Kalau tidak cukup uangnya, beli setengah resep dulu, kemudian lusa dibelikan lagi sisa obatnya.

6. Ada pasien-pasien yang datang berobat. Setelah diperiksa dan dibuatkan Medical Recordnya dan dibuatkan Resep, lalu mereka bilang bahwa mereka adalah Pasien Askes ( ketika saya menggantikan praktek Isteri saya yang juga Dokter Askes ). Kenapa tidak sejak awal bilang pakai Askes, sebab semua administrasi akan dicatat di buku dan blangko resep khusus Askes. Kalau pasien umum lain lagi catatannya. Jadi harus kerja 2 kali dan makan banyak waktu kalau ia berobat bersama 2 orang anaknya pakai Askes. Mereka mengira kalau bilang pasien Askes, akan diperiksa asal-asalan ( padahal sungguh mati dokter akan periksa sama saja, mau yang umum atau yang Askes, sebab mereka pasien kami juga. Kami bukan dokter abal-abal ). Saya heran kok ada pasien yang Paranoid seperti itu. Aneh tapi nyata. Mohon maaf kepada para pasien Askes. Tidak semua pasien Askes berbuat begitu. Ada pasien Askes yang santun dan sugestinya besar kepada kami. Kami respek kepada mereka. Sampai sekarang kami juga mempunyai Kartu berobat Askes ( dipotong dari uang Pensiun kami setiap bulannya ). Jadi sebenarnya kami juga senasib, sama-sama peserta Askes.

7. Yang paling repot kalau menghadapi pasien yang tipe ini. Setelah menerima resep obat. Pasien minta Kwitansi sebagai bukti pembayaran yang dapat dimintakan ganti ke kantornya ( masih wajar dan masuk akal ). Selain itu ada embel-embelnya “ Dok, kwitansinya dibikin 2 kali lipat dari pembayaran yang saya berikan!”
Jadi kalau doctor fee sebesar Rp. 20.000,-/pasien, ia minta dibuatkan Kwitansinya sebesar Rp. 40.000,-. Selama ini saya selalu menolaknya, agar saya dapat tidur. Kalau menguruti kehendak pasien tipe ini, saya tidak dapat tidur sebab telah aberuat yang tidak benar. Kalau pasien ngotot. Saya pikir ini belum rejeki saya. Lalu saya berkata “Kalau tidak mau menerima Kwitansi yang benar ini, anda tidak usah bayar saja, tetapi saya juga tidak mau beri Kwitansi apapun. Ini resep obatnya dan semoga lekas sembuh.”
Kalau ia punya perasaan, ucapan saya ini sebenarnya suatu tamparan baginya.
Kalau ia ngeyel, saya bertanya “Mengapa anda meminta seperti itu sih?”
Sering kali jawabannya berupa “Kalau sakit kan saya juga mengeluarkan uang transport Becak, sedangkan yang diganti hanya 50 % dari Kwitansi yang Dokter berikan.”
Glek...jadi ongkos Becak juga minta penggantian dari Dokter. Astaga.....
Kalau saya menuruti kemaun tipe ini, lain kali akan begitu lagi. Saya akan menambah dosa lebih banyak. Lebih baik saya tidak memungut biaya pemeriksaan dan tidak memberi Kwitansi. Saya tidak berbuat kesalahan apapun, bahkan sudah berbuat kebaikan.

8. Tipe lain yang juga menjengkelkan ( maaf ya para pasien ) adalah pasien-pasien yang tidak sakit tapi mau minta Surat Keterangan Sakit dari Dokter. Mereka bolos dari pekerjaannya oleh karena: ikut Siskampiling ( iya kalau benar ikut ), pergi hajatan ke luar kota dll alasan yang mereka buat. Saya selalu menolaknya, sebab Dokter yang tanda tangani, kalau ada apa-apa yang dipanggil dan ditanya adalah yang beri tanda tangan, bukan pasien. Jadi Dokter sudah buat Surat Keterangan Aspal ( Asli tapi palsu, sebab paseinnya tidak sakit tapi bolos ). Ini ada sangsinya di KUHP, Barang siapa membuat Surat Keterangan Palsu akan dikenakan sangsi….dst dst.. Ini yang tidak dimengerti dan diketahui oleh pasien. Kalau 3 kali beri Surat Keterangan Sakit untuk seseorang yang dipanggil oleh Sidang Pengadilan, tetapi tidak mau hadir, maka sang Dokternya yang dipanggil ke Sidang Pengadilan. Lebih repot dan banyak buang waktu.

* Setelah membaca kenyataan diatas, kalau anda sebagai pasien termasuk yang manakah itu? Semoga anda termasuk tipe paling atas. Amin.




Minggu, Maret 22, 2009

Menjadi Blogger


Pagi ini sambil menikmati secangkir Teh Hijau yang banyak mengandung antioksidan saya duduk menghadapi layar monitor komputer saya.

Hemm…mau nulis artikel apa ya? Saya mencari ilham, topik yang melintas di benak saya tentang: Blogger.

Ketika selama 3 hari berturut saya melakukan posting artikel di Blog saya ini, beberapa rekan Blogger beri komentar bahwa saya Blogger yang mantap ( apa iya sih?).

Salah satu Blogger bahkan berkomentar, katanya wah sampai kewalahan membaca banyak artikel yang saya post-kan dalam satu hari. Dalam hati saya berkata “Kalau membacanya saja sudah kewalahan, apalagi mengetiknya lebih kewalahan lagi.” He..he…

Orang lain menyangka saya punya banyak waktu, sehingga dapat ngetik berjam-jam untuk membuat dan mengirim artikel-artikel ke Blog saya.

Sebenarnya tidak begitu. Sejak bertahun-tahun saya selalu menyimpan artikel-artikel yang menarik dalam Harddisk saya. Sekembali dari pergi melancong, saya membuat Reportase perjalanan dan disimpan dalam Bank Naskah saya dalam HD komputer saya. Bahkan selama perjalanan saya menulis di sebuah buku Catatan dan membaca Brosure yang saya dapatkan secara gratis baik ditempat pariwisata yang kami kunjungi atau di meja kamar Hotel selama kami bermalam. Banyak artikel saya backup dalam banyak CD dengan judul tertentu yang sesuai dengan topiknya.

Sambil menunggu pasien datang berobat, saya juga dapat mengetik / mengedit artikel ( memakai MS. Word ) atau mengedit Foto ( ACDSeee atau Adobe Photoshop). Kadang-kadang Foto disuatu majalah yang saya baca, saya scanning dengan alat scanner merk Umax yang dapat saya sisipkan dalam artikel saya. Bila tidak ada yang cocok saya melakukan googling di Internet. Di saat luang melayani pasien yang datang berobat, saya dapat ngeBlog sambil menikmati Teh hangat di sore hari.

Begitu ada semangat untuk posting artikel ke Blog, maka saya hanya sedikit mengedit dan mengkombinasikan dengan Foto-foto yag sesuai dengan judul artikel. Kalau tidak cocok, saya download Foto-foto dengan bantuan mesin pencari Pak Google ( http://www.google.com ) atau Pak Yahoo ( http://www.yahoo.com ). Keduanya merupakan mesin pencari ( search engine ) yang tangguh dan canggih.

Saya terkejut ketika saya masukkan kata kunci ( key word ) nama saya ( Basuki Pramana ) ke dalam kolom pencarian di kedua mesin ini. Beberapa detik kemudian di layar monitor saya tampak banyak Link ( kalimat atau kata yang mempunyai kaitan dengan URL tertentu tentang saya ). Saya sangat kagum akan mesin-mesin ini yang memelihara data base semua hal yang pernah masuk dalam ingatan mereka.

Bila anda ingin tahu Link apa saja tentang diri anda, silahkan anda berbuat yang sama seperti saya mencarinya. Bila tidak ada sama sekali Link itu maka nama anda belum dikenal oleh database dalam kedua search engine tsb. Oleh karena itu anda sebaiknya segera membuat Blog atau website dengan nama yang sesuai dengan Blog yang anda buat dan dipromosikan ke dalam data base search engines tsb.

Selamat ngeBlog. Ciao.-



Sabtu, Maret 21, 2009

Rencana Tuhan.


Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktunya 
( Alkitab )

Orang bilang umur, jodoh dan rejeki sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.

Semula saya ragu-ragu akan menulis artikel ini. Sepertinya saya menelanjangi diri sendiri. Akhirnya saya tulis juga dengan harapan semoga dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang lain yang mau membaca artikel ini. Amin.

Beberapa tahun yang lalu ketika saya mengantar adik perempuan saya, Sinta ( bukan nama sebenarnya ) menyelesaikan proses jual-beli tanah di hadapan Ibu Nina ( bukan nama sebenarnya ) seorang Notaris. Ibu Nina satu Gereja dengan saya. Saat kami menunggu sang asisten Notaris mengambil berkas Surat yang diperlukan, saya mengajukan pertanyaan kepada Ibu Nina.

Pertanyaan itu “ Ibu, bolehkah saya bertanya kepada Ibu?”

“Oh..boleh saja. Apakah itu, Pak Bas?” sahut Ibu Nina dengan tenang.

Saya melanjutkan “Begini Bu. Dalam melakukan pekerjaan saya selama bertahun-tahun, kadang kala saya merasakan suatu kejenuhan. Saya lihat Ibu dalam pekerjaan selalu gembira dan banyak senyum. Apakah rahasianya, Bu?” Tampaknya pertanyaan saya itu suatu pertanyaan yang mengada-ada.

Saya rasanya sudah mengerti kalau Ibu Nina selalu keep smiling oleh karena setiap transaksi jual-beli Tanah atau Rumah, tentu calon penjual dan calon pembeli sudah siap dengan uang yang akan pindah tangan termasuk biaya untuk Notaris. Kalau tidak ada uang biaya Notaris, tentulah transaksi tidak selesai karena tidak ada uang yang dibayar kepada Notaris.

Kalau Dokter rasanya, tidak tega dan tidak manusiawi kalau sang pasien dan keluarganya tidak punya uang, kemudian saya mengusir pasien? Pelayanan kesehatan akan selalu diberikan oleh Dokter, meskipun pasien tidak mampu bayar.

Jadi berbeda sekali antara Notaris dan Dokter ( maaf Ibu Notaris ). Keduanya perlu sekolah yang makan waktu lama dan biaya yang tidak sedikit, tetapi akhirnya pemasukan uang bisa berbeda. Teman saya berkata bahwa di Singapore, ada 2 profesi yang selalu menjadi kejaran petugas Pajak, karena dianggap pendapatan kedua profesi itu disana menghasilakan banyak uang yang akan dipungut Pajak Penghasilannya untuk digunakan dalam pembangunan di negara tsb.

Ibu Nina diam sejenak kemudian berkata dengan mantap “Rahasianya adalah: Cintailah pekerjaanmu.”

Rasanya saya sudah melakukannya. Bertahun-tahun saya menjadi Dokter Praktek Umum tanpa berhenti bekerja dan sering kali merasa jenuh. Kalau Ibu Notaris selalu gembira oleh karena setiap transkasi jual-beli selalu ada uang mengalir.

Jadi masalah rejeki ditentukan juga oleh Tuhan, meskipun saya sudah mempersiapkan segala sesuatunya, kalau belum rejekinya, maka uang tidak mengalir ke saku saya.

Saya meng-amini bahwa banyak hal dalam kehidupan pribadi saya yang direncanakan oleh saya tidak berhasil, sebagai contoh:

Ayah saya berkehendak ada 1 Dokter Umum dalam Keluarga Besar kami.
Tuhan memutuskan lain, bukan 1 Dokter tetapi 2 Dokter ada dalam Keluaraga Besar kami, karena saya menikah dengan isteri yang juga Dokter. Ayah meninggal pada 4 Mei 1992. Kalau ayah masih hidup saat ini, bahkan bukan 1 Dokter tetapi 3 Dokter ada dalam Keluarga Besar kami yaitu cucu ayah yaitu putra kami juga berhasil meraih gelar Dokter pada Desember 2005. Betapa Pengasihnya Tuhan.

Tahun 1992 ketika saya harus membayar biaya perbaikan mobil tua kami sebesar Rp. 100.000,-, saya belum dapat membayarnya karena pasien praktek sore yang masih sedikit dan tanggal gajian masih 2 minggu lagi. Saya berdoa memohon agar saya mendapat rejeki untuk membayar perbaikan mobil itu. 2 hari kemudian belum ada jawaban dan hari ke 3 saya mendapat kiriman Poswesel sebesar Rp. 150.000,- dengan catatan sebagai Pemenang I TTS suatu majalah yang saya lupa kapan mengirimnya. Tuhan memberikan rejeki yang tidak terduga caranya dan selalu lebih besar dari jumlah yang saya mohonkan.

Tahun 1994 ketika putra/i kami masih duduk di bangku SMP dan SMU, saya mengharapkan agar saya dapat mengantarkan mereka minimal sampai pendidikan Strata 1 ( S1 ). Suatu tngkat Pendidikan yang cukup layak untuk berdiri sendiri. Tuhan memutuskan lain. Sampai saat ini Tuhan bermurah hati memberikan unur saya melebih ketika tahun 2005 dan 2007 mereka mencapai study S1 dan S2 dan tahun ini putra kami sedang mengambil S2 nya. Saya bersyukur kepada Tuhan.

Tahun 1998 putra kami mempunyai keinginan agar S1 Kedokteran dapat diraih di luar negeri ( USA atau Australia ). Saya mempunyai kehendak agar, ia menyelasikan S1 di negara kita sendiri saja, mengingat biaya yang besar kalau sekolah di luar negeri. Tuhan bertindak lain. Adik Ipar saya dengan status unmarried dan penghasilan yang cukup, bersedia membantu biaya study S1 Medicine di Sydney sampai selesai. Bulan Desember 2005, putra kami diwisuda S1 Kedokteran dan mulai bulan Januari 2006 bekerja di salah satu Hospital di Penrith, West Sydney. Yang terjadi adalah rencana dan kehendak Tuhan. Ketika kami menghadiri Wisudanya tahun 2005 di UNSW Sydney, saya sulit menahan tetesan air mata saya. Puji Tuhan. KehendakMu sajalah yang terjadi.

Ketika saya akhir tahun 2000 mengalami kebutaan Mata kiri saya akibat penyakit Ablasio retinae ( lepasnya selaput Retina mata ). Saya berdoa dan memohon agar Tuhan menyembuhkan kebutaan saya. Kalaupun hanya sembuh 70-80 % saja, saya sudah sangat berterima kasih. Prognosa penyakit AR ini tidak begitu baik. Sulit sembuh 100 % sebab terapi yang tepat harus dilakukan dalam golden periode yaitu 10 hari setelah terjadi AR harus segar di terapi ( diLaser ) untk merekatkan kembali selaput Retina yang lepas itu. 3 bulan kemudian setelah luka operasi sembuh dan gas yang dimasukkan ke dalam rongga bola mata saya telah berganti dengan cairan mata, saya dapat melihat kembali, 100 % sembuh. Saya mohon kesembuhan 80 %, tetapi Tuhan memberikan 100 %. Puji Tuhan. Luar biasa kebesaran Tuhan.

8 Juni 2008 kami menikahkan putra kami, Ari dengan teman se SMP nya yang sebelum menikah tinggal di Singapore dan setelah menikah turut suami, migrasi ke kota Sydney. Suatu Pernikahan merupakan suatu perhelatan besar bagi setiap Keluarga. Ada rasa was-was dalam hati saya. Dapatkah semuanya berjalan dengan baik? Doa-doa kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih tanpa henti-hentinya. Semoga Tuhan memberkati Pernikahan ini. Kami melakukan perjalanan, mulai dari Cirebon, Jakarta, Medan, Singapore bolak-balik dalam 1 bulan yang melelahkan. Kami lakukan semuanya demi putra kami. Akhirnya semua yang kami rencana dapat berjalan dengan baik. Besarnya biaya yang dikeluarkan, semuanya mendapat penggantian dari Tuhan. Tuhan memberkati kami semua. Kami sekeluarga sangat bersyukur kepada Tuhan. Amin.

* Adakah rencana saya yang terjadi sesuai dengan kehendak saya? Ada!, yaitu ketika saya menghendaki Pensiun Dini atau APS ( Permintaan Pensiun Atas Permintaan Sendiri ), maka saya setelaah bekerja 16 tahun di Dep. Kesehatan dan 4 tahun bekerja di Dep. Kehakiman. Masa kerja 20 tahun dan umur 50 tahun sudah pas untuk menerima Pensiun Dini ( 6 bulan sebelumnya semua berkas surat yg diperlukan dimasukkan ke Dep. Kes Jakarta ) maka itulah yang terjadi sesuai dengan Surat Keputusan Dep. Kes. R.I. yang saya terima. TMT ( Terhitung Mulai Tanggal ) 1 April 2000, saya menikmati Pensiun Dini.

Anugerah yang saya terima dari Tuhan itu disyukuri oleh saya. Saya ingin menolong orang-orang lain. Selain masih buka praktek sore hari, saya juga melayani para warga Panti Wreda Kasih milik Gereja kami di kota Cirebon. Usia mereka berkisar antara 65 – 84 tahun. Apakah usia saya dapat mencapai umur-umur mereka? Saya tidak tahu. Usia manusia hanya Tuhan yang tahu.

Saat ini saya merasakan bahwa saya sudah menjadi balita, murid, mahasisawa, bekerja sampai pensiun, menikah, mempunyai keluarga, menjadi Majelis Jemaat Gereja kami, menikahkan putra, menderita sakit dan kesembuhan. Lalu apa lagi? Menunggu tiba saatnya! Kapan? Saya tidak tahu. Apa rencana Tuhan selanjutnya bagi hidup saya? Hanya Tuhan yang tahu.

Sebelum saatnya tiba, saya ingin berbuat kebaikan dan menolong orang-orang yang butuh pertolongan saya sebatas kemampuan saya. Saya hanya seorang manusia biasa yang tidak luput dari: kesalahan, kekurangan dan dosa. Semoga Tuhan memberkati saya dan keluarga saya. Amin.



Jumat, Maret 20, 2009

Mengikuti Kebaktian di Sydney






Sydney, 29 April 2007, Minggu.

07.55: kami berempat ( saya, isteri, Ari dan Natalia ) pergi ke Gereja Indonesian Presbyterian Church Randwick, 94 Houston Road, Kingsford NSW 2032. Kebaktian pagi hari di Gereja ini hampir semua anggota Jemaatnya orang Indonesia yang sudah tinggal di Sydney atau mahasiswa/i yang sedang study di kota ini. Pada sore hari diadakan Kebaktian bagi orang Australia.

08.00 – 09.15:
Pendeta yang memberi kotbah adalah Pdt. Bigman Sirait ( tubuh orangnya sih kecil tetapi namanya Bigman. Agak aneh juga ya. He..he.. ).
Pengerja di Gereja ini adalah Bpk Pdt Joni Stefen asal Jawa Tengah.
Pdt. Bigman Sirait ini secara kebetulan sedang berlibur di kota Sydney ( berliburnya kok jauh juga ya, padahal ia dan isterinya berasal dari P. Kalimantan, Indonesia ).
Setelah memperkenalkan diri, Pdt B. Sirait ini memberikan kotbahnya. Kotbah yang dibawakan secara humoris ini membuat para anggota jemaat gereja menjadi tidak ngantuk. 

Yang saya masih ingat adalah kotbah tentang: Surga. 
Begini, katanya:
“Sebagai orang Kristen harus ingat: setelah mati mau kemana? Neraka atau Sorga?
Kalau mau ke Sorga, maka umur tidak penting, apakah umur panjang atau pendek.
Kalau umur muda menderita sakit, minta didoakan agar segera sembuh, lalu untuk apa? Lebih baik minta kepada Tuhan agar cepat masuk Surga”.

Gerrrrr........ anggota Jemaat yang hadir tertawa berbarengan.

09.20: sebagian besar anggota Jemaat yang hadir pada kebaktian hari Minggu ini, memasuki ruangan belakang Gereja untuk minum Teh hangat dan Biskuit, acara yang dilakukan sehabis kotbah selesai. Pertemuan ini biasa disebut sebagai Acara ramah tamah ( sambil Minum Teh dan cicip Biskuit ala kadarnya ). 
Kesempatan ini dapat dipakai ngobrol dengan teman sekampus, cari info tempat kost, info bisnis atau sekedar say Hello.
Sambil minum Teh seperti biasa kami bertemu dengan Dr. Sri Rahmani, teman se-Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Marantha, Bandung ( asal Purwokerto ) yang menjadi salah satu anggota Majelis Gereja ini. Suaminya Sdr Hendra Yonathan asal Bandung ( saat itu sedang berada di Bandung ). Mereka sudah mempunyai 1 putri dan 1 putra yang sudah menyelesaikan studynya di Melbourne dan sudah bekerja. Dari Indonesia mereka migrasi ke Melbourne selama 10 tahun dan setelah itu mereka pindah ke Sydney. Gelar Dokter Umumnya tidak dipakai oleh Sri. Ia sekolah lagi bidang lain ( MBA ) dan sekarang ia bekerja di salah satu Panti.

Kami sempat ngobrol sebentar dan Sri mengucapkan selamat atas Wisuda Natalia tgl 20 April 2007 yang lalu.

Kami juga sempat bertemu dan ngobrol sebentar dengan Bpk. Pdt. Joni Stefen dan isteri. Mereka melayani Gereja ini sudah cukup lama. Rupanya betah tinggal di kota Sydney. Bulan Desember 2005 ketika Ariyanto Pramana di wisuda diUNSW Sydney setelah menyelesaikan study Medicine-nya, kami sempat mengikuti kebaktian di Gereja ini dan lama ngobrol dengan Pdt. Joni Stefen ini.

09.45: go home.



Kamis, Maret 19, 2009

Donor Darah


Ketika hari Minggu yang lalu isteri saya pergi untuk melakukan Mobile Unit bersama Staf dari UTD ( Unit Tranfusi darah ) PMI Kota Cirebon di suatu RW ( Warga Siaga ), saya teringat kadang kala stok Darah di PMI kosong untuk golongan Darah tertentu ( biasanya gol. AB ).

Oleh karena itu pelaksanaan M.U. ( Mobile Unit ) dilakukan setiap hari ( tidak peduli kalender merah ). PMI bekerja 24 jam secara bergiliran ( dalam 3 kelompok karyawan ). M.U. dilakukan untuk memenuhi persediaan darah One day before ( untuk 1 hari selanjutnya ) atau kalau memungkinkan Five day before. Paling sedikit stok darah pada bulan Puasa, dimana tidak banyak orang yang bersedia menjadi Donor.

Makin canggihnya tehnologi dan tingginya kesadaran masyarakat akan Donor Darah pada saat ini sudah lebih baik bila dibandingkan keadaan pada tahun 1970-an.

Menjelang Ujian Negara saya dan 49 mahasiswa/i tingkat terakhir ( Koasisten ) dari seluruh Fak. Kedoktrean se Indonesia, pada tahun 1976 bekerja ( magang ) selama 1 tahun di Rumah Sakit Umum Purwokerto ( Jateng ).

Ketika giliran saya bekerja di Bagian Penyakit Kebidanan dan Kandungan, ada seprang ibu dari sebuah desa dirawat karena Placenta previa ( Plasenta menghalangi jalan lahir ). Meskipun sudah bulannya untuk melahirkan, sang bayi tidak dapat lahir karena terhalang Plasenta ( yang tumbuh menghalangi bayi keluar dari Rahim Ibu ). Ibu ini dirujuk ke RSU.

Dokter Obgyn memutuskan untuk melakukan tindakan operasi Sectio Caesaria untuk melahirkan bayi. Persiapan operasi sudah beres, hanya satu yang belum yaitu 2 Labu Darah golongan B. Sang Suami mencari Darah di PMI setempat yang ternyata stok sedang kosong untuk golongan ini. Sang suami menjadi panik.

Rencana Operasi yang akan dilakukan pukul 08.00 pagi belum dapat dilakukan. Sampai pukul 10.00 Darah gol. B belum tersedia juga. Saya yang bekerja di Bagian ini berpikir kalau tidak segera dioperasi, kapan sang bayi akan lahir? Makin lama keadaan Ibu akan semakin lemah.

Saya minta kepada petugas yang biasa mengambil darah di RSU ini untuk menyadap darah saya yang kebetulan bergolongan yang sama dengan pasien yang akan dioperasi. Hanya ada 1 labu darah yang tersedia, tetapi dari pada tidak ada sama sekali maka operasi SC segera dilakukan juga.

Setelah darahku diambil, saya segera mempersiapkan diri untuk masuk O.K. ( Operasi Kamer ) untuk bertugas sebagai asisten Dokter Obgyn ( satu-satunya Obgyn di RSU ini ). Akhirnya Ibu dan Bayi lahir dengan selamat, berat badan 2,9 Kg, panjang badan 49 Cm.

Keesokan paginya ketika visite Ruangan, kami para Koasisten dan seorang Perawat Ruangan menghampiri Ibu tadi. Ibu dalam keadaan sehat.

Perawat berkata “Ibu, kemarin Ibu sudah dioperasi dan Bayi lahir dengan sehat. Untung ada orang yang menyumbang darah untuk Ibu.”

Sang pasien bertanya “Siapakah orang itu Suster?”

Perawat menunjuk saya. Saya jadi malu-malu kucing. Ah…..mengapa rahasia donor dibocorkan? 

“Oh …..dokter ini yang memberikan darah untuk saya. Terima kasih, ya Dok, saya tidak dapat membalas jasa Dokter.”

Saya berkata dengan nada pelan ”Ibu, kita harus saling tolong menolong. Ibu jangan risau, yang penting Ibu dan Bayinya sudah selamat.”

Ada rasa plong di hati saya, semua sudah selesai sesuai dengan rencana Operasi kemarin pagi di RSU ini.

Ketika akhir tugas saya siang itu, motor Vespa saya arahkan ke rumah makan kecil langganan saya, di sudut alun-alun kota Purwokerto. Siang itu saya menikmati Nasi Pecel dan Baso kuah yang rasanya sangat nikmat setelah saya dapat membantu pasien itu. Bagi sang penolong, mungkin bukan apa-apa, tetapi bagi yang ditolong itu merupakan suatu anugerah besar dari Tuhan. 

Kejadian ini yang kedua kalinya. Yang pertama kali terjadi ketika saya masih kuliah di kota Bandung, ada seorang pasien dari keluarga kami yang butuh darah gol. B sebanyak 3 labu. Satu labu darah berasal dari badan saya.

Kelenjar Prostat ( 2 )




Ini merupakan lanjutan artikel Kelenjar Prostat ( 1 ) dalam Blog ini.

Setelah hasil pemeriksaan darah atas PSA ( Prostat Spesific Antigent ) Opa Sugeng diterima, maka saya merujuk kembali Opa S ini kepada Dr Ahli Urologi, Dr. M.T.

Beliau mengirimkan Surat Jawaban rujukan saya bahwa melihat hasil pemeriksaan PSA sebesar 41,5 ng/cc atau 4 kali lebih besar dari nilai normal, diusulkan dilakukan tindakan Biopsi ( mengambil sedikit jaringan Prostat dan diperiksa dengan Mikroskop ), bila hasilnya Kanker Prostat, tindakan lanjutannya adalah Plan A yaitu: Orchiectomy atau pengangkatan kedua Testis ( biji kemaluan ). Dengan perkataan lain Opa S akan dikebiri, dengan alasan Testis menghasilkan hormon Testosteron yang berpengaruh terhadap perkembangan sel-sel Kanker Prostat. Plan B adalah pemberian obat Chemotherapy ( harganya juga lumayan besar ).

Selesai membaca Surat Jawaban itu, saya berpikir.
Kasihan ya Opa S yang sudah sepuh ( 84 tahun ), masih harus menanggung penderitaan lain dan bahkan mau dikebiri. Pembuangan kedua Testis ( yang merupakan lambang kejantanan ) akan sangat merisaukan hati Opa S. Bagaimana tidak? Sudah sepuh, mau dikebiri pula. Huh….Di dalam Textbok dikatakan bahwa Diagnosa pasti dilakukan dengan Biopsi, tetapi tindakan Biopsi sendiri ( dilakukan dengan tusukan Jarum Biopsi ke dalam jaringan Kelenjar Prostat ) akan mempercepat metastase ( penjalaran ) sel-sel kanker ke organ-organ lain sehingga banyak yang menganjurkan melakukan terapi dengan Obat Chemotherapy.

Beberapa hari kemudian pada tanggal 16 Maret diadakan Rapat Bulanan Pengurus Panti Wreda Kasih di Gereja kami. Dalam rapat ini saya menjelaskan kesehatan Opa S dan Jawaban Rujukan dari Dr. Ahli Urolog. Para Pengurus Panti setuju kalau terhadap Opa S tidak dilakukan Biopsi, Orchiectomy, obat Chemotherapy. Alasannya: faktor usia lanjut ( yang sudah mencapi 84 tahun ) .

Para Pengurus bertanya kepada saya, apa yang akan diberikan kepada Opa S yang menderita pembesaran Prostat. Sebelum rapat saya melakukan Googling di Internet dengan bantuan mesin pencari ( search machne ) Google. Saya menemukan Link pada Artikel Brokoli sebagai terapi alternatip terhadap kanker Prostat dan Payudara. Brokoli yang mengandung Sulforafen dapat menghambat perkembangan pertumbuhan sel-sel Kanker. Demikian juag tomat yang mengandung suatu anti oksidan Lycophene mempunyai efek yang sama.

Berangkat dari artikel ini, saya mengusulkan kepada Pengurus Panti agar kepada Opa S. dan kepada semua penghuni Panti yang notabene sudah berusia lanjut ( diatas 65 tahun ) diberikan Sayuran Brokoli dan Buah Tomat setiap hari. Keduanya mempunyai harga yang jauh lebih murah dari pada tundakan Operasi di Rumah sakit atau harga Obat Chemotherapy yang  jutaan rupiah.

Semoga Opa S dan juga Oma dan Opa warga Panti lainnya dapat hidup sehat sebelum mereka satu per satu menghadap Tuhan. Amin



Gold Coast Trip






Tulisan ini merupakan kelanjutan dari Melbourne Trip.

24 Apri 2007, Selasa:
09.00: kami menuju Airport Melbourne. Setelah mengembalikan Sedan Toyota Camri sewaan ke Kantor yang letaknya di kompleks airport, kami naik lift dan berjalan menuju tempat untuk melakukan proses boarding di mesin boarding otomatis. Dari mesin ini keluarlah 4 lembaran Boarding pass bagi kami.
Pesawat Virgin Blue DJ 985 akan membawa terbang kami dari Melbourne ke kota Gold Coast.

10.15: pesawat yang terisi penuh dengan penumpang melakukan take off dari landasan airport. Selama perjalanan pesawat terbang dengan mulus dan cuaca dalam keadaan baik. Kami tidak mendapat jatah minuman. Makmin dapat di beli diatas pesawat.

12.30: DJ 985 landing on Gold Coast airport. Cuaca cerah. Keluar dari pesawat kami merasakan udara lebih hangat dari pada Melbourne.

12.45: setelah kami mengambil koper pakaian kami menuju Bufet yang menjual makanan dan minuman di dalam lingkungan airport. Kami Lunch seadanya makanan yang di jual disana umumnya berupa Sandwich, Burger, Sofdrink. Tidak ada masakan atau Nasi Putih. 

13.15: kami menuju Counter penyewaan mobil. Ari telah memesannya secara online di Internet. Sedan yang dipilihnya sama dengan ketika kami di Melbourne yaity Sedan Toyota Camri 2006, dengan warna yang sama yaitu Silver.

Ari drive meuju Hotel Watermark yang terletak di 3032 Sufers Paradise, Queensland Boulevard, Queensland 4217 ( www.hotelwatermark.com.au ). Mengemudikan mobil di Gold Coast lebih mudah dari pada di Melbourne. Jalan raya berada dalam jalur yang lurus sepanjang airport dan daerah turis / perhotelan. Sepanjang kota Gold Coast, sepanjang itulah pantainya atau sebaliknya. Hampir sepanjang jalan menuju kota dipenuhi oleh Hotel-hotel yang siap menampung para turis yang mengunjungi kota ini.

13,45: check in Watermark Hotel. Ruangan bedroom sedikit lebih besar dari pada hotel Mercure di Melbourne. Fasilitasnya standard, 2 bed untuk masing-masing 2 orang dewasa. Kami mandi dan istirahat.

18.00: Dinner at Hotel. Fresh Seafood. Kami dinner sepuasnya di hotel ini. Perut lapar, makanan segar dan teman makan adalah anggota keluarga yang sudah lama tidak bertemu. Pas, suasana dinner malam itu. Kami menikmati: lobster, cumi, kepiting, ikan Salmon, salad, roti tawar, softdrink, teh atau kopi. Lagi-lagi tidak ada nasi Putih. He..he…

22.10: kembali ke bedroom dan kami menikamti mimpi indah kami.

25 April 2007, Rabu.
Hari ini adalah Anzac day, hari peringatan Veteran Australia yang dirayakan secara nasional di Australia.

10.15: kami menuju pantai dekat Hotel Water Mark. Pasir pantai yang putih bersih sangat nyaman diinjak kaki telanjang. Kami berjalan-jalan di sepanjang pantai. Ada banyak pengunjung yang berenang atau sekedar berbaring berpakaian Bikini menikmati sinar matahari. Kami melihat juga ada beberapa Pos Penjaga Pantai dan beberapa Petugas Safe Guard yang berpatroli berkendaraan Jip, hilir mudik sepanjang pantai ini. Helikopter terbang hilir mudik mengadakan patroli rutin di atas pantai ini.

13.00: setelah puas menikmati pantai, kami menuju jalan kembali ke Hotel, tetapi saat itu kami melihat banyak orang yang berdiri di trotoir. Oh… rupanya di suatu tempat yang tak jauh dari kami adalah tempat Start Pawai orang-orang yang sudah dapat umur, Veteran akan melakukan Pawai keliling kota. Di barisan depan ada barisan Drumband yang memperdengarkan lagu-lagu perjuangan. Bila mereka sudah meninggal maka diwakilkan oleh anak-anak atau cucu mereka. Kami melihat meskipun sudah lanjut usia, peserta pawai dengan gagahnya berpakaian jas, berdasi yang bertaburan Tanda Jas, berjalan kaki dengan tertib dan ada juga yang memakai tongkat untuk menopang tubuh mereka ikut pawai. Kami bertepuk tangan tanda penghormatan kepada mereka ketika mereka melewati kami. Mereka yang sudah sangat sepuh ada yang mengikuti Pawai ini meskipun mereka naik mobil yang tersedia. Pada akhir pawai kami melihat ada beberapa mobil Polisi yang mengiringi Pawai tsb.

15.00: kami Lunch di Kafe terdekat. Setelah itu kami kembali ke Hotel untuk beristirahat dan mandi.

17.30: kami mengunjungi suatu tempat untuk Dinner dengan disuguhi atraksi selama 3 jam. Tempat itu adalah Dracula’s Haunted House, 3177 Surfers Paradise ( www. dracula.com.au ). Sambil Dinner atraksi demi atraksi disajikan oleh artis ditempat ini. Atraksi yang disajikan berupa lawak, lagu-lagu dll.

22.00: acara Dinner dan atraksi Tim Dracula ini selesai.

26 April 2007, Kamis.

10.00: kami menuju Gold Coast Sea World. 

Pada jam tertentu kami disuguhi pertnjukan pada tempat masing-masing. Kami harus berjalan berpindah lokasi pada jam tertentu yang telah dijadwalkan.

Disini kami melihat ataraksi Ski Air secara rombngan yang terdiri dari sepuluh pemain ski di atas permukaan air danau buatan.

Pertunjukan Singa Laut. Oleh pawangnya mereka mempertunjukkan kebolehannya, menari, mengambil Topi dll yang membuat para pengunjung tertawa.

Dolfin show. Pertunjukan ikan Lumba-lumba ini juga sangat diminati poleh para pengunjung. Kami duduk di halaman rumput yang ditata menaik seperti bukit sehingga penonton yang duduk paling belakang / paling atas masih dapat melihat atraksi dengan jelas. Mereka menari-nari sesuai perintah pawang-pawangnya. Sambil berdiri diatas tubuh Dolfin sepanjang 2 meteran mereka berenang dari satu tepian danau ke tepian lain. Pada saatnya tiba-tiba ada Dolfin yang melonjat dari permukaan air danau setinggi 3 meteran diudara. Atraksi ini berulang-ulang dilakukan oleh 2 ekor Dolfin. Pertunjukan selama 30 menit ini membuat penonton kagum dan bertepuk tangan dengan meriahnya. Kagum karena para Dolfin ini dapat dilatih oleh manusia.

Selesai Dolfin show, kami bergegas menuju surtu gedung bioskop yang akan menyanjikan Film Dokumenter 4 Dimensi. Dengan tertib para calon penonton film berdiri dalam suatu antrian. Pada saatnya peorang petugas mempersilahkan kami memasuki gedung sambil meminjamkan sebuah kacamata terbuat dari bahan plastik warna hitam. Untuk dapat memberikan efek 4D, kacamata hitam ini harus dipakai. Film ini menyajikan pemandangan Benua Australia dari udara, diatas permukaan tanah dan pemandangan dibawah lautan. Sungguh indah sekali film yang berdurasi selama 30 menit ini. Beraneka macam burung-burung berterbangan di udara diatas benua Australia, bintang Koala, Kangguru, Dolfin, Ikan Hiu dll hewan hidup secara alami di habitat asli mereka di Australia ini. Penonton dibawa seolah-olah penonton ikut terbang di udara, meluncur diatas permukaan tanah dan menyelam di dalam lautan biru. Benda yang datang kearah penonton mirip sekali seolah-olah benda itu menuju ke wajah kami. Ketika saya melepaskan sejenak kacamata 4D ini, sebenarnya itu hanya tayangan pada layar yang berjarak 50 meteran dari wajah saya. Sungguh dramatis sekali efeknya bila dilihat melalui Kacamata 4D ini. Tayangan Film 4D ini mirip Film yang ditayangkan di Theater Keong Mas Taman Mini Inodnesia Indah di Jakarta ( Aimax theater ). Kmai puas melihat Film 4D ini. Luar biasa indahnya.

18.00: kami drive ke suatu tempat untuk Dinner berupa Beefsteak Australia asli sambil menimati atraksi Cowboy Australia. Tiket masuknya lumayan enaknya yaitu A$95/orang. 

Setelah memarkir mobil di pelataran parkir yang luas. Kami memasuki gedung Australia Outback Spectacular.

Acara pertama, kami memasuki ruangan yang khusus dirancang untuk mengambil foto para penonton. Kami melihat ada 4 Kamera yang terpasang masing-masing diatas Tripod ( kaki tiga ) lengkap dengan lampu Blitz dan 4 petugas Cameramen/women yang selalu tersenyum manis melakukan tugas-tugas mereka. 

Kami tidak menyia-nyiakan kesempatan berfoto ala Cowboy Australia ini. Satu foto bersama ( 4 orang ) dikenakan tarif A$ 16. Bila kami membuat Foto ke 2 dengan pose yang lain boleh seharga A$ 25. Kami tidak diwajibkan membeli foto ke 2 ini meskipun kami sudah difoto. Kami buat 2 Foto. Satu pose santai sambil memakai Topi Cowboy yang diberikan gratis ketika setiap penonton memasuki Gedung dan 1 foto bersama dengan pose masing-masing memegang topi ( tanda menghormat seseorang ). Foto ini akan diantar sampai ke seat dimana kami duduk menikmati Beefsteak. Semua petugas sangat kompak dalam tugas masing-masing. Luar biasa cekatan sekali kerja mereka.

Gedung yang cukup besar, yang ditengah-tengah terhampar lapangan tanah seluas setengah lapangan sepak bola. Kursi penonton berada melingkar dipinggir lapangan dengan posisi menaik makin ke belakang ( mirip stadion Sepak Bola ).

19.30: show time.
Salad yang disajikan dalam Countainer plastik yang mungil segera dilahap oleh para pengunjung.
Beefsteak diedarkan oleh puluhan petugas yang berpakaian dan bertopi Cowboy. Mereka melayani semua pengunjung yang berjumlah 1.000 orang. Dapat dibayangkan betapa repotnya membagikan hidangan ( makanan dan minuman ) untuk 1.000 dalam waktu singkat. Kerja mereka sangat rapih dan cepat. Saya membayangkan pasti ada banyak Koki yang memanggang Beefsteak untuk 1.000 porsi.
Sambil melahap hidangan, acara demi acara disajikan secara profesional.

Seorang Cowboy memberi informasi dalam bahasa Inggris logat Aussie dengan cepat, bahwa malam ini mereka akan memperagakan acara demi acara secara profesional yang didukung oleh Kuda-kuda, Sapi-sapi, Biri-biri dan seekor Anjing penggembala biri-biri yang sudah terlatih. Para penonton dilarang mengambil Foto dengan Kamera atau Handycam.

Seekor Kuda jantan yang besar berwarna Coklat mengkilat memasuki lapangan dan menari-nari di tengah lapangan yang hanya diberi aba-aba oleh Cowboy pawangnya dengan gerakan tangannya.

Berikutnya parade Cowboy dengan sepuluh ekor Kuda mengitari lapangan dengan diiringi suara musik yang menggelegar di dalam gedung ini. Tepuk tangan dari penonton segera berkumandang.

Ada atraksi lomba menunggang kuda yang harus berlari zig-zag melewati tiang-tiang kayu dan pada ujung tiang harus mengambil sebuah bendera Kuning atau Merah ( ada 2 peserta lomba ). Jumlah Bendera ada 6 buah. Siapa yang paling cepat selesai mengambil bendera dialah yang menang. Suara penonton riuh sekali memberi semangat para peserta lomba.

Berikutnya sekawanan Biri-biri memasuki lapangan dengan diiringi musik. Mereka berlarian ketika dari arah belakang mereka muncul seekor anjing yang menyalak-nyalak, menggiring kawanan Biri-biri ini memasuki kandang ( tiang-tiang kayu yang di hubungan dengan beberapa tali plastik yang secara cepat terbentuk oleh para Cowboy pendampingnya. Anjing dan Biri-biri ini tampak sudah sangat terlatih dalam memperagakan kebolehan mereka.

Tiba-tiba muncul dari arah pintu besar seekor kuda yang ditunggangi oleh seorang Cowgirl berambut panjang yang diikat. Ia mengitari lapangan dan segera ia berjungkir balik sedemikian rupa sehingga kepalanya berada beberapa cm dari permukaan tanah dan kakinya terangkat menuju ke atas. Ia menunggang Kuda tegak lurus dari permukaan tanah dengan posisi kepala di bawah. Kuda lari sepanjang lapangan itu dengan cepatnya. Luar biasa hebatnya itu Cowgirl. Latihannya tidak sia-sia yang menghasilkan tepuk tangan dari para penonton.

Berikutnya atraksi lawakan para Cowboy di tangah lapangan yang dapat membuat penonton tertawa.

Sekonyong-konyong kami mendengar suara genuruh. Suara apakah itu? Kami belum mengetahuinya sebelum semua pintu besar di tepi lapangan terbuka.
Sedikit demi sedikit tampak sebuah Helikopter sungguhan dengan baling-baling yang berputar-putar mendorong tubuh helikopter bergerak maju memasuki lapangan dari sebelah atas ( hampir menyentuh atap gedung ). Helikopter ini rupanya mempunyai penunjuk arah maju dan mundur karena tersangkut atau disangkutkan dengan cermat pada sebuah tiang panjang dari besi sepanjang lapangan. Helikopter maju dan mundur mengikuti tiang ini.
Berbarengan dengan masuknya Helikopter ke dalam Gedung, dari sebelah bawah masuklah sepuluh ekor sapi berwarna Coklat. Mereka bergerak maju memasuki lapangan dengan digembalakan oleh Helikopter yang memperdengarkan suara gemuruh khas suara Helikopter. Pada saatnya Sapi-sapi ini digiring kembali oleh Helikopter masuk kandang kembali. Luar biasa atraksi hebat ini. Tepuk tangan penonton segera terdengar. Setiap selesai atraksi mesti diikuti suara tepuk tangan para penonton, Penonton sungguh puas menikmati atraksi Australia Outback Spectacular ini.

Pada akhir atraksi kembali disajikan Parade berkuda oleh para Cowboy dan Cowgirl yang masing-masing berbaju lengan panjang, becelana Bluejean dan bertopi Cowboy membawa bendera Australia dengan gagahnya. Parade mengelilingi lapangan beberapa kali dan akhirnya dengan suatu gerakan berlari kencang, masing-masing berlari menuju pintu masuk belakang podium.

21.00: atraksi Australia Outback Spectacular berakhir. Terdengar kembali tepuk tangan para penonton termasuk kami. Luar biasa, suatu atraksi yang sulit dilupakan oleh kami. Keluar Gedung kami harus pipis akibat udara dingin dan banyak minum setelah menikmati Dinner. Wah… ratusan pria & wanita antri di depan ruangan Toilet yang bersih dan cukup banyak air bersih. Lucu juga ya, banyak orang antri bukan untuk beli beras tetapi antri untuk pipis. He…he…Sudah enggak tahan nih.

21.45: kami tiba kembali di Water Mark Hotel. Badan lelah tetapi hati senang. Hari ini sudah banyak yang kami saksikan untuk dijadikan kenang-kenangan hidup kami berempat.

27 April 2007, Jum’at:

10.00: kami check out dari Hotel Water Mark, Gold Coast.

12.30: Kami mengembalikan Sedan Toyota Camri sewaan di kantor yang lokasinya di dalam kompleks Gold Coast Airport.

12.45: kami melakukan proses boarding pada mesin boarding otomatis. Kami akan kembali ke Sydney dengan pesawat Virgin Blue DJ 514, gate 7, take off 13.55 p.m.
Setelah mendapat 4 lembar kartu boarding kami Lunch di sebuah Resto di kompleks airport.

13.55: DJ 514 take off menuju Sydney.

14.55: landing DJ 514 di Kingfords Smith Sydney Airport dengan selamat.

15.45: naik Taksi A$20 kembali di Flat Lia, Maroubra Road dengan selamat.